Bola.com, Kediri - Shin Tae-yong menjadi bahan 'polemik' yang masih berlangsung selepas Timnas Indonesia dinilai gagal di Piala AFF 2024.
Kehebatan seorang pelatih tak melulu hanya dilihat dari banyaknya gelar juara yang diraih bersama tim asuhannya. Namun, bagaimana proses dan perjuangan arsitek tersebut agar tim menjadi juara, harus diamati dengan cermat.
Baca Juga
Cerita Shin Sang-gyu Dibujuk Shin Tae-yong Melatih Timnas Indonesia: Sempat Lama Menimba Ilmu di Inggris
Polemik Pemecatan Shin Tae-yong dari Timnas Indonesia: Siapa Pihak yang Mengangguk Untung dan Buntung?
Foto: Sepak Terjang Perjuangan Timnas Indonesia di Tahun 2024, Skuad Garuda Semakin Terbang Tinggi
Advertisement
Nah, dalam menjalani proses itulah sebenarnya tantangan yang dihadapi seorang juru taktik tim lantaran kegagalan akan berisiko pada pemecatan.
Narasi di atas mengacu pada polemik yang ramai dilontarkan publik terkait kegagalan pelatih Shin Tae-yong bersama Timnas Indonesia di Piala AFF 2024.
"Di segala sendi kehidupan, ketika seorang mengalami kegagalan maka semua prestasi besar yang telah dilakukan seolah sirna dan dilupakan. Dunia kepelatihan juga berlaku premis seperti itu. Jadi, saya tak heran jika sekarang publik ramai menuntut agar PSSI memecat Shin Tae-yong," kata Gusnul Yakin, pengamat sepak bola nasional.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Berani Ambil Risiko
Namun, pengamat yang juga pelatih senior asal Malang itu menilai Shin Tae-yong tergolong sosok yang berani mengambil risiko dengan taruhan reputasinya saat menangani Timnas Indonesia di Piala AFF 2024.
"Kegagalan di Piala AFF lalu menghapus semua prestasi besar yang telah dipersembahkan Shin Tae-yong untuk Timnas Indonesia. Saya yakin dia tahu risiko itu makanya Shin Tae-yong berani melawan arus. Pelatih yang ingin sukses harus seperti itu," ujarnya.
Gusnul Yakin mengungkapkan pengalamannya ketika membesut Arema Indonesia di ISL 2009.
Keputusannya merekrut Roman Chmelo, mendapat penolakan dari ofisial tim karena cara bermain gelandang serang asal Slowakia itu tak sesuai karakter ngeyel khas sepak bola Malangan.
"Saya berkukuh dengan sikap saya. Saya didukung CEO, Darjoto Setiawan, tanggung jawab saya kepada dia. Akhirnya, Roman Chmelo jadi andalan Arema dan idola Aremania. Bahkan dia bertahan di sana sampai beberapa musim. Tapi, bila gagal, saya yang dikecam suporter," ungkapnya.
Advertisement
Siap Bertaruh
Gusnul Yakin menambahkan situasi itu pula yang sekarang dialami Shin Tae-yong.
"Coach Shin didukung dan harus bertanggung jawab kepada Ketum PSSI, Erick Thohir. Kalau dia sukses di Piala AFF pasti dipuji. Kalau gagal, Shin Tae-yong di-bully. Semua keputusan ada di tangan Erick Thohir. Apakah mempertahankan atau memecat Shin Tae-yong," tuturnya.
Padahal, jelas Gusnul Yakin, ketika Shin Tae-yong memegang kendali Timnas Indonesia di Piala AFF 2024, ia telah siap mempertaruhkan reputasi apik di sepak bola Indonesia.
"Dengan hasil buruk di Piala AFF kemarin, otomatis reputasi Shin Tae-yong jatuh. Tapi, sebagai pelatih pengalaman yang pernah dilempari tomat busuk saat tiba di negaranya setelah Korsel gagal di Piala Dunia 2018, saya kira Shin Tae-yong sudah kebal dengan segala kritikan dari publik sepak bola Indonesia," imbuhnya.