Bola.com — Meskipun menjadi tim dengan penguasaan bola terbaik di Premier League sejauh ini, statistik gol Manchester United termasuk rendah apabila dibandingkan dengan tim-tim papan atas klasemen seperti Arsenal, Leicester City, dan Manchester City.
Kemampuan lini serang MU menciptakan peluang bahkan lebih buruk dibandingkan tim sekelas Bournemouth pada musim ini. Sehingga tidak heran apabila fans The Red Devils harus bersabar untuk melihat tim kesayangan mendapatkan kesempatan melakukan tembakan dari dalam kotak penalti, terlebih lagi gol.
Advertisement
Baca Juga
Terkecuali Sergio Romero yang kesulitan mendapatkan tempat di skuat utama dengan hanya tampil empat kali di liga, amunisi anyar milik Setan Merah lainnya praktis memiliki peran besar terhadap gaya bermain pada musim ini.
Total ‘hanya’ tujuh gol dan dua assists yang lahir dari kaki Anthony Martial dan Memphis Depay membuat pecinta MU patut khawatir, mengingat kedua pemain ini sempat diplot sebagai pengisi utama pos penyerangan pada awal musim.
Keduanya tampil kurang konsisten, yang nyatanya berbanding lurus dengan komposisi barisan penyerang yang diturunkan Louis van Gaal selama 22 pertandingan sejauh ini.
Taktik dengan menempatkan Martial sebagai goal-getter utama dengan dukungan Depay dan Mata di pos sayap, serta Rooney yang menjadi ‘penyerang lubang’ sebenarnya cukup sukses dengan sempat menghasilkan lima gol dari dua pertandingan.
Ketika itu, fans mulai berpikir Van Gaal akhirnya menemukan komposisi yang tepat di area penyerangan. Akan tetapi, setelah kekalahan 0-3 melawan Arsenal, 17 Oktober 2015, Van Gaal justru kembali mengubah komposisi serangan dalam 13 pertandingan selanjutnya, yang sayangnya menyebabkan lemahnya pemahaman dan kerja sama antar pemain, terutama pada pos penyerangan.
26 komposisi berbeda telah dicoba oleh sang meneer sampai dengan pertandingan kontra Liverpool, Minggu (17/1). Mulai dari dicobanya Rooney-Martial secara bergantian di posisi no.9, menempatkan Marouanne Fellaini di pos tersebut, sampai dengan memasukkan pemain muda seperti Jesse Lingaard.
Dalam perubahan tersebut, Van Gaal cenderung memilih Wayne Rooney sebagai striker tunggal dengan Ander Herrera berdiri di belakangnya. Ironisnya, statistik justru menunjukkan kombinasi Martial-Depay-Mata-dan Rooney sebagai penyerang lubang masih menjadi kombinasi terbaik bagi MU, dibandingkan kombinasi lainnya, terutama apabila melihat faktor Mata dan Rooney yang merupakan pemain dengan rataan umpan kunci terbanyak sejauh ini.
Depay mungkin hanya mencatatkan 2,2 tembakan per-pertandingan dan menghasilkan dua gol tanpa sekalipun menciptakan assist. Namun, kehadirannya tetap mampu menjadi magnet tersendiri bagi pertahanan lawan.
Bagaimanapun, Depay adalah tipikal pemain sayap bertipe finisher dengan catatan 22 golnya kala membela PSV Eindhoven musim lalu. Perhatian bek lawan yang tertumpu pada Depay dapat membuka celah di lini pertahanan yang dapat dimanfaatkan oleh pemain United lainnya. Selain itu, kemampuan finishing Depay -dan juga Martial- yang tidak terlihat dapat disebabkan rendahnya catatan penciptaan peluang MU musim ini.
Penampilan Matteo Darmian dan Morgan Schneiderlin yang rata-rata melakukan tiga tekel per pertandingan dan menghasilkan 10 clean sheets bagi MU di musim ini, ditambah 86% akurasi distribusi bola milik Bastian Schweinsteiger, sudah menjadi modal yang bagus untuk musim ini.
Sangat disayangkan kalau penampilan mereka terus tertutupi oleh lemahnya kualitas penyerangan Manchester United akibat inkonsistensi komposisi penyerang yang kerap muncul akibat kegalauan Louis van Gaal dalam menentukan formasi.
Sumber: Labbola
Inisialisasi Video