Bola.com, Jakarta Anak-anak down syndrome berhak mendapat kesempatan untuk berinteraksi. Mereka juga bagian dari masyarakat yang bisa menunjukkan potensinya di hadapan publik.
Hal itulah yang tergambarkan dalam sepak bola putri PON XXI Aceh-Sumut 2024. Keberadaan anak-anak down syndrome menjadi satu dari banyak kisah tersisa dalam berbagai pertandingan di PON edisi tahun ini.
Advertisement
Pertandingan sepak bola putri PON XXI Aceh-Sumut 2024 telah rampung. Jawa Barat (Jabar) keluar sebagai pemenang dalam partai final dengan unggul 3-0 atas DKI Jakarta di Stadion Mini Pancing, Deli Serdang, Sabtu (14/9/2024).
Anak-anak down syndrome sudah mencuri perhatian dengan berperan sebagai player escort di laga pembuka antara Jawa Barat melawan tuan rumah Sumatera Utara (5/9/2024). Mereka rupanya hadir kembali dalam partai final lalu.
Ketua Panpel sepak bola putri, Hadi Khairul Sinaga, mengungkapkan bahwa keputusan melibatkan anak-anak down syndrome tidak lepas dari komunitas Pusat Informasi Kegiatan (PIK) Persatuan Orangtua dengan Anak Down Syndrome (Potads) Sumut.
“Pihak Potads awalnya menghubungi kami, apakah anak-anak bisa menjadi player escort. Kami tentu menyambut positif. Kami kemudian bersurat kepada PSSI dan PB PON dan tidak ada masalah. Kehadiran anak-anak down syndrome di sepak bola akan membuka kesempatan mereka,” kata Hadi kepada Bola.com.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kesempatan
Potads Sumut diketuai oleh Umi Idayanti yang juga memiliki anak dengan kondisi down syndrome. Dia menyebutkan ingin membuat anak-anak yang tergabung dalam komunitasnya mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan masyarakat.
Hal itu memang nampak saat laga final digelar. Anak-anak melambaikan tangan saat berjalan masuk lapangan sambil digandeng oleh para pemain sepak bola putri. Mereka terlihat antusias dengan pertandingan penting itu.
Total ada 24 anak yang menjadi player escort. Rinciannya 22 bersama para pemain starting eleven dari kedua tim, sedangkan dua lagi bergandengan tangan dengan asisten wasit.
Pun saat turun minum, anak-anak down syndrome juga masih dilibatkan untuk unjuk kemampuan. Kali ini jumlahnya ada 14 anak yang memainkan alat musik pukul djembe untuk di hadapan para penonton di tribune.
“Saya ingin menegaskan bahwa kami ini tidak butuh dikasihani. Kami sebagai orang tua sudah menerima kondisi putra-putri kami. Alhamdulillah, kesempatan ini membuat anak-anak semakin percaya diri bertemu dengan orang baru dan publik yang lebih luas,” ucap Ida.
Advertisement
Contoh untuk yang Lain
Anggota Potads Sumut tersebar di berbagai daerah di Sumatera Utara. Terbanyak tentu di Medan, namun ada pula yang berasal dari Deli Serdang, Binjai, Langkat, hingga daerah lainnya.
Potads Sumut didirikan agar para orang tua bisa berbagi untuk bersama membimbing putra-putri mereka. Ida juga ingin memberikan contoh kepada orang tua lain yang juga memiliki anak down syndrome agar tidak malu.
“Kami ingin mendorong orang tua lain untuk memberi kesempatan kepada anak-anaknya. Anak-anak ini perlu berinteraksi, meski tidak mesti komunikasi secara verbal. Tapi, anak-anak kami bisa mengetahui dunia luar dan itu akan jadi semangat dan motivasi yang luar biasa,” terang Ida.
Anak-anak yang tergabung dalam Potads juga berasal dari berbagai latar belakang berbeda. Baik laki-laki maupun perempuan dengan usia yang beragam pula. Mereka juga bersekolah di SLB yang khusus membantu anak-anak dengan kondisi tuna grahita ini.
Ida menjelaskan bahwa selama ini Potads Sumut melakukan kegiatan swadaya dan swadana. Penyelenggaraan PON XXI saja sudah membawa berkah dan perlu memberi inspirasi kepada orang lain.
“Kami berharap anak-anak kami bisa mendapat kesempatan lain. Mereka ini semakin percaya diri dan antusias berjumpa dengan orang baru. Kami sangat bersyukur bisa terlibat dalam sepak bola putri,” tuturnya.