Bola.com, Jakarta - Pada 1994 PSSI menyatukan klub-klubnya eks Galatama dan Perserikatan agar kompetisi di Indonesia lebih profesional. Namun dalam perjalanannya muncul kecemburuan. Karena klub eks Perserikatan masih bisa memakai APBD untuk operasional tim.
Tak pelak lagi. Kontestan kompetisi dari eks Perserikatan makin gemerlap. Sebaliknya klub-klub eks Galatama yang menggantungkan kocek pribadi satu per satu mulai kolaps dan tersingkir.
Advertisement
Karena memakai dana APBD, maka banyak pejabat daerah mengisi jajaran manajemen klub eks Perserikatan. Anak, menantu, hingga kerabat dari pejabat pun didaulat sebagai manajer tim.
Karena dalam perjalanan banyak terdapat penyimpangan penggunaan APBD sebagai ajang korupsi dan pencitraan kepala daerah, maka sejak 2012 lewat Permendagri No.1 tahun 2011 Pemerintah melarang dana publik itu digunakan untuk klub profesional.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Warisan Era APBD
Di BRI Liga 1 2024/2025, di antara petinggi klub masih tersisa sosok Iwan Budianto dan Yoyok Sukawi sebagai warisan era kompetisi APBD. Bahkan keduanya sebagai manajer tim terlibat panasnya aroma persaingan ketika Persik dan PSIS bertarung di Final Divisi Utama 2006.
Saat itu, Iwan Budianto adalah menantu almarhum Walikota Kediri HA Maschut. Sedangkan Yoyok merupakan putra Walikota Semarang Sukawi Sutarip. Kedua kepala daerah ini pun merangkap jabatan Ketua Umum bagi Persik dan PSIS.
Di skuad Persik dan PSIS, Iwan Budianto dan Yoyok Sukawi punya tanggungjawab menjaga martabat mertua dan bapak masing-masing. Sekaligus misi mereka mengharumkan nama Kota Kediri dan Kota Semarang di tataran tertinggi sepakbola Indonesia.
Iwan Budianto tak mau mengalah, karena saat itu Persik memiliki deretan pemain bintang, seperti Cristian Gonzales, Danilo Fernando, hingga Leo Guiterez. Begitu pula Yoyok Sukawi yang yakin dengan keberadaan sosok asing Emanuel de Porras dan Gustavo Hernan Ortiz.
Advertisement
Beban Berat Klan Sukawi
Beban Yoyok Sukawi lebih berat ketimbang Iwan Budianto. Karena sang ayah, Sukawi Sutarip, akan bertarung untuk jabatan periode kedua Walikota Semarang. Di masa sepakbola APBD sesuatu yang lumrah klub dijadikan kendaraan untuk kepentingan politik bagi pejabat daerah setempat.
Pada pekan ke-24 BRI Liga 1 nanti, Iwan Budianto dan Yoyok Sukawi adalah CEO bagi Arema FC dan PSIS. Jika keduanya masih ingat perseteruan yang terjadi 19 tahun lalu di Stadion Manahan Solo, tensi pertandingan Arema FC kontra PSIS akan tinggi.
Apalagi Singo Edan sedang di atas angin. Sementara sekali lagi, Yoyok Sukawi dalam posisi terjepit. Karena PSIS tak kunjung naik dari posisi bawah. Mahesa Jenar masih berada di urutan keempatbelas klasemen sementara alias dua setrip dari zona degradasi.
Persaingan di BRI Liga 1 2024/2025
Advertisement