Bola.com, Jakarta Di kancah futsal nasional, tak ada yang tak mengenal Jailani Ladjanibi. Di masa keemasannya, ia merupakan salah satu nama yang wajib disebut selain Vennard Hutabarat, Deny Handoyo, dan Socrates Matulessy.
Anak Papua kelahiran 8 April 1985 ini dikenal sebagai anchor terbaik yang pernah dimiliki Timnas Futsal Indonesia. Tak mudah menjadi anchor. Tak hanya menjadi kreator serangan, tapi juga sekaligus berperan sebagai bertahan.
Baca Juga
Advertisement
Kecil mungil, Jailani Ladjanibi sosok petarung bernyali tinggi. Ia tak pernah takut menghadapi lawan, kapan dan di mana pun tugas negar memanggilnya.
Kariernya terus meroket dan puncaknya, pemain terbaik futsal Indonesia 2011 ini dipercaya sebagai kapten Timnas Futsal Indonesia di ajang Piala AFF Futsal 2016.
Pensiun dari hiruk-pikut futsal, legenda yang ikut berjibaku membawa Timnas Futsal Indonesia menjuarai AFF 2010 tak melupakan begitu saja cabor yang telah melambungkan namanya itu.
Lewat tayangan YouTube Sport77 belum lama ini, sang legenda berbagi kisah juga cerita.
"Saya seumur hidup di Pelindo (Tanjung Priuk, Jakarta). Di sana kerja, ada divisinya," kata Jailani Ladjanibi, tatkala ditanya apa kegiatannya sekarang.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pelindo
Pelindo yang dimaksud Jailani Ladjanibi adalah PT Pelabuhan Indonesia (Persero), Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak di bidang logistik, terutama pengelolaan dan pengembangan pelabuhan.
Menurut Jailani Ladjanibi, saat masih di kampung, di Fakfak, awalnya dia mengenal sepak bola.
"Saya baru mengenal futsal 2002. Dulu bukan futsan namanya, tapi gawang mini. Ke sininya saya baru tahu kalau itu futsal," kata Jailani Ladjanibi sambil tersenyum kecil.
"Dulu sepak bola dan futsal tidak ada kepikiran. Cita-cita hanya mau jadi PNS. Jadi bola dan futsal hanya main saja, sekadar hobi," imbuhnya.
Â
Advertisement
Kisah ke Jakarta
Bagaimana bisa ke Jakarta? "Jadi ke Jakarta, ya itu, Pak Yoseph Renmeuw almarhum (mantan manajer Timnas Indonesia) dia temanan sama Adjie Massaid. Nah, Adjie Massaid itu kan dulu cikal bakal futsal dia tuh. Terus almarhum om Ronny Pattinasarany. Awal-awal futsal masuk kan dia yang bawa tuh".
"Pak Yoseph ditawari jadi manajer timnas futsal sama almarhum Adjie Massaid. Pak Yos mau, tapi saya punya tim nih di Fakfak dan lagi putar kompetisi di Fakfak. Bolehlah uji coba sama timnas. Timnas lagi seleksi buat Piala Asia 2005 di Vietnam".
"Berangkatlah kita satu tim dari sana (Fakfak). Habis turnamen, dipilih-pilih terus berangkat ke Jakarta. Tapi transit Surabaya, karena naik kapal laut."
Melawan Timnas Futsal Indonesia yang kala itu ditukangi Justinus Lhaksana tentu saja merupakan suatu kebangaan karena bermaterikan sejumlah pemain top.
"Di timnas ada Socrates Matulessy, Yos Adi Wicaksono, Vennard Hutabarat, Roby Hartono, dan banyak lagi," kenang Jailani Ladjanibi.
"Uji coba selesai, balik ke Malang. Stay di sana sambil menunggu kapal. Pak Yos kan punya rumah di Malang. Dari Jakarta ada telepon, Coach Justin nelepon Pak Yos. Saya di suruh balik. Akhirnya saya balik sendiri ke Jakarta. Jadi saya ikut seleksi timnas. Saya dari Malang langsung ke Jakarta," kata Jailani Ladjanibi.
Keputusan Coach Justin untuk memanggil Jailani Ladjanibi ternyata tak sia-sia. Bakatnya yang luar biasa serta kekuatan fisik dan stamina yang mumpuni pada akhirnya membawa kontribusi besar bagi perkembangan Timas Futsal Indonesia di awal-awal pembentukannya.
Sejarah kemudian mencatat, Jailani Ladjanibi menjelma menjadi nama yang besar di pentas perfutsalan Tanah Air. Bahkan sampai detik ini.