Sukses


Terinspirasi Brighton, PSIM Ogah Jor-joran tapi Jadi Pencetak Pemain-Pemain Top

Lantas seperti apa persiapan dan ambisi PSIM Yogyakarta menghadapi kerasnya persaingan di Liga 1 musim depan?

Bola.com, Jakarta - PSIM Yogyakarta menjalani musim yang fantastis. Mereka baru saja meraih gelar juara Pegadaian Liga 2 2024/2025.

Pada partai final, Laskar Mataram menekuk Bhayangkara FC dengan skor 2-1 di Stadion Manahan, Kota Solo, Jawa Tengah, Rabu (26/2/2025) malam WIB.

Dua gol pasukan Erwan Hendarwanto itu dicetak Rafinha pada menit ke-9 dan Roken Tampubolon menit ke-90+6. Sementara itu, Bhayangkara FC hanya mampu membalas lewat Felipe Ryan (71').

Trofi juara itu menjadi penutup sempurna bagi PSIM Yogyakarta di Liga 2 musim ini. Pencapaian membanggakan promosi ke BRI Liga 1 mengakhiri penantian Laskar Mataram selama 18 tahun.

Lantas seperti apa persiapan dan ambisi PSIM Yogyakarta menghadapi kerasnya persaingan di Liga 1 musim depan?

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Ingin Seperti Brighton

Manajer PSIM Yogyakarta, Razzi Taruna, menyebut Brighton and Hove Albion menjadi inspirasi bagi Laskar Mataram untuk terus berkibar dan eksis di kasta tertinggi kompetisi. Terutama setelah keberhasilan klub kebanggaan wong Jogja itu promosi ke Liga 1 musim depan atau 2024/2025.

"Saya inginnya PSIM ini kayak Brighton. Ini kan industri yang kita mau di PSIM. Kita akui sekarang EPA di PSIM belum ada dan mungkin fasilitasnya kalah jauh dari tim-tim seperti Dewa United. Tapi kan bertahap," ujar Razzi dalam perbincangan di kanal YouTube Bola.com belum lama ini.

"Harapannya PSIM bisa terus eksis di Liga 1 dan kita bisa ke arah yang terus lebih baik. Jadi saya pribadi enggak mau PSIM dikenal sebagai tim yang jor-joran, tapi justru sebagai pencetak pemain," lanjut pria berusia 24 tahun tersebut.

 

3 dari 5 halaman

Sepak Terjang Brighton

Brighton jelas kalah tenar dari klub raksasa di Inggris semacam Manchester United (MU), Manchester City, Liverpool, Arsenal, atau Chelsea. Namun, The Seagulls menjelma sebagai tim kuda hitam sejak promosi bersejarahnya pada 2017/2018.

Era kejayaan Brighton paling dikenal diawali ketiga dibesut Graham Potter. Brighton bisa finish di posisi ke-9 pada musim 2021/2022, posisi tertinggi dalam sejarah klub.

Mereka juga mampu mengalahkan tim yang menduduki enam besar klasemen, bahkan tim sekelas Manchester United dibuat babak belur. Brighton kemudian masih bersinar di era kepelatihan Roberto De Zerbi.

Adapun beberapa pemain jebolan Brighton yang dijual dengan harga mahal antara lain; Alexis MacAlister (Liverpool) dengan harga 42 juta euro, Ben White (Arsenal) dengan harga 58,5 juta euro, Marc Cucurella (Chelsea) dengan harga 65,3 juta euro, dan Moises Caicedo (Chelsea) dengan harga mencapai 116 juta euro.

 

4 dari 5 halaman

Kerja Keras Manajemen

Kembali soal PSIM, Razzi Taruna memberikan pemahaman ke publik dan kalangan pendukung setia Laskar Mataram, bahwa manajemen klub terus memberikan dukungan agar PSIM berhasil mendapatkan poin maksimal di setiap pertandingannya.

"Kita itu hanya bisa meningkatkan probabilitas kemenangan itu terjadi dengan cara scouting yang tepat mendatangkan pemain, kemudian pemain sendiri juga loyal dan mati-matian untuk tim," lanjut pria bernama lengkap Dyaradzi Aufa Taruna.

"Jadi sekali lagi kami dari manajemen mencoba meningkatkan probabilitas untuk menang, kalau menjamin bisa menang ya enggak bisa begitu," jelasnya.

Sumber: Kanal YouTube Bola.com

5 dari 5 halaman

Simak Persaingan Musim Ini:

Selanjutnya: Ingin Seperti Brighton
Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer