Bola.com, Jakarta - Kompetisi Premier League 2016-2017 telah usai. Fans Chelsea menjadi pihak yang paling bahagia karena menjadi jawara musim ini. Chelsea memenangkan persaingan dengan Tottenham Hotspur. Pertandingan sudah berakhir, tapi tidak dengan beberapa fakta, termasuk perseteruan di jenjang top skorer.
Persaingan menuju pencetak gol terbanyak tak kalah seru. Adu tajam pada striker, yang mendominasi daftar, baru selesai pada laga terakhir. Sebelum partai pamungkas, tiga pemain teratas masih memiliki kans, yakni Harry Kane (Tottenham Hotspur), Romelu Lukaku (Everton) dan Alexis Sanchez (Arsenal).
Baca Juga
Advertisement
Harry Kane berhasil menjadi yang terdepan setelah selalu mencetak gol pada dua partai terakhir. Bomber timnas Inggris tersebut mengoleksi total 29 gol, disusul Romelu Lukaku (25 gol) dan Sanchez (24 gol).
Proses Kane menjadi pencetak gol tak mudah. Ia baru bisa menyalip para pesaingnya berkat tujuh gol pada dua partai terakhir. Namun, persaingan sengit tak hanya terjadi pada musim ini. Berikut Bola.com menyajikan deretan musim Premier League yang ketat dalam perebutan top skorer.
Premier League 1996-1997
Premier League 1996-1997 menjadi satu di antara periode tersubur kompetisi bermodel baru, yang dimulai sejak 1992-1993. Total tercipta 970 gol, dengan rata-rata 2,55 gol per pertandingan.
Persaingan status top skorer terjadi di antara para bomber timnas Inggris, yakni Alan Shearer (Newcastle United), Ian Wright (Arsenal) dan Robbie Fowler (Liverpool). Hasil akhir, Shearer, yang bersinar dalam gelara Euro 1996, menjadi pencetak gol terbanyak.
Shearer mengoleksi total 25 gol, disusul Ian Wright (23 gol), Robbie Fowler (18 gol), Ole Gunnar Solskjaer (18 gol/Manchester United), Dwight Yorke (17 gol/Aston Villa) dan pengumpul 16 gol, Les Ferdinand (Newcastle United) dan Fabrizio Ravanellli (Middlesbrough).
Sayang, tak seperti dua musim sebelumnya, Alan Shearer gagal membawa Newcastle United menjadi kampiun. Sang peraih trofi Premier League 1996-1997 adalah Manchester United, setelah mendapat 75 poin. Setan Merah unggul tujuh angka dari The Magpies, yang unggul selisih gol dari peringkat ketiga, Arsenal dan keempat, Liverpool.
Premier League 1997-1998
Satu di antara yang paling ketat dalam sejarah Premier League. Setidaknya ada delapan pemain yang memiliki kesempatan menjadi top skorer 1997-1998. Uniknya, nama Shearer mendadak lenyap dari persaingan.
Catatan lainnya, periode musim ini menjadi satu di antara yang paling rendah koleksi gol sang top skorer. Akhirnya, dari delapan nama tersebut, tiga nama menjadi yang teratas karena memiliki jumlah gol yang sama, yakni 18.
Mereka adalah bomber Coventry City, Dion Dublin, Michael Owen (Liverpool) dan Chris Sutton (Blackburn Rovers). Pada posisi berikutnya, ada tiga pemain dengan koleksi akhir 16 gol, yakni Dennis Bergkamp (Arsenal), Kevin Gallacher (Blackburn Rovers) dan Jimmy Floyd Hasselbaink (Leeds United).
Pada level ketiga, alias pengoleksi 15 gol, ada dua bomber, yakni Andy Cole (Manchester United) dan John Hartson (West Ham United).
Takdir top skorer tak sanggup membawa klubnya juara, terjadi lagi. Sang jawara musim ini adalah Arsenal, setelah mengoleksi 78 angka. Arsenal unggul atas sang juara bertahan, Manchester United, dengan selisih enam angka. Liverpool dan Chelsea berada di posisi ke-3 dan ke-4 pada klasemen akhir 1997-1998.
Premier League 1998-1999
Persaingan ketat top skorer musim ini sejalan dengan penentuan juara kompetisi. Butuh pertandingan terakhir untuk memastikan dua gelar tersebut, baik pemain terproduktif maupun jawara Premier League 1998-1999.
Bomber Leeds United, Jimmy Floyd Hasselbaink, MIchael Owen (Liverpool) dan Dwight Yorke (Manchester United), menjadi juara bersama. Ketiga bomber tersebut sama-sama mengoleksi 18 gol.
Perseteruan Manchester United dan Arsenal dalam perebutan gelar juara liga berimbas pada persaingan top skorer. Striker Arsenal, Nicolas Anelka nyaris menjadi top skorer, namun tertahan di angka 17 gol. Koleksi Anelak sama dengan bomber Manchester United, Andy Cole.
