Bola.com, Kediri - Syamsuddin Batola, mantan stoper PSM yang melegenda, meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas di jalan tol Pasuruan-Probolinggo, Kamis (12/12/2024), pukul 05.30 WIB.
Almarhum mengembuskan napas terakhir dalam perjalanan menunaikan tugas sebagai pelatih kepala, mewakili Persewangi Banyuwangi menghadiri technical meeting menjelang digelarnya Kompetisi Liga 4 Jatim di Surabaya.
Baca Juga
Advertisement
"Meninggalnya coach Syamsuddin Batola termasuk jihad. Dia sebagai pelatih Persewangi menunaikan tugas tim untuk rapat Liga 4 Jatim di Surabaya. Kepergiannya menjalankan profesi sepak bola yang telah digeluti dan dicintai almarhum sejak kecil," kata Handoko, Presiden Klub Persewangi.
Bakat pria yang tutup usia di umur 57 tahun ini tampak sejak kecil. Kelebihannya ini membawanya masuk ke Diklat Sulsel. Potensi luar biasa yang dimiliki Syamsuddin Batola, selanjutnya dia hijrah di Diklat Ragunan Jakarta.
Di situlah Syamsuddin Batola memulai petualangannya hingga menjadi pesepak bola terkenal di Indonesia.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bangga Gabung Klub Elite di Usia Muda
Dari Diklat Ragunan, karier profesional Syamsuddin Batola lantas dimulai di era Galatama. Pelita Jaya yang getol menampung pemain-pemain muda berbakat merekrut Syamsuddin Batola.
Dia masuk ke klub milik Nirwan Bakrie itu pada 1986 bersama rekan sediklat, seperti Alexander Saununu, I Made Pasek Wijaya, dan Bonggo Pribadi.
Bersama teman sekolahnya itu, Syamsuddin Batola jadi tulang punggung Timnas Indonesia Pelajar yang tampil di Bangkok, Thailand.
Namun, kariernya di Pelita Jaya tak berjalan panjang.
"Saat itu kami masih sangat muda. Jadi, untuk menembus tim inti sangat berat karena harus bersaing dengan pemain-pemainnya senior. Syam Batola juga sulit di posisi gelandang karena di situ ada Maman Suryaman dan Rully Nere. Tapi, kami bangga di usia muda sudah bergabung dengan tim elite," kata Alexander Saununu.
Advertisement
Dari Gelandang ke Stoper
Alexander Saununu mengungkapkan posisi awal favorit Syamsuddin Batola memang jadi gelandang. Namun, dia berganti peran sebagai stoper ketika pulang ke Makassar untuk bergabung dengan PSM.
"Setelah pindah jadi stoper, permainan Syamsuddin Batola makin cemerlang karena kemampuannya juga didukung postur yang kekar. Dia salah satu bek yang sulit dilewati lawan. Meski sebentar di Pelita Jaya, Syam Batola masuk di grup WA mantan pemain Pelita Jaya. Makanya berita meninggalnya Syam Batola langsung menyebar di grup WA kami," tutur Alexander Saununu.
Prestasi terbaik Syamsuddin Batola selain menjadi pemain Timnas Indonesia Pelajar adalah mempersembahkan gelar juara untuk PSM Makassar pada Divisi Utama Liga Indonesia 1999–2000 bersama adiknya, Zain Batola.
Total di Sepak Bola
Bola.com sempat melihat sisa-sisa kepiawaian Syamsuddin Batola ketika dia jadi kapten tim Persim Maros yang bertanding melawan Persik di Stadion Brawijaya Kota Kediri pada Divisi I 2003, yang kala itu diwarnai dengan keributan antarpemain dan ofisial tim.
Buntutnya, kubu Persik merasa ketakutan saat giliran melawat ke kandang Persim sehingga pihak tim Macan Putih meminta pengawalan ketat di Maros. Persim, klub tanah kelahiran in, menjadi tim terakhir saat Syamsuddin Batola memutuskan pensiun sebagai pemain.
"Saya, Pasek Wijaya, dan Bonggo Pribadi akrab dengan Syam Batola karena kami satu sekolah di Diklat Ragunan dan mengawali karier pemain di Pelita Jaya. Almarhum sosok yang baik, ramah, religius, dan total di sepak bola hingga akhir hayatnya. Kami sangat kehilangan seorang sahabat yang baik. Semoga Tuhan YME menerima semua amal ibadah Syam Batola," ucap Alexander Saununu.
Advertisement