Bola.com, Jakarta - Chelsea memutuskan menunjuk Antonio Conte sebagai manajer baru untuk mengarungi kompetisi musim 2016-2017. Berikut berbagai alasan mengapa The Blues memilihnya sebagai juru racik taktik.
Advertisement
Baca Juga
Antonio Conte menandatangani kontrak berdurasi selama tiga musim bersama Chelsea pada 4 April 2016. Pria berusia 46 tahun itu didaulat sebagai pengganti Jose Mourinho yang dipecat akibat serangkaian hasil buruk sepanjang musim 2015-2016.
Setelah menyelesaikan tugasnya bersama timnas Italia pada ajang Piala Eropa 2016, Conte memulai latihan perdana bersama Chelsea pada Rabu (13/7/2016). Mantan pelatih klub Juventus itu pun langsung berulah pada sesi latihan pertama The Blues.
Dia penuh semangat dan terkesan berapi-api dalam memimpin para penggawa Chelsea. Dia berteriak dan bahkan sampai merusak sebuah animated figure yang biasa digunakan untuk latihan.
Pada latihan perdana ini, Conte membagi skuatnya menjadi kedua tim. Umpan pendek menjadi menu latihan perdana penggawa Chelsea di bawah asuhan Conte. Sesi latihan pertama Conte ini masih belum diikuti seluruh penggawa Chelsea. Pemain-pemain yang tampil di Piala Eropa 2016 masih berlibur.
Beberapa nama beken yang terlihat ikut latihan perdana Conte antara lain John Terry, John Obi Mikel, Diego Costa, Nemanja Matic, hingga Victor Moses.
"Latihan berjalan sangat keras karena kami mendapatkan libur terlalu panjang. Dan itulah gunanya pramusim agar kami bisa dalam kondisi fit di setiap pertandingan nanti," kata gelandang Oscar.
"Saya sungguh menyukainya dan saya pikir klub akan mengembangkan banyak hal di musim ini. Dia membicarakan mengenai apa yang dia mau dari kami," ia menambahkan.
Ya, metode Antonio Conte yang terlihat berapi-api sukses mengantar timnas Italia hingga ke babak perempatfinal Piala Eropa 2016. Hal itu juga yang membuat Juventus menjadi raja di Italia. Selain itu, Conte memiliki kelebihan lain yang menjadi alasan kuat ketertarikan The Blues menunjuknya sebagai pelatih.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Raih Scudetto 3 Musim Beruntun
1. Raih Scudetto 3 Musim Beruntun
Sebelum Conte datang, Juventus hanya mampu menempati posisi ketujuh pada klasemen akhir Serie A Italia di bawah besutan Luigi Delneri. Conte langsung membawa Si Nyonya Tua meraih rekor baru pada musim perdananya, yakni musim 2011-2012.
Selain merengkuh Scudetto, Conte membawa Juventus tak terkalahkan selama semusim. Rekor ini serupa dengan apa yang dicapai AC Milan pada musim 1991-1992.
Ketika dia memenangi trofi ke-3 serie A pada musim 2013/2014, dia kembali memecahkan rekor baru yakni menjadi tim dengan perolehan poin paling banyak selama 38 pertandingan dengan 102 poin, dan memenangi seluruh 19 pertandingan kandang.
Advertisement
Lihai Melihat Bakat Muda
2. Lihai Melihat Bakat Muda
Gelandang Paul Pogba merupakan salah satu contoh sukses Conte dalam melihat bakal muda. Bahkan, Pogba menyebut Conte bagaikan sosok ayah baginya.
"Hanya yang terbaik yang bisa bermain untukku. Buktikan apa yang bisa kamu lakukan untuk tim’ dia memberikan saya tantangan dan saya suka provokasi yang tidak langsung. Dia membuatku bertekad untuk menjadi pemain yang terbaik di posisiku dan di dunia." ucap Pogba.
Pogba bergabung bersama Juventus dari Manchester United pada 3 Agustus 2012. Pemain berkebangsaan Prancis itu menandatangani kontrak berudtasi selama empat musim.
Alasan Pogba pindah ke Juve adalah karena dia tak mendapatkan tempat di tim inti Manchester United di masa kepemimpinan Sir Alex Ferguson. Namun, di bawah asuhan Conte, Pogba menjelma menjadi salah satu gelandang serang terbaik di dunia.
Selama empat musim berseragam Juventus, Pogba total bermain 178 kali dan menciptakan 34 gol. Di Juventus, Pogba bermain sebagai regista, atau gelandang yang bertugas untuk menembus kotak penalti lawan melalui sayap atau tengah lapangan.
Punya Metode Pelatihan Efektif
3. Punya Metode Pelatihan Efektif
Timnas Italia adalah tim dengan rata-rata umur pemain tertua, yakni 28 tahun, pada ajang Piala Eropa 2016. Namun, Conte meminta mereka melakukan suicide sprint di terik matahari, dan masing-masing dari pemain timnas Italia dipasangi GPS untuk memastikan masing-masing dari mereka tidak melewatkan porsi latihan mereka.
Hasilnya, Italia menjadi tim yang berlari paling banyak di Piala Eropa 2016. Menurut laporan ESPN, saat berhadapan dengan Swedia dan Belgia, Italia berlari masing-masing sejauh 119.7 kilometer dan 113.6 km ketika melawan Swedia dan Belgia.
Sumber: ESPN, Dailymail, Skysport
Advertisement