Bola.com, Jakarta Timnas Indonesia menjamu Jepang pada lanjutan Grup C ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia pertengahan bulan ini. Ya, skuad Garuda bentrok dengan Samurai Biru di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (15/11/2024).
Masih ada waktu efektif empat hari ke depan bagi Timnas Indonesia dan Jepang mempersiapkan diri menghadapi partai krusial di GBK yang bakal dipenuhi puluhan ribu pasang mata.
Baca Juga
Advertisement
Timnas Indonesia yang masih berkutat di posisi kelima dengan tiga poin, membutuhkan kemenangan demi menjaga kans lolos ke putaran final Piala Dunia 2026. Adapun Jepang masih perkasa di puncak klasemen Grup C dan butuh beberapa poin lagi untuk lolos otomatis.
Timnas Indonesia punya sejumlah keuntungan untuk bisa meredam Jepang. Yuk simak daftar dan ulasannya dari Bola.com berikut ini:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bergabungnya Kevin Diks
Lini belakang Timnas Indonesia mendapat kekuatan tambahan dengan masuknya Kevin Diks. Bek tangguh berusia 27 tahun asal klub FC Copenhagen, dipastikan menjadi bagian dari skuad Timnas Indonesia.
Kevin Diks sudah resmi menjadi warga negara Indonesia (MU) setelah menjalani sumpah di KBRI Copenhagen, Denmark, Jumat (8/1/2024). Dia pun langsung mengikrarkan janji untuk memberikan segalanya bagi Timnas Indonesia.
Timnas Indonesia resmi menaturalisasi tiga pemain di KBRI Copenhagen, Denmark, Jumat (8/11/2024). Ia bisa memperkuat tim Merah-Putih untuk menghadapi Jepang dan juga Arab Saudi.
Kehadiran Kevin Diks membuat lini belakang Indonesia semakin sangar. Pemain berdarah Maluku kelahiran Apeldoorn, Belanda, 28 tahun lalu itu akan melengkapi tiga karang tangguh dalam formasi 3-2-4-1 STY, Mees Hilgers - Jay Idzes - Kevin Diks.
Seperti Mees Hilgers dan Jay Idzes, Kevin Diks juga kenyang pengalaman pertandingan di level atas Eropa, termasuk Liga Champions.
Advertisement
Dukungan Penuh Suporter
Timnas Indonesia harus memanfaatkan segala keuntungannya menghadapi Jepang. Satu di antaranya adalah dukungan penuh dari para suporter. Stadion GBK yang berkapasitas 60 ribu penonton, dipastikan akan didominasi warna merah alias suporternya sendiri.
Kubu Jepang, melalui pelatihnya Hajime Moriyasu bahkan menyebut suporter akan menjadi kekuatan tersendiri bagi Timnas Indonesia. Masih terngiang-ngiang dalam ingatannya, melihat ribuan orang memadati setiap sudut tribune GBK.
"Saya sudah melihat kualifikasi sejauh ini, dan pada kualifikasi U-20 beberapa waktu lalu, ada 60.000 hingga 80.000 orang yang hadir. Ini akan menjadi situasi yang sangat sulit," ujar Moriyasu belum lama ini.
Ucapan Moriyasu tersebut mengacu pada pertandingan perempat final Piala Asia U-19 2018. Bermain di SUGBK ketika itu, Timnas Jepang U-19 yang diperkuat Takefusa Kubo mengalahkan Timnas Indonesia U-19 dengan skor 2-0.
Akan tetapi, Jepang baru bisa menjebol gawang Indonesia pada menit ke-40, dan mencetak gol kedua pada menit 70. Kemenangan ini membawa Jepang tampil di Piala Dunia U-20 2019.
Kembali ke masa kini, Moriyasu menggarisbawahi dukungan militan yang diberikan suporter Indonesia pada pertandingan itu. Tercatat, sebanyak 60.154 orang hadir di SUGBK untuk memberikan dukungan langsung pada pasukan asuhan pelatih Indra Sjafri.
Hal sama, kemungkinan juga akan terjadi ketika Samurai Biru menyambangi SUGBK pada 15 November 2024 sehingga Moriyasu akan melakukan antisipasi sedari sekarang.
Adaptasi Cuaca
Satu lagi faktor yang bisa membawa keuntungan bagi Timnas Indonesia untuk menggulingkan Jepang adalah perihal cuaca. Sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Jakarta sudah mulai memasuki musim penghujan.
Sering terjadi cuaca yang panas menyengat hingga siang hari, namun tiba-tiba hujan lebat mengguyur di sore harinya. Bagi sebagian besar pemain Timnas Indonesia sudah terbiasa dengan cuaca seperti ini.
Namun jelas tidak bagi para pemain Jepang atau Arab Saudi yang perlu beradaptasi dengan cuaca yang berubah-ubah seperti sekarang ini di Jakarta.
Advertisement