Sukses


Program Naturalisasi Pemain Keturunan untuk Timnas Indonesia Dapat Dukungan Pemerintah, Bukan Hanya Sepak Bola

Bola.com, Jakarta Tancap gas program naturalisasi yang terus digeber PSSI untuk Timnas Indonesia masih terus menimbulkan pro dan kontra di Tanah Air. Tak sedikit yang mendukung, namun banyak pula yang menentang.

Kini, Timnas Indonesia, khususnya di senior, hampir semua lini diperkuat pemain naturalisasi. Maarten Paes, Jay Idzes, Calvin Verdonk, Mees Hilgers, Ivar Jenner, Ragnar Oratmangoen, Rafael Struick, dan Nathan Tjoe-A-On merupakan kekuatan inti di starting XI.

Harus diakui, kehadiran Jay Idzes dkk. mampu mendongkrak performa Skuad Garuda setidaknya dalam dua terakhir kepemimpinan Erick Thohir sebagai Ketua Umum PSSI.

Seperti saat ini misalnya, tim besutan Shin Tae-yong tengah berjuang di Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.

Sebelum kalah 1-2 dari Timnas China, armada STY sempat membuat kejutan usai bermain dengan Arab Saudi, Australia, serta nyaris mengalahkan Bahrain 2-1 sebelum akhirnya harus bermain imbang 2-2 lantaran keputusan wasit terkait gol kedua Bahrain yang berbau kontroversi.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Gas Terus

Meski mendapat kritikan, PSSI terus berlalu. Teranyar, PSSI dikabarkan sedang menaturalisasi Kevin Diks Bakarbessy, pemain FC Copenhagen, Belgia. Jika tak ada aral melintang, Kevin Diks dalam waktu dekat akan bergabung dengan Jay Idzes cs.

Hamdan Hamedan,Tenaga Ahli Menteri Pemuda & Olahraga Indonesia bidang Kepemudaan dan Diaspora, ikut angkat suara ihwal masih gencarnya program nanturalisasi.

Lewat kanal YouTube Sport77, Hamdan Hamedan menyebutkan ada sekitar sembilan juta Diaspora Indonesia yang terbesebar di 90 negara di seluruh dunia.

"Mereka itu ada sebagian yang jadi dokter, ada yang jadi lawyer, ada yang jadi mahasiswa, dan ada juga yang jadi atlet. Kita data mereka, kita petakan apakah level kompetisi di sana, apakah talenta mereka bisa kira-kira membantu jika diperlukan. Jadi kata kuncinya, jika diperlukan ketika mereka ada panggilan dari republik ini," kata Hamdan Hamedan mengawali perbincangan.

"Nah, itu lintas cabor. Misalnya waktu itu kita pernah menyerahkan data ketika diminta oleh Perbasi. Kemudian pernah juga kita menyerahkan data atlet renang. Jadi bukan hanya sepak bola saja," imbuhnya.

3 dari 4 halaman

Momentum Generasi Keturunan di Belanda

"Ini sebenarnya suatu terobosan yang dilakukan oleh Kemenpora untuk mulai memetakan. Karena kita harus tahu bahwa setiap negara itu ingin mencari talenta terbaik yang bisa memberikan prestasi".

"Inggris dan Jerman pernah ribut gara-gara satu pemain, Jamal Musiala. Jamal Musiala itu kebetulan dua kewarganegaraan, Inggris dan Jerman. Ini membuktikan negara-negara kompetitif sekali pun akan mencoba mengamankan talenta-talenta terbaik mereka".

Hamdan Hamedan juga menjelaskan kenapa pemain naturalisasi kebanyakan dari Belanda.

"Karena memang saat itu migrasinya pada 1940, 1950, 1960. Orang yang migrasi di tahun tersebut, sekarang sudah menjadi kakek nenek. Maka ruangnya itu adalah cucunya yang eligible."

"Dalam waktu 10 dan 15 tahun lagi, mereka sudah tidak eligible lagi. Karena generasi berikutnya adalah generasi cicit yang mana tidak memungkinkan lagi untuk menggantikan generasi."

4 dari 4 halaman

Bukan Cuma Belanda

Hamdan Hamedan menambahkan, tak menutup kemungkinan pemain Diaspora lainnya juga akan tersebar ke negara-negara lain.

"Di negara lain (selain Belanda) mungkin akan bertambah. Seperti halnya migrasi orang-orang Indonesia ke Australia ataupun Amerika Serikat. Jadi kit harus menciptakan data-data ini," pungkas Hamdan Hamedan.

Mencermati penjelasan Hamdan Hamedan dengan jutaan Diaspora yang tersebar di banyak negara, naturalisasi sepertinya masih akan terus berlanjut. Bahkan tak hanya di sepak bola. Wow...!

Video Populer

Foto Populer