Hasil akhir kompetisi memperlihatkan, Manchester United menjadi yang terbaik setelah finis di urutan pertama berkat koleksi 79 angka, disusul Arsenal (78) dan Chelsesa (75). Dua tim lain yang lolos ke turnamen Eropa adalah Leeds United (Piala UEFA) dan West Ham United (Piala Intertoto).
Premier League 2001-2002
Arsenal melewati musim ini dengan sempurna. Mereka berstatus juara Liga Inggris dan sang striker, Thierry Henry, meraih gelar top skorer. Henry menjadi terdepan setelah mengoleksi 24 gol.
Henry berselisih satu gol lebih banyak dari tiga striker sekaligus, yakni Jimmy Floyd Hasselbaink (Chelsea), Ruud van Nistelrooy (Manchester United) dan Alan Shearer (Newcastle United).
Persaingan empat bomber tersebut berlangsung sampai partai terakhir. Sayang, tiga pemain di bawah Henry, tak sanggup menambah gol lebih banyak lagi. Alhasill, Henry menjadi yang terbaik, plus membawa Arsenal mengoleksi 26 kemenangan.
Pada klasemen akhir, Arsenal berada di posisi teratas, disusul Liverpool (80 poin), Manchester United (77 poin), Newcastle United (71 poin).
Premier League 2002-2003
Kompetisi menjadi yang tersubur pada periode 2002-2003 berlangsung seru. Sampai dua pekan terakhir, koleksi tiga nama, Ruud van Nistelrooy (Manchester United), Thierry Henry (Arsenal) dan James Beattie (Southampton), masih sama.
Namun, semua berubah saat hasil akhir. Van Nistelrooy berhasil lepas sendiri, dan mengoleksi 25 gol. Thierry Henry berada di peringkat kedua dengan 24gol, serta Beattie di posisi ke-3 dengan 23 gol.
Keberhasilan Van Nistelrooy sejalan dengan hasil akhir, yakni Manchester United menjadi jawara Liga Inggris, setelah menuai 25 kemenangan, 8 seri dan 5 kalah. Hasil tersebut membuat Manchester United mendapat 83 angka, disusul Arsenal (78), Newcastle United (69) dan Chelsea (67).
Premier League 2006-2007
Periode ini menjadi sangat berwarna berkaitan koleksi gol. Didier Drogba menjadi yang terbaik setelah mengoleksi 20 angka. Bomber Chelsea tersebut unggul dari striker Blackburn Rovers, Benni McCarthy (18 gol) dan Cristiano Ronaldo (Manchester United/17 gol).
Pada periode ini, pentas Premier League menuai catatan istimewa, yakni 15 ribu gol. Momen tersebut terjadi pada 30 Desember, ketika pemain Fulham, Moritz Volz mengoyak jala Chelsea.
Pada musim tersebut, terjadi peristiwa unik kala kiper Tottenham Hotspur, Paul Robinson mencetak gol ke gawang Watford. Robinson merobek jala Watford melalui tendangan bebas, yang membuat Spurs unggul 3-1 di Stadion White Hart Lane.
Prestasi Robinson menyamai pencapaian Peter Schmeichel, saat membela Aston Villa kontra Everton (21/10/2001) dan Brad Friedel (21/1/2004). Friedle, yang menjadi kiper Blackburn Rovers, mengoyak jala Charlton Athletic.
Premier League 2010-2011
Musim ini menjadi satu di antara yang terketat dalam urusan siapa yang tertajam dalam mengoyak jala musuh. Uniknya, dua bomber Manchester United, Dimitar Berbatov dan Carlos Tevez, saling bersaing.
Hasilnya, tak ada pemenang, karena dua striker tersebut sama-sama mengoleksi 20 gol. Prestasi tersebut menjadi catatan khusus, karena baru ada dua striker dari satu klub yang bisa bertengger di puncak daftar pencetak gol terbanyak.
Penyerang Arsenal, Robin van Persie berada di bawah duo Manchester United setelah mengoleksi 18 gol, dan Darrent Bent (Aston Villa.17 gol).
Pada akhir musim, prestasi Berbatov dan Carlitos, sejalan dengan gelar juara klubnya. Manchester United finis teratas setelah menuai 80 angka, disusul Chelsea (71), Manchester City (71) dan Arsenal (68).
Premier League 2015-2016
Momen perebutan siapa yang terproduktif musim tersebut nyaris sama dengan apa yang terjadi musim ini. Harry Kane menyalip koleksi Sergio Aguero (Manchester City) dan Jamie Vardy (Leicester City). Bomber Tottenham Hotspur tersebut mengumpulkan 25 gol, disusul dua kompetitornya yang mengoleksi 24 gol.
Sayang, gelar top skorer tak sejalan dengan prestasi klub. Tottenham Hotspur hanya finis di posisi ke-3, di bawah Arsenal dan sang juara, Leicester City.
Sumber: Berbagai sumber