Bola.com, Jakarta Pertandingan sepak bola putri telah rampung digelar di PON XXI Aceh-Sumut 2024. Hasilnya, tim Jawa Barat keluar sebagai peraih medali emas setelah menang 3-0 atas DKI Jakarta dalam partai final di Stadion Mini Pancing, Deli Serdang, Sabtu (14/9/2024).
Untuk saat ini, PON adalah satu-satunya ajang nasional bagi pemain sepak bola putri untuk menambah jam terbang. Tak ada kompetisi nasional lain. Jadi kalau ingin bertanding lagi, para pemain putri harus sabar empat tahun lagi.
Advertisement
Liga 1 Putri sendiri sempat digelar pada 2019 dengan Persib Putri keluar sebagai kampiun. Itu jadi satu-satunya musim Liga 1 Putri yang digelar. Saat ini, belum ada kelanjutannya lagi sampai sekarang setelah lima tahun.
Dalam PON, ajang sepak bola putri cuma melibatkan sembilan tim pada tahun ini. Jumlah itu masih dibagi dalam tiga grup yang berisi tiga tim pada babak penyisihan dengan sistem single round robin. Artinya, satu tim hanya bertanding minimal dua kali saja.
Jumlah pertandingan akan bertambah dua jika tim menembus babak semifinal. Jadi, total setiap tim maksimal bertanding empat kali. Jumlah pertandingan ini tentu saja kurang untuk menempa pengalaman pesepak bola putri.
Hal itu sangat kontras dengan apa yang terjadi pada kompetisi sepak bola putra. Liga 1 bisa bergulir setiap musim dan melahirkan banyak pemain hebat untuk Timnas Indonesia.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Seruan untuk PSSI
Kapten tim Bangka Belitung, Vivi Oktavia Riski, merasa PSSI memang perlu memikirkan sepak bola putri. Sosok satu ini pernah membela Persib Putri yang keluar sebagai juara Liga 1 Putri 2019.
“Aku sebagai pemain yang sudah lama, berharap segera diputar, event apapun itu untuk sepak bola putri. Mungkin di luar sana masih banyak yang berharap liga segera diputar. Semoga diputar lebih cepat lebih baik, dibanding menunggu 2026. Kami tidak tahu ke depannya, berharap secepatnya untuk PSSI,” kata Vivi menjawab pertanyaan Bola.com.
Asisten pelatih Babel, Fila Hadianto, juga merasakan hal yang serupa. Para pesepak bola putri perlu mendapat kesempatan kompetisi nasional di bawah PSSI agar mereka semakin tertempa di tengah ketatnya kompetisi.
“Saya selaku pelaku sepak bola putri, saya berharap kepada PSSI agar sepak bola tidak dianaktirikan. Walaupun bukan liga, mungkin ada turnamen-turnamen selanjutnya,” ucap Fila Hadianto.
Sejauh ini memang belum ada kepastian kapan Liga 1 Putri digelar. Ada yang menyebut tahun 2025 alias tahun depan. Tapi, ada pula yang mengatakan dua tahun lagi, atau 2026 mendatang. Dengan ketidakpastian ini, pemain putri kurang mendapat kesempatan bertanding.
Dari kebijakan terbaru PSSI yang belum menggelar kompetisi sepak bola putri lagi, terlihat bahwa belum ada keseriusan untuk melahirkan banyak bibit berbakat pesepak bola putri. Alhasil, Timnas Indonesia putri kerap jadi lumbung gol di ajang internasional.
Tengok saja hasil Piala AFF Putri 2022 yang digelar di Filipina. Timnas Indonesia putri jadi bulan-bulanan menduduki posisi juru kunci Grup A dengan hanya meraih 1 poin dan kebobolan 15 gol dalam lima laga. Mereka tak pernah menang melawan Thailand, Filipina, Australia, Singapura, dan Malaysia.
Advertisement
Bikin Gelisah
Situasi tanpa kompetisi ini akan membuat para pemain gelisah. Namun, pandangan berbeda tentu saja muncul dari pemain Timnas Indonesia putri yang telah mendapat jaminan bisa terus berkembang lewat pemusatan latihan atau TC.
“Sepak bola putri saat ini yang diperhatikan timnasnya. Kita juga ada TC timnas jangka panjang setelah PON ini. Pak Erick Thohir juga bilang ke saya pribadi, sepak bola putri fokus timnasnya dulu, baru nanti kita perbaiki berikutnya dari yang umurnya muda-muda dulu. Untuk Liga 1, Pak Erick bilang 2025. Untuk TC timnas 2-3 bulan di Jepang,” kata Safira Ika, kapten Timnas Indonesia putri yang juga membela DKI Jakarta di PON XXI.
Timnas Indonesia putri sebenarnya mulai berbenah. Hal itu dibuktikan dengan keberadaan pelatih asal Jepang, Satoru Mochizuki, yang didatangkan untuk melakukan perbaikan. Sayangnya, dia belum banyak mendapat pemain yang lebih baik.
Satoru pun melakukan scouting di babak penyisihan PON XXI. Dia terlihat muncul dalam tiga hari pertandingan di Stadion Mini Pancing, Deli Serdang, pada 5, 7, dan 9 September 2024. Situasinya tentu sulit buatnya untuk memantau pemain baru karena tak ada kompetisi.
Bantuan Swasta
Saat ini, sudah muncul pihak swasta yang menaruh perhatian untuk mengembangkan sepak bola putri. Hal ini tentu tidak lepas dari kurangnya perhatian PSSI untuk serius memberi kesempatan kepada lewat kompetisi sepak bola putri nasional.
Sosok Priagung Dani Atmojo juga merasakan bahwa Indonesia butuh kompetisi sepak bola putri. Dia sempat menjadi pelatih yang membawa tim putri Papua meraih emas PON XX Papua 2021. Terbaru, Priagung mengantas Papua Pegunungan meraih perunggu di PON XXI.
“Kalau bisa disamakan dengan putra kompetisinya. Saya sempat dengar tahun depan buat liga untuk putri. Saya bersyukur kalau memang itu ada. Nanti akan mengarah, kami yang dari timur, untuk mengorbitkan pemain untuk timnas. Saya pikir provinsi lain juga bergerak untuk melihat pemain lain yang ada di daerah-daerah,” ucap Priagung.
Liga 1 Putri 2019 sendiri diputar dengan menjadikan klub Liga 1 putra sebagai acuannya. Artinya, hanya klub-klub yang berkompetisi di Liga 1 saja yang bisa menurunkan tim di kompetisi versi putri. Dari sini saja, sudah nampak bahwa kompetisi sepak bola nasional menjadikan Liga 1 Putri sebagai sub-ordinat bagi Liga 1.
Terlepas dari itu, apa yang disajikan oleh Liga 1 Putri 2019 cukup baik untuk menambah jam terbang pemain. Total ada 10 tim yang terlibat yang dibagi ke dua grup dan masing-masing lima tim.
Liga 1 Putri 2019 ini memakai format empat seri dengan sistem home match tournament. Masing-masing seri berlangsung selama enam hari dan akan memainkan empat pertandingan.
Setiap tim akan berjumpa dengan tim yang sama sebanyak empat kali di grup yang sama. Jadi total tim peserta akan memainkan 16 laga. Hanya dua tim terbaik masing-masing grup yang melaju ke babak semifinal. Untuk babak semifinal dan final akan menggunakan sistem kandang-tandang
“Kompetisi Liga 1 harapan saya untuk PSSI mohon kompetisi dipertingkatkan lagi agar sama dengan yang putra. Sepak bola putri bisa dilihat dari PON ini. Harapan saya untuk liga bisa digulirkan lagi,” ujar Regina Wonda, kapten Papua Pegunungan.
Advertisement
Harapan Pemain
Sosok Reva Oktaviani bisa dibilang adalah legenda bagi sepak bola putri. Dia membawa Persib Putri meraih titel juara Liga 1 Putri 2019 sekaligus mendapat gelar individu pemain terbaik dalam ajang tersebut.
Reva kemudian harus puas dengan medali perak PON XX karena saat Jawa Barat kalah 0-1 dari Papua di final. Terbaru, dia mengantarkan Jawa Barat meraih medali emas PON XXI yang semakin menambah lengkap prestasinya.
Pemain yang sudah mendapat banyak prestasi macam Reva pun tetap memerlukan kompetisi nasional secara reguler. Untuk menambah kualitas pemain Timnas Indonesia putri, kompetisi nasional adalah jawabannya, bukan hanya PON yang digelar empat tahun sekali.
“Harapan liga, susah sih kalau dibilang. Kita tidak tahu mau mengandalkan liga dari mana. Tapi, dengan adanya PON ini ke depannya mungkin atau beberapa tahun ke depan segera digulirkan liganya,” ujar Reva.
Nasib para pemain sepak bola putri tentu perlu diperhatikan jika ingin tak ingin Timnas Indonesia jadi lumbung gol lagi. Persaingan di PON membuat Sumatera Utara jadi saksi bahwa pesepak bola putri butuh lebih untuk berkembang.