Sukses


Kisah Indah 2 Dekade Arsene Wenger di Arsenal

Bola.com, London - 20 tahun lalu, Arsene Wenger berpikir keras di apartemennya yang berada di Nagoya, Jepang. Pria berkebangsaan Prancis itu bimbang menolak atau menerima sebuah tawaran pekerjaan yang menggiurkan.

Pekerjaan tersebut adalah menjadi manajer Arsenal pada tahun 1996. Namun, kebersamaan Wenger dan Arsenal ternyata dimulai pada tahun 1989. Kala itu, Wenger diminta untuk memetakan dan mengamati pertandingan di Highbury oleh Wakil Presiden Arsenal, David Dein.

Partai tersebut adalah Arsenal melawan Tottenham Hotspur yang dikenal dengan sebutan London derby pada Januari 1989. The Gunners kala itu menutup pertandingan dengan kemenangan 2-0 dan Wenger terkesan dengan penampilan Perry Groves.

"Wenger tidak bisa berbicara bahasa Inggris dengan lancar. Dia juga hanya mengandalkan bahasa tubuh. Jelas, hal itu tidak lumrah dilakukan oleh manajer sepak bola," demikian penuturan salah seorang sumber dalam klub kepada Metro.

Setelah pertemuan tersebut, Wenger melanjutkan tugasnya sebagai pelatih AS Monaco. Dia berhasil membawa AS Monaco menempati posisi ketiga pada klasemen akhir Ligue 1. Penyerang Ramon Diaz kala itu menjadi pencetak gol terbanyak dengan torehan 15 gol.

Pada musim 1990-1991 Wenger membawa Monaco menempati posisi kedua pada klasemen akhir Ligue 1 dan final Piala Winners. Namun, Wenger gagal membawa Monaco meraih trofi setelah kalah 0-2 melawan Werder Bremen dengan skor 0-2 (6/5/1992).

Beberapa saat setelah dipecat AS Monaco pada tahun 1994, Wenger terbang ke Uni Emirat Arab dan menghadiri beberapa konfrensi yang digelar FIFA. Wenger merupakan salah satu anggota Komite Teknik FIFA yang bertugas menganalisa jalannya Piala Dunia 1994.

Presentasi Wenger memukau delegasi asal Jepang, yang kala itu sedang dalam proses restrukturisasi kompetisi sepak bola mereka. Setelahnya, perwakilan Nagoya Grampus Eight menemui Wenger dan memberikan tawaran untuk menjadi pelatih.

Proses negosiasi berlangsung selama dua bulan. Kala itu, Wenger meminta masukan dari keluarga dan teman terdekatnya mengenai tawaran ini, sebelum akhirnya secara resmi menjabat sebagai pelatih Nagoya Grampus Eight pada bulan Desember 1994.

Wenger langsung melakukan perombakan total di Nagoya Grampus Eight. Dia mengajak para pemain ke Versailles saat jeda tengah musim untuk melakukan berbagai jenis latihan kreatif.

Kabarnya, Wenger sering berteriak kepada pemainnya. "Jangan lihat saya dan bertanya apa yang harus kalian lakukan dengan bola. Anda harus memikirkannya sendiri! Mengapa Anda tak berpikir?"

Selama setahun berada di Jepang, Wenger mempersembahkan dua gelar untuk Nagoya Grampus Eight, yakni Emperor's Cup 1995 dan J-League Super Cup tahun 1996.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 2 halaman

Karier di Arsenal

Karier di Arsenal

Meskipun bekerja sebagai pelatih AS Monaco dan Nagoya Grampus Eight, Arsene Wenger tetap berhubungan baik dengan Wakil Presiden Arsenal, Dein. Bahkan, Dein sering mengirimi Wenger video pertandingan Arsenal dan meminta opini dari Wenger.

Namun, dewan Arsenal menolak permintaan Dein untuk mempekerjakan Wenger sebagai manajer pada tahun 1995 dan memilih Bruce Rioch sebagai Manajer. Namun, semuanya berubah pada 1 Oktober 1996. Wenger ditunjuk sebagai pengganti Rioch.

"Salah satu hal yang saya temukan di Jepang adalah dari menonton sumo. Pada akhir pertarungan, Anda tidak akan pernah mengetahui siapa yang baru saja menang, siapa yang kalah, karena mereka tidak menunjukkan emosi mereka karena hal itu bisa membuat pemain yang kalah malu," ujar Wenger.

"Itu luar biasa. Itulah kenapa saya mencoba mengajari tim saya tentang rasa menghormati lawan. Hanya di Inggris saja semua orang menjulurkan lidahnya ke lawan ketika mereka menang,” dia menambahkan.

Sama seperti di Nagoya, Wenger langsung melakukan perombakan besar di tubuh Arsenal. Dia melakukan revolusi makanan dengan melarang para pemain menyantap saus tomat.

Premier League_Statistik Arsene Wenger (Bola.com/Adreanus Titus)

Wenger semakin tak populer di kalangan pemain Arsenal dengan berbagai peraturan ketatnya. Salah satu peraturan yang paling tak disukai para penggawa The Gunners adalah larangan minum bersama seusai pertandingan.

"Yang benar-benar mengerikan di Inggris adalah diet. Sepanjang hari Anda minum teh dengan susu dan kopi dengan susu dan kue. Jika Anda punya dunia fantasi apa yang harusnya tidak Anda makan di olahraga, di makan di sini."

Meski demikian, imej buruk Wenger di mata pemain memudar seiring kejeniusan taktik yang ditunjukkannya. Dia membawa Meriam London menjadi juara Premier League musim 1997-1998 setelah mengumpulkan 78 poin dari 38 pertandingan, unggul satu poin dari Manchester United yang menempati posisi kedua.

Wenger terus menjadi sosok protagonis di mata pendukung dan pemain pada musim 2003-2004. Dia membawa Arsenal menjadi juara Premier League tanpa terkalahkan selama semusim. Musim menakjubkan itu dikenal dengan sebutan Invincible Arsenal.

Namun, rekor tak terkalahkan Arsenal terhenti di pertandingan ke-49. Kala itu, Arsenal menyerah 0-2 melawan Manchester United pada 24 Oktober 2004.

Selama 20 tahun masa baktinya, Wenger total memimpin Arsenal dalam 1129 pertandingan. Dia membawa The Gunners meraih 647 kemenangan, 263 imbang, dan 219 kekalahan. Persentase kemenangannya mencapai angka 57,3 persen.

Total, 15 gelar berhasil Arsene Wenger persembahkan selama 20 tahun masa baktinya di Arsenal. Sang Profesor mengantar Meriam London meraih tiga gelar Premier League, enam gelar Piala FA dan FA Community Shield.

Sumber: Berbagai Sumber

Video Populer

Foto Populer