Bola.com, Viet Tri - Format Piala AFF 2024 menjadi sorotan banyak pihak. Sebelumnya, pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong mengeluhkan sistem laga kandang dan tandang sejak fase grup di turnamen itu.
Namun, pelatih Timnas Vietnam, Kim Sang-sik memiliki pandangan yang berbeda. Kim merasa format di Piala AFF 2024 memang berat bagi para peserta.
Baca Juga
Penyesalan Kim Sang-sik usai Vietnam Kalahkan Timnas Indonesia 1-0 di Piala AFF 2024: Seharusnya Bisa Menang Lebih Besar!
Shin Tae-yong Beri Selamat ke Vietnam dan Kim Sang-sik Setelah Tumbangkan Timnas Indonesia di Piala AFF 2024
Vietnam Vs Timnas Indonesia di Piala AFF 2024: Rindu Dendam Hubungan Shin Tae-yong dan Kim Sang-sik
Advertisement
Meski demikian, Kim Sang-sik tidak mengeluh. Pelatih asal Korea Selatan itu lebih memilih untuk mencoba mencari solusi dari kesulitan itu.
"Semua tim punya jadwal yang padat. Saya bersimpati dengan pelatih Shin Tae-yong. Kalau tidak bisa berubah, kita harus beradaptasi," katanya dalam konferensi pers selepas mengalahkan Timnas Indonesia dengan skor 1-0, Minggu (15/12/2024) malam.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Rotasi dan Makanan Bergizi
Kim Sang-sik pun membocorkan situasi yang ia lakukan untuk mengatasi jadwal padat dan format unik di Piala AFF 2024. Rotasi pemain menjadi pilihan utama.
Selain itu, Kim Sang-sik juga menerapkan menu makanan yang cukup ketat untuk para pemain Timnas Vietnam di sepanjang Piala AFF 2024.
"Saya bisa melakukan rotasi untuk mengatasi situasi tersebut, tambah Makanan bergizi untuk para pemain. Semua tim punya masalah yang sama, jadi mereka harus menang dengan kekuatan mental,” jelas Kim Sang-sik.
Advertisement
Keluhan Shin Tae-yong
Sebelumnya, Shin Tae-yong sempat menyampaikan kritik untuk format di Piala AFF 2024. Shin merasa para pemain sangat terkuras staminanya dengan jadwal padat dan format di turnamen itu.
“Sebenarnya bukan hanya Indonesia tapi semua tim juga mengalami kesulitan yang sama. Bahkan ada negara yang tidak punya penerbangan langsung untuk bepergian, sehingga kita harus terbang lebih dari 10 jam," ungkap Shin Tae-yong.
"Misalnya kita pernah harus terbang lebih dari 12 jam. untuk sampai ke Myanmar. Saya sebagai pelatih merasa lelah, lalu seberapa lelahkah para pemain?," tandasnya.