Bola.com, Jakarta Tak mudah untuk bisa mengalahkan Timnas Jepang. Tapi target toh harus bisa dicapai, karena kalau kembali kalah kans Timnas Indonesia untuk melangkah ke fase selanjutnya bakal sangat berat.
Semua mata akan tertuju ke Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta pada 15 November, dimana pada saat itu Indonesia - Jepang bertarung dalam laga matchday 5 Grup C ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Baca Juga
Advertisement
Skuad Garuda mengusung target tinggi, bisa memetik poin dari Samurai Biru, meski untuk mewujudkannya tentunya tak semudah membalikkan telapan tangn.
Jepang membumbung tinggi di atas Indonesia. Tim asuhan Hajime Moriyasu masih jemawa di puncak klasemen Grup C dengan tabungan 10 poin, hasil dari empat laga tanpa terkalahkan.
Sementara, tuan rumah, yang mengantongi tiga poin berada di posisi kelima dengan tiga hasil seri serta sekali kalah.
Pada laga terakhir, Indonesia kalah 2- dari China. Kekalahan tersebut membuat pelatih Shin Tae-yong berada dalam tekanan. Oleh karena itulah, menghadapi Jepang, juru taktik asal Korea Selatan itu harus bisa meraih hasil positif.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ribut soal Wasit
Pengamat sepak bola nasional, Tommy Welly, ikut angkat suara jelang duel yang sangat dinantikan oleh seluruh rakyat Indonesia.
Lewat kanal YouTube Sportify Indonesia, Tommy Welly atau yang lebih akrab disapa Towel mengomentari ihwal wasit yang akan memimpin duel Jepang vs Indonesia yakni Bonyadifard Mooud asal Iran.
Bagi pecinta sepak bola nasional, pengadil berusia 39 tahun bukan wajah asing karena pernah memimpin duel PSM Makassar kontra Persija Jakarta di pentas Liga Indonesia 2017.
"Isu wasit ini melebihi isu teknikal di seminggu terakhir yang saya lihat. Tadinya dibilang wasit (asal) Qatar, sekarang wasit asal Iran. Terus nanti lawan Arab Saudi, wasitnya asal Uzbekistan," katanya
"Oke. Poin saya bukan dari Iran, Qatar, atau dari mana pun. Tapi sebenarnya soal bagaimana memainkan politik diplomasinya. Waktu Sekjen PSSI kebetulan ke AFC melakukan, katakanlah melobi pembicaraan atau memberikan sebuah catatan wasit jangan dari, nah kalau di berita kalau dibaca dengan cermat itu ada kesalahan istilah," lanjutnya.
"Saya nggak tahu sekjen yang salah ucap, atau wartawannya yang salah tulis. Kan waktu catatan lawan Bahrain wasitnya kan asal Oman, jangan dari konfederasi yang sama katanya. Waktu saya baca berita yang beredar itu, saya bingung. Kita kan AFC, wasit pasti dari konfederasi yang sama. Berarti sub konfederasi yang benar. Sub konfederasi ada Asia Timur, Asia Barat, Asia Tengah, Asia Selatan."
Advertisement
Tak Perlu Trauma
Apakah ada traumatik terhadap kepemimpinan wasit AFC?
"Dan yang lebih lucunya lagi, kita kan bukan minta dibantu tapi netral. Kan itu kalimat yang menurut saya nggak perlu. Kalau yang ngerti bola ya. Nggak perlu terucap kalimat seperti itu," katanya.
"Kita nggak minta dibantu. Itu kan seolah-olah mindset. Itu sudah normatifnya wasit. Laws of the Game. Sudah itu saja. Jadi wasit akan memimpin berdasarkan Laws of the Game itu saja. Yang salah ya salah, yang pelanggaran ya pelanggaran. Kita sucinya wasit kan Laws of the Game. Tapi ini kan menurut saya sekjen off side."
Wasit Timur Tengah
Wasit-wasit Timur Tengah terlanjur menjadi momok yang menakutkan bagi Indonesia. Masih ingat ketika Indonesia melawan Bahrain yang berakhir imbang 2-2?
Saat itu, wasit asal Oman itu banjir kecaman karena tak meniup peluit panjang tanda berakhir laga yang membuat Bahrain akhirnya mampu menyamakan skor yang seharusnya mereka kalah 1-2.
Semoga, saat melawan Jepang nanti, wasit Bonyadifard Mooud asal Iran memimpin pertandingan seperti yang dikatakan Towel berdasarkan Laws of the Game.
Â
Advertisement