Bola.com, Kediri - Animo penonton yang menyaksikan laga kandang Persik Kediri di Stadion Brawijaya, Kediri, Minggu (11/8/2024), tergolong lumayan meski masih jauh di bawah ekspektasi.
Berdasarkan data dari LOC Kediri, jumlah tiket pertandingan perdana Persik Kediri kontra Bali United yang masuk kategori big match BRI Liga 1 2024/2025 laku sebanyak 4.190 lembar.
Baca Juga
Advertisement
Panpel Kediri sendiri mencetak 6.000 tiket untuk kategori VIP, utama, dan ekonomi.
"Berdasarkan assessment dan verifikasi PT LIB, kami hanya dapat kuota 6.000 penonton atau 50 persen dari total kapasitas stadion. Ada banyak item jika kami ingin dapat jatah banyak. Namun, ada beberapa item yang belum bisa kami penuhi," ujar Tri Widodo, Ketua Panpel Persik Kediri.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Masih di Atas Prediksi
Namun, Widodo masih bersyukur tiket yang terjual mencapai sekitar 60 persen. Jumlah itu dianggap telah melampaui prediksi. Padahal mulai musim ini panpel menaikkan harga tiket pertandingan kandang Persik Kediri seharga Rp10 ribu untuk semua kelas.
Tiket ekonomi naik dari Rp65 ribu menjadi Rp75 ribu. Begitu pun tiket kelas utama dan VIP yang dibanderol Rp110 ribu dan Rp135 ribu, setelah awalnya dijual dengan harga Rp100 ribu dan Rp125 ribu.
"Kenaikan itu disesuaikan biaya operasional Persik. Kami berterima kasih kepada penonton, khususnya Persikmania, tetap antusias membeli. Padahal jika tiket laku 50 persen saja, saya menilai sudah bagus," tuturnya.
Widodo juga menjelaskan fenomena menurunya animo penonton sepak bola yang tidak hanya dialami oleh Persik Kediri.
"Saya berkomunikasi dengan teman-teman panpel klub lain. Semua merasakan penurunan tersebut. Musim lalu, kalau tidak salah hanya Persib yang dapat pemasukan tiket paling bagus," ujarnya.
Advertisement
Banyak Faktor Penurunan Kehadiran Suporter
Mantan penyiar radio ini menyebut beberapa kendala menjadi penyebab penonton enggan datang ke stadion mendukung tim kebanggaannya.
"Penyebab utama pandemi COVID-19 dan peristiwa Kanjuruhan. Sebelum pandemi, dua tiket pertandingan kandang Persik melawan Bhayangkara FC dan Persiraja laku keras," ujar Widodo.
"Namun, setelah COVID-19 dan tragedi Kanjuruhan, publik masih banyak pertimbangan untuk menyaksikannya di stadion," ungkapnya.
Widodo juga menambahkan ada faktor biaya hidup yang terus melambung tinggi sebagai alasan penggemar sepak bola di Indonesia punya skala prioritas dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Setelah tragedi Kanjuruhan, sepak bola Indonesia masih dalam pengawasan FIFA. Saya kira kemeriahan kompetisi akan normal lagi jika kita berhasil masa ujian ini," ujarnya.
Persaingan di BRI Liga 1
Advertisement