Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia saat ini memiliki persoalan di lini depan. Tak ada striker yang bisa menjadi tumpuan, terutama mereka yang merupakan produk dari kompetisi Liga 1.
Hal itu membuat PSSI mengambil langkah cepat dengan menaturalisasi pemain yang memiliki darah Indonesia di Eropa.
Baca Juga
Sumardji Beberkan Target Timnas Indonesia pada Piala AFF 2024: Masuk Final Saja Sudah Bagus
Kembali ke Timnas Indonesia dan Bisa Duet Lagi Dengan Marselino Ferdinan, Ronaldo Kwateh Optimistis Berbicara Banyak di Piala AFF 2024
Selain Meniru Timnas Indonesia, Malaysia Bisa Ikuti Program Naturalisasi Srilanka
Advertisement
Situasi ini berbanding terbalik dengan era awal 2000-an, di mana Timnas Indonesia selalu memiliki banyak stok pemain di lini depan, mulai dari Kurniawan Dwi Yulianto, Bambang Pamungkas, Budi Sudarsono, Ilham Jaya Kesuma, Boaz Solossa, Zaenal Arif, dan masih banyak lagi.
Apa yang membuat striker lokal saat ini tidak bisa mengikuti jejak para seniornya? Mantan penyerang Timnas Indonesia, Aliyudin, angkat bicara.
"Dari pendapat saya, striker lokal tidak hilang. Hanya saja tidak terlalu menonjol," ujar Aliyudin dalam kanal YouTube Bicara Bola by Akmal.
Aliyudin menyebut pemain seperti Ramadhan Sananta dan Dimas Drajad memiliki kualitas layak untuk Timnas Indonesia. Ada juga striker muda seperti Hokky Caraka. Untuk level kelompok usia, ada Arkhan Kaka.
"Sananta menurut saya salah satu yang bagus saat ini. Dimas juga punya kekuatan fisik. Kemudian Hokky dan Arkhan Kaka. Mereka harus berani bersaing dengan striker yang ada sekarang. Saat ada kesempatan, harus bisa memperlihatkan," ujarmantan striker Persija Jakarta itu.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Faktor Formasi
Striker klub Liga 1 dianggap kurang menonjol karena formasi yang diterapkan, baik di klub maupun Timnas Indonesia. Saat ini lebih banyak pelatih yang menggunakan formasi tiga penyerang, dan klub lebih mengutamakan posisi striker diisi pemain asing.
"Berbeda dengan dulu, masih ada dua striker. Kebanyakan satu striker asing dan satu striker lokal. Fokus pertahanan lawan terhadap striker asing, sehingga striker lokal lebih terlihat perannya. Kami rasa itu salah satu faktor yang membuat dulu banyak striker yang muncul," imbuhnya.
Saat ini, para penyerang lokal di Liga 1 lebih sering jadi cadangan. Itu membuat insting gol mereka tidak terasah. Buktinya, musim ini hanya Egy Maulana Vikri yang bisa bersaing di bursa top scorer Liga 1. Sedangkan Hokky, Sananta, Dimas dan lainnya masih minim gol hingga pekan 11 BRI Liga 1.
Advertisement
Potensi Pencetak Gol Termuda
Sebenarnya, regenerasi striker di Indonesia tetap berjalan. Saat ini, ada Arkhan Kaka yang baru mengukir sejarah di Liga 1.
Dia memecahkan rekor striker termuda yang mencetak gol. Tepatnya pada pekan 8 Liga 1, Kaka mencetak gol untuk Persis Solo pada usia 17 tahun 1 bulan 17 hari. Dia memecahkan catatan Marselino Ferdinan yang mencetak gol pertama di usia 17 tahun 1 bulan 27 hari.
“Menurut saya, di usia seperti itu, Kaka punya potensi luar biasa. Namun, saya meminta tolong kepada netizen, kalau bisa jangan sampai di-bully berlebihan, karena mental pemain muda seusia Kaka masih labil. Kritik boleh, tapi membangun,” tegasnya.
Perlu diketahui, Kaka sempat dapat hujatan dari netizen ketika membela Timnas Indonesia U-17 di Piala Dunia U-17 2023.
Waktu itu, Kaka melakukan selebrasi setelah menjebol gawang Panama di Piala Dunia U-17 2023. Selebrasi itu dianggap tidak tepat karena skor pertandingan masih imbang 1-1.