Bola.com, Jakarta - PSBS Biak mulai memanaskan persaingan BRI Liga 1 2024/2025. Setelah dihantam problem internal pemberhentian pelatih kepala Juan Esnaider, satu-satunya wakil dari Bumi Papua ini bangkit kembali.
Padahal sebagai juara Liga 2 2024, klub berjulukan Badai Pasifik ini sangat serius membangun tim. Mereka mendatangkan arsitek yang punya jejak karir mentereng sebagai mantan pemain Timnas Argentina dan beberapa klub kondang di Eropa itu membawa PSBS Biak bisa bersaing di kasta tertinggi.
Baca Juga
Advertisement
Namun tiga kekalahan beruntun di awal pekan musim ini memaksa Juan Esnaider harus berpisah lebih cepat dengan PSBS Biak. Karena Beto Goncalves dkk. dihajar Persib 1-4, PSM 1-2, dan PSIS 0-1. Mereka pun harus mendekam di klasemen bawah cukup lama.
Awal kebangkitan PSBS justru berada di tangan pelatih karetaker, Marcos Samso, yang datang ke Indonesia satu paket dengan Juan Esnaider. Tim Ibukota, Persija, pun langsung digilas dengan skor 3-1. Skor tersebut memutuskan rekor tiga kali kemenangan yang diraih Macan Kemayoran.
Memasuki pekan kedelapan, PSBS Biak yang juga memakai tagline Napi Bongkar ini tampil mengejutkan. Kini mereka mulai menyodok di peringkat delapan klasemen sementara dengan poin 12. Posisi ini tepat di bawah Persik dan Persija, dua tim yang pernah ditundukkan PSBS. Apa sih kehebatan mereka?
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kumpulan Mantan Pemain Hebat
Sebagai debutan di Liga 1, sebenarnya PSBS telah menyiapkan diri secara teknis dan nonteknis dengan matang. Namun di awal perjalanan, ternyata mereka harus masih belajar mengarungi kerasnya persaingan level teratas.
Salah satu kunci PSBS cepat bangkit dari keterpurukan karena memiliki beberapa mantan pemain berpengalaman. Di jajaran staf pelatih ada eks Timnas Ellie Aiboy dan Robertino Pugliara. Kita tahu kaliber Ellie yang pernah memperkuat klub-klub papan atas Tanah Air. Begitu pula Pugliara sebagai legiuner asing di masanya.
Belum lagi Joice Sorongan sebagai pelatih kiper. Pria berdarah Manado ini juga kenyang asam garam berdiri di bawah mistar. Dia juga sangat paham dengan sepakbola Papua, karena cukup lama bermain di Persipura.
Keberadaan para mantan ini sangat membantu masa transisi kursi pelatih dari Juan Esnaider ke tangan Marcos Samso.
Â
Advertisement
Musafir Bermental Baja
PSBS bersama sesama tim promosi lainnya, Malut United dan Semen Padang, harus jadi musafir musim ini. Ketiganya harus menjalaninya dengan berbagai penyebab. Salah satunya sebagai hukuman dari warisan di Liga 2 lalu.
Dari hasil verifikasi kelayakan stadion mereka juga belum memadai dan masih dalam proses renovasi. PSBS pun meminjam Stadion Kapten I Wayan Dipta Gianyar, sebagai kandangnya.
Ternyata markas Bali United ini memberi berkah. Tiga tim tamu, Persija, Madura United, dan Semen Padang telah dipaksa bertekuk lutut. Duel PSBS kontra Semen Padang berlangsung paling dramatis.
Maklum, keduanya adalah finalis Liga 2 silam. Laga ini pembuktian bahwa PSBS masih lebih perkasa daripada Kabau Sirah. Baik pada pertarungan kandang, tandang, dan tempat netral. Apalagi di pertandingan itu, PSBS sempat ketinggalan dua gol. Tensinya juga panas dengan keluarnya dua kartu merah.
Â
Spirit Para Naturalisasi
Sejatinya tekad PSBS naik kasta sudah tampak pada pentas Liga 2 lalu dengan banyak mengumpulkan lima pemain naturalisasi. Ada Osas Saha, Otavio Dutra, Mamadou Barry, Fabiano Beltrame, dan Beto Goncalves.
Meski mereka telah dimakan usia, namun perannya sangat vital. Di Liga 1 hanya Fabiano dan Beto yang tersisa. Tapi pengalaman dan senioritasnya masih sangat kuat. Keduanya masing-masing telah menyumbang satu gol.
Bagi Fabiano dan Beto yang telah menginjak di atas 40 tahun umur hanya lah angka. Ternyata di usia senja bagi seorang pesepakbola masih mampu berkarya untuk klub yang dibelanya.
Advertisement