Sukses


Cerita Anang Ma'ruf Menimba Ilmu Sepak Bola di Italia, Satu Angkatan Bareng Skuad Juara Piala Dunia 2006

Bola.com, Jakarta - Usianya semakin meninggi, 48 tahun. Itu artinya, sebentar lagi dia genap setengah abad. Waktu memang begitu cepat berpacu. Ia masih seperti dulu, setidaknya dalam hal keakraban dan keramahan. Dia adalah Anang Ma'ruf.

Anak-anak sekarang mungkin tak mengenalnya dengan baik. Bahkan, berpapasan di jalan pun, tak ada yang memburu tanda tangannya lalu berkodak ria.

Tapi, bagi generasi 1990-an hingga medio 2000-an, Anang Ma'ruf adalah idola. Namanya berkibar gagah di langit Indonesia. Tak ada yang tak mengenalnya.

Kiprahnya di lapangan rumput membuat Anang Ma'ruf beken dan tak sedikit yang cemburu karena ia begitu dipuja.

Arek Suroboyo kelahiran 28 Mei 1976 sudah pamer kehebatan di klub pertamanya, yang juga telah melambungkan pesonanya, Persebaya Surabaya. Dalam kurun waktu 1994 hingga 1999, ia hadir dalam 107 laga dengan torehan 13 gol.

Sempat cabut ke klub lain, ia kembali lagi memperkuat Persebaya di periode kedua, 2004–2010. Bersama Persebaya, sedikitnya tiga gelar Liga Indonesia ikut ia menangkan yakni 1996/1997, 2004, dan 2006.

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Perkuat Tim-Tim Besar

Sejarah juga mencatat, Anang Ma'ruf tak hanya jadi legenda di Kota Pahlawan, tapi juga di Persija Jakarta. Cukup lama ia membela panji-panji kebesaran Macan Kemayoran, dari 1999 hingga 2003.

Ketangguhannya di lini belakang membuat Persija tampil sebagai kampiun Divisi Utama Liga Indonesia 2001 setelah melibas PSM Makassar 3-2 di partai puncak. Saat itu, trigol kemenangan Persija dicetak Imran Nahumarury dan brace Bambang Pamungkas.

Selain kedua klub papan atas tadi, Anang Ma'ruf juga tak bisa lepas dari proyek mercua suar bernama PSSI Primavera.

 

3 dari 4 halaman

Berguru di Italia

Anang Ma'ruf dan sejumlah bakat-bakat muda lainnya seperti Yeyen Tumena, Bima Sakti, Nurul Huda, Ferry Taufik, Kurniawan Dwi Yulianto, dan Indriyanto Nugroho diterbangkan ke Italia dan di sana mereka digembleng di kompetisi Primavera musim 1993/1994.

PSSI Primavera meninggalkan kesan mendalam karena perbedaan mencolok antar kedua negara, termasuk bahasa.

"Ada les bahasa Italia. Soalnya di sana kan kita lama. Jadi paling tidak kita harus menguasai terutama bahasanya. Seminggu bisa tiga kali les bahasa Italia," kata Anang Ma'ruf via kanal YouTube Pinggir Lapangan.

Selama mengikuti kompetisi, menurut Anang Ma'ruf, PSSI Primavera mendapat banyak pelajaran, terlebih soal teknik dan cara bermain.

"Meski kita ini pemain-pemain pilihan dari Indonesia, tapi masih apa ya, dibilang jauh sih enggak ya. Mungkin kultur sepak bola kita yang berbeda dengan mereka. Di sana itu klub akademi dan benar-benar terstruktur. Cara bermain mereka benar-benar luar biasa", ujar Anang Ma'ruf yang juga pernah memperkuat Deltras Sidoarjo dan Gresik United.

"Tapi kita patut banggalah, karena di sana kita bisa minimal mengambil ilmu sepak bola Eropa. Jadi ya benar-benar sepak bola modern waktu itu".

 

4 dari 4 halaman

Bareng Skuad Juara Piala Dunia 2006

Kebangaan lainnya, pemain yang menjadi lawan Anang Ma'ruf cs. waktu itu belakangan kemudian menjelma menjadi pemain bintang tak hanya di klub tapi juga Timnas Italia macam Alessandro Del Piero dan Enrico Chiesa.

"Kalau nggak salah, skuad Italia yang juara Piala Dunia 2006, itu Primavera semua angkatan kita," katanya seraya menyebut nama Fabio Cannavaro, Gianluca Zambrotta, Francesco Totti, dan Alessandro Nesta.

"Saya bersyukur, karena sempat bermain dengan pemain-pemain yang akan menjadi pemain yang hebat di dunia. Jadi kehebatan mereka sudah kelihatan saat itu," pungkas Anang Ma'ruf yang saat ini tanpa pekerjaan tetap usai menangani Tim Liga 3 Jawa Timur, Dynamics.

Video Populer

Foto Populer