Bola.com, Jakarta - Bek asing PSIS Semarang, Roger Bonet, memberikan analisisnya saat menyaksikan kemenangan Timnas Indonesia atas Arab Saudi pada lanjutan putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Roger Bonet memang memiliki kemampuan analisis yang cukup tajam. Meskipun saat ini masih aktif memperkuat PSIS Semarang di BRI Liga 1 2024/2025, tetapi dia sebetulnya sudah mengantongi lisensi kepelatihan UEFA A.
Baca Juga
Yoyok Sukawi Jelaskan Duduk Perkara PSIS Dapat Sanksi FIFA: Kasus Pemain Asing Lama, Kini Dilarang Daftarkan Pemain Baru
Prediksi PSS Sleman Vs PSIS Semarang di BRI Liga 1: Duel Sengit Tim Papan Bawah
Duel Antar Lini PSIS Semarang Vs Bali United di BRI Liga 1: Adu Pintar Racing Strategi Gilbert Agius dengan Stefano Cugurra
Advertisement
Bek asal Spanyol itu mengulas bagaimana perubahan taktik di atas lapangan yang dilakukan oleh Shin Tae-yong. Ada satu hal mencolok yang terlihat saat melawan Arab Saudi dibandingkan menghadapi Jepang pada duel sebelumnya.
Tak hanya itu, ada satu keunggulan positif yang berhasil dimaksimalkan oleh skuad Merah Putih hingga akhirnya mengamankan skor 2-0 atas Arab Saudi dalam duel di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Selasa (19/11/2024) itu.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Perubahan Struktur Pertahanan
Di atas kertas, Timnas Indonesia bermain dengan skema 3-4-3. Namun, ketika bertahan, struktur ini mengalami perubahan bentuk menjadi 5-3-2. Struktur pertahanan ini berbeda dengan saat menghadapi Jepang yang menghasilkan skema 5-4-1.
Meskipun demikian, menurut Roger Bonet, perubahan inilah yang memberikan dampak signifikan. Sebab, turunnya Marselino Ferdinan ke area tengah bisa menutup ruang kosong yang kerap dieksploitasi Jepang pada laga sebelumnya.
Struktur block-press yang menyisakan Ragnar Oratmangoen dan Rafael Struick memang kerap menghasilkan situasi serangan balik yang berbahaya. Transisi menyerang inilah yang menjadi keunggulan skuad Garuda.
“Timnas Indonesia bertahan dengan formasi 5-4-1 saat melawan Jepang, tetapi kemudian bergeser menjadi formasi 5-3-2 saat menghadapi Arab Saudi,” tulis Roger Bonet melalui akun X, Selasa (19/11/2024).
“Ini mengorbankan satu pemain untuk bertahan lebih dalam guna menambah kehadiran pemain lain yang lebih tinggi di lapangan, siap untuk transisi menyerang. Itu berhasil dengan baik,” tambah dia.
Advertisement
Eksploitasi Pertahanan Lawan
Pemain yang akrab disapa Ruxi itu mengakui, gaya permainan skuad asuhan Shin Tae-yong memang cukup menghibur meskipun tidak mengambil pendekatan build-up secara konstruktif dari lini pertama.
Permainan direct yang mengandalkan umpan lambung ke belakang pertahanan lawan juga efektif. Sebab, The Green Falcons memang pontang-panting menghadapi ancaman yang diberikan skuad Garuda tersebut.
“Permainan Timnas Indonesia sangat menghibur untuk ditonton. Apa pun bisa terjadi. Mereka tidak perlu membangun skema build-up yang lama untuk menciptakan bahaya,” tulis Roger Bonet.
“Setiap bola yang dimainkan di belakang garis pertahanan Arab Saudi berpotensi untuk menghasilkan gol. Rencananya memang sejelas itu,” tambah lelaki yang memiliki gelar Sarjana Psikologi dari Universitat Oberta de Catalunya (UOC) itu.
Maksimalkan Situasi Chaos
Pemain berusia 29 tahun itu memang melihat titik lemah dari pendekatan permainan semacam ini, yakni menimbulkan situasi chaos. Namun, ternyata kekacauan semacam inilah yang tak bisa diantisipasi Arab Saudi.
“Namun, ketergantungan mereka yang terus menerus pada permainan langsung sering kali membuat permainan tidak dapat diprediksi, kacau dan terbuka lebar. Bagaimanapun dalam kekacauan itu, Timnas Indonesia tampak lebih nyaman ketimbang Arab Saudi,” tulisnya.
Advertisement