Sukses


Mengapa Banyak Pemain Diaspora Indonesia di Belanda Versatile? Ini Jawaban Yussa Nugraha yang Pernah Merasakan Didikan di Sana

Bola.com, Jakarta Eliano Reijnders akan menjadi kekuatan baru Timnas Indonesia

Eliano melakoni banyak laga bersama PEC Zwolle. Setidaknya, gelandang 23 tahun hadir dalam 32 laga sepanjang musim 2023/2024 dengan torehan tiga gol dan satu asisst.

Tak hanya mumpuni di lini tengah, kelahiran 23 Oktober 2000 juga bisa diplot sebagai winger, baik kiri maupun kanan.

Menurut catatan transfermarkt, Eli bahkan dimainkan dlaam 9 posisi kecuali kiper dan bek tengah lho!

Eli paling sering dimainkan sebagai Attacking Midfield, sebanyak 42 laga, 1 gol, dan 5 assist. Kemudian right winger (30 laga, 1 gol, 2 assist), left winger (24 laga, 3 gol, 1 assist), central midfield (14 laga, 1 assist), right-back (11 laga), centre-forward (7 laga, 2 assist), left-back (3 laga), devensive mildfield (1 laga), dan left midfield (1 laga).

Tak hanya Eli, ada juga pemain diaspora Timnas Indonesia yang versatile. Yang menonjol adalah Calvin Verdonk, Nathan Tjoe A On, dan Justin Hubner.

Pertanyaannya. Mengapa banyak pemain diaspora Indonesia di Belanda yang versatile? 

Yussa Nugraha, pemain asal Indonesia yang besar di Belanda menjelaskan kepada Bola.com di bawah ini. Scroll kalau mau tahu.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Dicoba Semua Sejak Dini

Meski masih masuk kategor usia dini, Yussa Nugraha merasakan tata kelola sepak bola yang bagus di Belanda. Dia mengikuti kompetisi kelompok usia.

“Ada liga juga setiap kelompok usia. Diikuti 12-15 klub. Main lebih ke fun karena untuk memberikan pengalaman. Selain itu, pelatih juga coba melihat posisi yang pas untuk setiap pemainnya,” jelas pemain kelahiran Solo tersebut.

Selama menimba ilmu di Negeri Kincir Angin, Yussa sempat dipindah ke berbagai posisi. Tujuannya, pelatih ingin melihat posisi terbaik baginya. Awalnya, dia mengaku dimainkan sebagai bek kiri. Dalam perjalannya, dia pernah turun sebagai stoper, gelandang, penyerang, hingga kiper.

“Jadi, semua pernah dicoba. Sepertinya pelatih ingin menemukan hidden tallent,” lanjutnya.

"Caranya memang seperti itu, jadi pelatih akan menemukan di posisi mana si pemain paling unggul. Positifnya, pemain jadi bisa versatile," tegasnya.

3 dari 4 halaman

Muncul Banyak Talenta

Setelah berpindah posisi dan berkelana tim youth Scheven, SC Feyenoord, hingga HBS, Yussa menempati posisi sebagai penyerang dan winger.

“Saya bermain di tim kelompok usia Feyenoord selama 5 tahun. Datang dari klub amatir seperti sekolah sepakbola di Den Haag. Karena saat kompetisi ada tim scouting yang lihat. Itu bagusnya di Belanda. Setiap kompetisi kelompok usia, ada tim scouting. Sehingga bakat pemain selalu terpantau,” urainya.

Ketika membela SC Feyenoord, Yussa sempat berhadapan dengan Nathan Tjoe A-On sebagai lawan di Liga kelompok usia. Sebab, Yussa sudah berposisi sebagai striker, sedangkan Nathan sebagai pemain bertahan. Dia masih ingat momen tersebut. 

“Waktu di Liga, saya sempat melawan Nathan. Dia main di posisi bek kiri,” kenangnya.

4 dari 4 halaman

Kuncinya di Pembinaan

Pembinaan yang berjenjang menjadi kunci utama Belanda terus memproduksi pemain-pemain berkualitas. Indonesia ketiban rezeki karena ada banyak pemain keturunan yang tinggal di sana.

Selain mendatangkan pemain keturunan, PSSI diharapkan memaksimalkan pembinaan. Baru-baru ini, PSSI bersama federasi sepak bola Belanda (KNVB) sepakat menjalin kerja sama untuk pembinaan talenta muda sepak bola Indonesia.

"PSSI dan KNVB ingin membuat program pembinaan untuk grassroots sepak bola Indonesia," demikian keterangan Ketua Umum PSSI Erick Thohir.

Program pembinaan yang dibahas bersama dalam pertemuan antara Erick Thohir dengan Sekretaris Jenderal KNVB Gijs de Jong.

Well, kita tunggu gebrakan PSSI selanjutnya.

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer