Bola.com, Jakarta - Keputusan Graham Arnold mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pelatih Timnas Australia tak bisa dilepaskan dari hasil imbang melawan Timnas Indonesia, pada Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Duel yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Selasa (10/9/2024), yang berujung tanpa gol itu menghasilkan perspektif yang kontras bagi Timnas Indonesia dan Timnas Australia.
Baca Juga
Advertisement
Dari kacamata tuan rumah, satu poin tersebut memiliki arti penting. Skuad asuhan Shin Tae-yong tersebut mampu mengukir start yang positif saat menghadapi dua lawan tangguh untuk mewujudkan mimpinya menuju Piala Dunia 2026.
Di sisi lain, hasil imbang tersebut membuat Graham Arnold mengukir torehan negatif pada dua laga beruntun. Sebelum ditahan Skuad Garuda, Socceroos sempat tumbang 0-1 dari Bahrain pada laga pertama.
Football Australia (FA) sebetulnya masih memberikan kepercayaan penuh kepada Arnie, sapaan Graham Arnold, seusai dua laga ini. Namun, arsitek berusia 61 tahun itu memutuskan resign alias mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai pelatih Timnas Australia.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kelelahan, Kehabisan Tenaga
Chief Executive Officer (CEO) Football Australia, James Johnson, menegaskan keputusan yang diambil Graham Arnold bukan karena faktor kesehatan. Ia juga mengakui, pelatihnya itu telah mengerahkan seluruhnya untuk menghadapi dua laga tersebut.
Namun, saat bertemu seusai laga melawan Timnas Indonesia, Johnson melihat Arnie sangat kelelahan. Hasil dua pertandingan ini memang menjadi pukulan telak bagi juru taktik kelahiran Sydney tersebut.
“Graham Arnold adalah tipe pelatih yang mengerahkan segalanya untuk tim. Ia mencurahkan segalanya untuk persiapan pertandingan. Saya pikir, dia seperti kehabisan tenaga,” ujar Johnson dikutip dari ESPN.
“Ia sangat terbuka tentang hal itu. Saya memang bertemu dengannya minggu ini, tetapi saya juga bertemu dengannya setelah pertandingan melawan Timnas Indonesia dan ia benar-benar lelah,” lanjutnya.
Advertisement
Momen yang Sulit
Menurut Johnson, dua laga terakhir melawan Bahrain dan Indonesia ini memang menjadi periode paling sulit bagi Graham Arnold. Sebab, dia memiliki kepedulian yang sangat tinggi kepada anak asuhnya.
“Pertandingan terakhir merupakan momen yang sulit baginya secara pribadi. Dia sangat peduli dengan tim ini. Ketika kami berbicara, kami merasakan bahwa ia tidak akan maju apa pun yang kami katakan,” ujarnya.
Mundurnya Graham Arnold sekaligus mengakhiri satu di antara hubungan terpanjang yang paling meriah dengan Timnas Australia. Sebab, dia sudah memiliki ikatan dengan Socceroos sejak menjadi pemain tim nasional pada 1985.
Di bawah asuhannya, Socceroos sukses mengukir penampilan terbaik pada Piala Dunia 2022. Ketika itu, Timnas Australia berhasil meraih dua kemenangan di fase grup, tapi akhirnya tumbang dari Argentina pada 16 besar.