Bola.com, Jakarta - Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, mulai mendapatkan kritik dalam pemilihan strateginya setelah kalah dari China pada lanjutan Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Dalam pertandingan yang berlangsung di Qingdao Youth Football Stadium, Qingdao, Selasa (15/10/2024) malam WIB itu, Timnas Indonesia harus mengakui keunggulan China seusai takluk dengan skor 1-2.
Baca Juga
Advertisement
Ada beberapa keputusan Shin Tae-yong yang menuai sorotan pada pertandingan ini. Selain mengganti beberapa pemain untuk mengisi starting eleven, ada pula suara yang menyebutkan bahwa taktik pelatih asal Korea Selatan itu monoton.
Jika dibandingkan dengan beberapa taktik yang pernah digunakan Shin Tae-yong selama mengasuh skuad Merah Putih, memang nyaris tidak ada perubahan signifikan dari taktik Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia ini.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Format Empat Bek
Pada awal masa tugasnya, Shin Tae-yong kerap menggunakan formasi 4-3-3. Skema ini mulai diperkenalkan sebelum menghadapi lanjutan putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia pada tahun 2021.
Taktik ini juga masih digunakan ketika skuad Merah Putih menghadapi ajang berikutnya, yaitu Piala AFF 2020. Dengan format ini, Shin Tae-yong berhasil membawa Timnas Indonesia melaju hingga final.
Shin Tae-yong juga beberapa kali menggunakan model 4-4-2 dengan menempatkan dua striker di lini depan. Namun, pakem ini sangat jarang digunakan Shin Tae-yong karena lebih sering memakai 4-3-3.
Advertisement
Formasi Baku 3-4-3
Saat ini, formasi baku yang selalu diturunkan Shin Tae-yong ialah 3-4-3. Skema tiga bek tengah sejajar ini pertama kali diperkenalkan pelatih asal Korea Selatan itu saat Timnas Indonesia menghadapi Kualifikasi Piala Asia 2023.
Sejak saat itu, skuad Merah Putih kerap kali bermain dengan pakem ini. Tiga bek tengah sejajar ini diharapkan bisa menciptakan keseimbangan antara keamanan pertahanan dan daya serang yang ofensif dengan tiga penyerang.
Saat bertahan, skema ini biasanya berubah menjadi 5-4-1. Dua wingback bakal turun ke belakang, sedangkan dua pemain sayap turun mengisi lini tengah. Hanya ada satu striker yang ditinggalkan di lini depan.
Tujuannya, pemain ini bisa menjadi inisiator block-press Timnas Indonesia. Peran semacam ini diberikan kepada Rafael Struick. Biasanya, ia ditemani Ragnar Oratmangoen dan Witan Sulaeman atau Marselino Ferdinan.
Sudah Jadi Pakem
Format 3-4-3 tampaknya sudah menjadi pakem utama yang digunakan oleh Shin Tae-yong bersama Timnas Indonesia belakangan ini. Hanya ada beberapa variasi saja yang kerap terlihat di atas lapangan.
Misalnya, dalam skema 3-4-3, salah satu bek tengah kerap naik ke depan untuk membantu skema build-up. Hal ini bertujuan untuk menciptakan numerical superiority alias situasi unggul jumlah menambah opsi distribusi umpan.
Sejak Piala Asia 2024 lalu, skema 3-4-3 selalu digunakan Shin Tae-yong, terutama ketika menghadapi lawan-lawan yang lebih sulit seperti Irak, Jepang, dan Australia. Sampai saat ini, format ini masih jadi pilihan utama STY.
Advertisement