Sukses


Dejan Antonic Naik Mesin Waktu Mudik ke Surabaya, Nostalgia Sepak Bola Indonesia

Dejan Antonic bisa saja meneruskan karier ke negara Eropa lainnya. Tapi takdir justru membawanya ke Indonsia dan menjadi legenda.

Bola.com, Jakarta Sebagai salah satu pemain muda berbakat di negaranya, Yugoslavia, Dejan Antonic bisa saja meneruskan karier ke negara Eropa lainnya. Tapi takdir justru membawanya ke Indonsia dan menjadi legenda.

Bagi pecinta sepak bola Indonesia, nama Dejan Antonic sudah tak asing lagi. Mengawali karier bersama Persebaya Surabaya pada 1995, Dejan Antonic juga pernah berkostum Persita Tangerang dan Persema Malang.

Tak hanya menjadi pemain, Dejan Antonic juga dikenal sebagai pelatih banyak tim di Indonesia seperti Arema Indonesia, Persib Bandung, Madura United, Borneo, serta PSS Sleman.

Lama tak kendengaran kabarnya, Dejan Antonic diam-diam ternyata meneruskan karier kepelatihannya di China, menukangi Foshan Nanshi dari 2023 hingga 2024.

Sebelum kembali ke Hong Kong, dimana ia dan keluarganya menetap di sana selama lebih kurang 23 tahun, legenda yang kini berusia 55 tahun menyambangi teman-temannya di Jakarta dan Surabaya.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Naik Mesin Waktu

Mudik ke Indonesia, khususnya Surabaya, membawa Dejan Antonic seakan terbang ke masa lalu, di awal-awal kariernya bermain di Liga Indonesia.

"Saya pertama kali ke Surabaya," kata Dejan Antonic lewat kanal YouTube Sport77 belum lama ini.

Bagaimana ceritanya bisa ke Indonesia? Siapa yang bawa? Menurut Dejan Antonic, ia terpaksa keluar dari negaranya karena situasi Yugoslavia diamuk perang saudara. Perang membuat Yugoslavia terbelah menjadi beberapa negara, termasuk Serbia.

"Situasi kita sebelum masuk ke sini, paling parah karena kita banyak masalah untuk perang. Itu posisi kita sangat sulit. Saya bikin keputusan karena sebelum Indonesia, saya main di Liga Belgia," ujar Dejan Antonic.

"Tapi karena politik banyak masalah untuk pemain, ada teman saya, agennya Dejan Savicevic, bintang besar AC Milan, mengajak saya ke Indonesia. Saya lihat ada Roger Milla, Maboang Kessack. Saya senang dan setuju datang ke Surabaya," imbuhnya.

3 dari 4 halaman

Nostalgia di Persebaya

Dejan Savicevic mengaku sama sekali tak tahu Indonesia, apalagi Surabaya. Tapi ia tetap yakin dengan keputusannya, terlebih setelah berkomunikasi dengan dua pilar asing yang sudah lebih dulu bermain di Liga Indonesia.

"Sebelumnya saya tidak tahu Indonesia sama sekali. Sebelum saya ke sini ada dua pemain asing di sini yakni Gluscevic dan Dejan Gluscevic (Bandung Raya). Saya komunikasi sama mereka dan semua positif. Mereka bilang Liga Indonesia cukup bagus dan sedikit keras. Tapi setelah datang bukan sedikit, tapi banyak," ujar Dejan Savicevic sembari tertawa.

Meski pendatang baru, Dejan Antonic tak terlalu lama untuk bisa cepat beradaptasi. Terlebih, sang istri yang berasal dari Surabaya, ikut turun tangan sehingga sangat membantu karier Dejan Antonic.

"Saya cepat beradaptasi dan banyak belajar dari awal. Orang Indonesia sama dengan orang Serbia, senang tidak ada keras, tidak ada terlalu sombong, dan negatif. Saya bikin keputusan untuk stay di Surabaya. Saya ketemu Venna, istri saya, dan Puji Tuhan kita sudah hampir 25 tahun married dan i'm ferry happy because dia bantu saya banyak, saya bisa bahasa Indonesia, makanan untuk semua dan adaptasi saya cepat sekali," tukasnya.

4 dari 4 halaman

Alasan ke Indonesia

Tak sedikit yang heran dan bertanya, terkait keputusan Dejan Antonic cabut ke Indonesia. Padahal, saat itu, ia merupakan salah satu pemain berbakat di kampung halamannya.

"Ada banyak yang bilang, 'Dejan, kenapa kamu pilih Indonesia'. Karena nama saya cukup bagus di sepak bola Yugoslavia dulu. Saya main di tim-tim besar seperti Red Star Belgrade. Saya punya Europa League, Champions League. Tahun 1991 kita menang lawan Olympique Marseille di Champions League. Saya ada di tim. Saya memang tidak main. Tapi sebagai pemain muda bisa ikut tim utama," kata Dejan Antonic.

"Habis itu kita main di Cile lawan Colo-Colo di Super Cup dan kita menang 4-0. Tahun 1987, golden generation of Yugoslavia football nama besar sekali seperti Boban, Suker, Mijatovic, Prosinecki. Kita juara di Cile, FIFA World Youth Championship," pungkasnya.

Selanjutnya: Naik Mesin Waktu

Video Populer

Foto Populer