Bola.com, Jakarta Antara Fakfak, Malang, dan Jakarta, Jailani Ladjanibi menggapai mimpi. Takdirnya untuk menjadi legenda Timnas Futsal Indonesia bergulir singkat namun sarat makna.
Ia dan rekan-rekannya tim futsal Fakfak baru saja melakoni serangkaian uji coba di Jakarta, termasuk melawan Timnas Futsal yang dipersiapkan untuk Piala Asia 2005 di Vietmam.
Baca Juga
Advertisement
Usai uji coba, Jailani Ladjanibi cs. pun kembali ke Fakfak. Tapi sebelumnya, mereka stay di Malang, karena sang manajer, Yoseph Renmeuw, yang membawa mereka ke Jakarta, punya rumah di di sana.
Dari Malang, rencananya mereka akan lanjut ke Surabaya dan dari Kota Pahlawan melanjutkan perjalanan ke kampung halaman dengan kapal laut.
Namun, secara tak terduga, ia mendapat panggilan telepon dari pelatih Timnas Futsal Indonesia saat itu, Justinus Lhaksana, dan memintanya untuk kembali ke Jakarta.
Justinus Lhaksana sepertinya jatuh hati melihat permainan Jailani Ladjanibi selama uji coba dan oleh karena itulah ia memberi kesempatan kepada kelahiran 8 April 1985 untuk ikut seleksi bergabung dengan nama-nama beken macam Socrates Matulessy, Yos Adi Wicaksono, Vennard Hutabarat, dan Roby Hartono.
"Saya balik sendiri ke Jakarta, ikut seleksi timnas," kata Jailani Ladjanibi dalam tayangan YouTube Sport77, mengenang awal kiprahnya di Timnas Futsal Indonesia.
"Saat TC, saya sekamar dengan Bang Roby. Langsung dengan yang senior. Biar dipantau terus," ujar Jailani Ladjanibi seraya tersenyum.
"Ada sekitar 21 pemain yang ikut TC. Yang kepilih 18 kalau nggak salah. Saya kepilih akhirnya."
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Adaptasi dari Sepak Bola
Menurut Jailani Ladjanibi, perlu adaptasi dari sepak bola lapangan besar ke futsal. Soalnya, ia lebih dulu mengenal sepak bola.
"Kalau futsal awal-awal sih belum sistem, tapi lebih ke teknik dasar seperti passing dan kontrol. Soalnya kan rata-rata basic-nya lapangan gede. Passing kontrolnya masih pakai kaki dalam. Kalau futsal kan harus pakai sol".
Menurut Jailani Ladjanibi, tim-tim futsal dulu tak semarak saat ini. Tak heran kalau timnas futsal beruji coba dengan tim-tim futsal kampus yang kerap tampil di liga futsal mahasiswa.
Menjadi pemain timnas mendatangkan berkah tersendiri. Beberapa pemain, termasuk Jailani Ladjanibi, kemudian ditawari menjadi mahasiswa lewat jalur beasiswa.
"Persiapan timnas kan sering lawan tim-tim kampus. Dari situ baru ditawari kuliah lewat jalur beasiswa STEI Rawamangun. Saya lulus S1 manajemen," ujar Jailani Ladjanibi.
Advertisement
Karakter Bermain
Apa yang membuat Jailani Ladjanibi kemudian dipanggil ke timnas? "Mungkin karena karakter bermain saya kali ya. Mungkin yang lain standar saja. Nggak tertantang padahal uji coba lawan timnas. Selain itu mungkin karena faktor rezeki. Saat uji coba lawan timas, saya cetak gol dan assist".
Bersama timnas, Jailani Ladjanibi pernah mengukir sensasi, menjadi yang terbaik di ajang Piala AFF 2010.
Juara diraih dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Tapi Jailani Ladjanibi dkk. bisa membuktikan, kalau mereka bisa mempersembahkan hasil terbaik bagi Ibu Pertiwi.
"Jersey saja KW. Kayaknya stoknya habis. Soalnya waktu berbarengan dengan Piala AFF 2010. Itu kan antusias orang banyak. Pas minta ke gudang, katanya stok sudah habis. Akhirnya inisiatif lah tuh, bikin sendiri," kata Jailani Ladjanibi yang pernah memperkuat Eletrick PLN Jakarta.
Bekerja di Pelabuhan
Tak hanya dikenal sebagai salah satu anchor (pemain menyerang sekaligus pemain bertahan) terbaik yang pernah dimiliki Timnas Futsal Indonesia, Jailani Ladjanibi juga pernah didapuk sebagai kapten.
"Saya pertama kali jadi kapten Timnas Futsal Indonesia itu tahun 2007. Terus kapten lagi 2015," kata.
Futsal telah memberikan segalanya bagi Jailani Ladjanibi. Selain mendapatkan beasiswa kuliah, ia juga mendapat kesempatan bekerja di PT Pelabuhan Indonesia (Persero) di kawasan Tanjung Priuk, Jakarta Utara, dan masih bertahan di sana hingga saat ini.
"Saya seumur hidup di Pelindo (Tanjung Priuk, Jakarta). Di sana kerja, ada divisinya," pungkas Jailani Ladjanibi.
Advertisement