Bola.com, Jakarta - Usianya memang sudah menembus 48 tahun. Tapi soal semangat, terlebih bicara pesepakbola muda di Indonesia, Indriyanto Nugroho bisa meledak dan sangat susah dihentikan.
Sejak gantung sepatu pada 2015, eks penyerang Timnas Indonesia meneruskan karier sebagai pelatih di level kelompok umur seperti asisten pelatih Timnas Indonesia U-19 besutan Bima Sakti serta tugas yang serupa di Timnas Indonesia U-17.
Advertisement
Bergelut di akar rumput, bahkan sampai harus blusukan ke sejumlah daerah di Tanah Air, jebolan PSSI Primavera Italia itu melihat sendiri betapa bejibunnya bakat-bakat muda yang punya potensi di semua lini.
Dia lalu menyebut Medan, Kendari, Ambon, Ternate, dan Papua. Sayang, bakat-bakat tersebut seperti tanah subur yang kekurangan air.
Soalnya, kata Indriyanto Nugroho, event sepak bola sangat minim. "Kenapa event hanya di Jabodetabek saja sekarang? Padahal, di daerah ini lebih banyak potensinya yang bisa dikembangkan lagi," kata Indriyanto Nugroho via kanal YouTube Bola Bung Binder belum lama ini.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Harus Turun Tangan
Menurut Indriyanto Nugroho, semua pihak harus turun tangan untuk menggalakkan event sepak bola kelompok umur di daerah-daerah.
"Kenapa dari pihak Asprov atau Askot, Askab tak membuat satu kompetisi yang berjenjang. Padahal itu yang akan kita jadikan sebagai pondasi untuk timnas. Jujur, saya sendiri sudah hampir dari 2014 di pembinaan usia muda," katanya.
Dari pergulatan yang panjang selama lebih kurang 10 tahun, Indriyanto Nugroho merasa bersyukur dan bangga karena ikut mengentaskan sederet pemain muda yang kini menjadi andalan di timnas junior.
"Arkhan Kaka, Jehan Pahlevi, Kadek Arel. Kadek Arel itu saya tahu dari kecilnya saat usia 12 tahun," kata Indriyanto Nugroho.
"Kenapa mereka bisa seperti sekarang? Karena mereka mendapat kesempatan banyak menit bermain di level bawah atau grass root. Ini sebenarnya yang harus kita kembangkan. Kalau grass root ini mati, sepak bola kita juga nggak akan naik."
Advertisement
Tolong Diperhatikan
Sang legenda kemudian mencontohkan Bogor, di mana saat ini dia menjadi head coach di Bogor City Football Academy.
"Kabupaten Bogor itu ada 40 kecamatan. Itu kabupaten Bogor doang loh. Potensinya sangat banyak. Saya datang ke sana. Yang usia 10, usia sembilan mereka sudah menunjukkan bakat dan kemampuan mereka," katanya,
"Nah, itu tadi yang saya bilang, kembali ke federasi pusat sama federasi daerah supaya mengembangkan ini. Ya, kita berharap sebagai mantan pemain dan pelaku di pembinaan usia muda ya tolong dikasih kesempatan untuk jenjang jam terbang mereka."
Swasta
Menurut eks tukang gedor Pelita Jaya, sebagian besar pemain Timnas Indonesia U-17 saat ini berasal dari kompetisi usia muda yang digerakkan pihak swasta.
"Selama ini 80 persen yang membuat event dari pihak swasta kali ya. Tapi tidak menutup kemungkinan juga beberapa pemain kita ambil dari Asprov. Jadi sebelum ada event itu, kita sebagai asisten disuruh berjalan-jalan ke sejumlah daerah," katanya.
"Ya, bebarapa pemain seperti Ikram Algiffari, itu kan dari PPLP Padang. Terus Nabil Asyura, itu dari Soeratin Padang. Iqbal Gwijangge dari Papua, tapi lahirnya di Sumedang. Indonesia sangat luas sekali dan banyak potensi."
"Kalau dikembangkan secara sistemastis, dari federasi ke bawah. Mereke menyiapkan suatu event yang benar-benar membuat pemain itu merasa kompetitif ya kenapa enggak. Kita berharap, karena pembinaan usai muda kita masih perlu ditingkatkan," pungkas Indriyanto Nugroho yang sebelum beken di pentas sepak bola nasional pernah menjadi anak gawang atau ball boy.
Advertisement