Bola.com, Jakarta - Telah 15 hari Ruddy Keltjes menghadap Sang Khalik. Namun sosok mantan gelandang Persebaya ini masih membekas dalam ingatan Gusnul Yakin.
Bagi mantan pelatih Arema yang menjuarai Galatama 1992 ini, Ruddy Keeltjes tak hanya seorang rekan setim tapi juga sahabat karib. Maklum Gusnul Yakin dan Ruddy Keltjes bersamaan mengawali karier sebagai pesepak bola.
Advertisement
Suryanaga, klub anggota kompetisi internal Persebaya, adalah Kawah Candradimuka untuk menggembleng olah bola keduanya pada 1970.
Gusnul Yakin menganggap bergabung dengan Suryanaga sebuah kebetulan, namun berdampak besar bagi kesuksesan kariernya di kemudian hari.
Awalnya Gusnul Yakin diajak Sony Sandra, teman di klub Indonesia Muda. Mantan kiper Arseto dan tokoh sepak bola Kediri ini juga sudah meninggal dunia pada 7 Juli 2024 lalu.
"Dua sahabat saya dipanggil Allah SWT. Sony Sandra dan Ruddy Keltjes berjasa dalam karier saya. Awalnya saya diajak Sony latihan di Suryanaga. Lucunya ketika saya datang ke klub itu, Sony malah tak nongol di latihan," kenang Gusnul Yakin.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Awal Kenal Stefan Keeltjes
Ketika ditawari Sony Sandra ke Suryanaga, Gusnul Yakin masih bermain di PS Gajayana Malang, klub internal Persema.
"Sony tanya bayaran saya di Gajayana. Karena saya tak segera diangkat PNS, maka saya putuskan bergabung dengan Suryanaga. Ternyata bayaran di klub itu cukup besar untuk saat itu. Nah, di Suryanaga, saya kenal Ruddy Keltjes," katanya.
Musuh bebuyutan Suryanaga adalah Assyabaab. Pada final yang mempertemukan kedua tim itu, bos Suryanaga Kong Bob menyiapkan bonus motor Yamaha 80 untuk tiap pemain jika berhasil juara.
"Saat itu Yamaha 80 baru keluar. Harganya cukup mahal untuk ukuran waktu itu. Itu belum termasuk bonus jumlah gol di tiap pertandingan kompetisi internal. Di Suryanaga saya baru merasakan penghasilan besar sebagai pemain bola," ucapnya.
Advertisement
Sering Adu Taktik
Ketika kompetisi Galatama dimulai pada 1979, Gusnul Yakin memutuskan bergabung dengan Warna Agung yang didanai Benny Mulyono. Sementara Ruddy Keeltjes membela Niac Mitra yang disokong Agustinus Wenas.
"Saat bergabung dengan Warna Agung, saya tak pamitan dengan Ruddy Keltjes. Sehingga dia tak tahu di mana saya bermain. Dia sempat menelpon dan mengajak saya ke Niac Mitra. Setelah dia tahu saya di Warna Agung, Keeltjes pun ikut senang," tuturnya.
Ruddy Keeltjes yang sudah akrab dengan Gusnul Yakin di Suryanaga seolah tak mau berpisah. "Sejak muda karakter Ruddy Keltjes memang keras. Tapi dia pemain paling sportif. Dia benar-benar main bola. Dia tak pernah dengan sengaja ingin mencederai lawan," ungkapnya.
Meski bermain di klub Galatama berbeda, Ruddy Keeltjes selalu menghubungi Gusnul Yakin, jika Suryanaga ada pertandingan di kompetisi internal Persebaya.
"Kalau Suryanaga bertanding, Ruddy selalu minta saya ikut main. Jadi waktu itu saya sering bolak-balik Jakarta-Surabaya untuk main di Warna Agung dan Suryanaga. Waktu itu, saya merasa jadi pemain hebat. Karena pergi pulang Jakarta-Surabaya naik pesawat. Tiket sudah disiapkan bos Suryanaga. Kebetulan mes Warna Agung di Kemayoran dekat bandara," paparnya.
Meski bersahabat karib, Gusnul dan Ruddy sering adu taktik saat sama-sama melatih klub. Tak jarang keduanya saling ejek bila klub yang ditangani kalah.
"Ejekan kami lebih bersifat candaan. Karena sama-sama dari Jawa Timur, kami biasa saling mengolok dengan kata-kata pisuhan khas daerah ini," pungkasnya.