Manchester - Kiprah Jose Mourinho bersama MU ternyata masih jauh dari harapan. Meski membawa MU meraih tiga gelar musim lalu, namun Mourinho belum bisa menunjukkan magisnya di Liga Inggris.
Tak dimungkiri, The Special One merupakan manajer kelas dunia. Namun, sosoknya kini bukan seperti dahulu yang haus akan gelar. Dia seperti terjebak dalam lubang hitam dan enggan keluar dari sana.
Advertisement
Baca Juga
Diprediksi, tradisinya yang selalu memberikan gelar liga pada musim kedua di timnya tak akan terlaksana lagi. Istilahnya, situasi Mourinho di MU boleh dibilang seperti gunung berapi yang siap meletus kapan saja.
Kekalahan dari tim Divisi Championship, Bristol City pada Piala Liga Inggris menjadi tamparan. Untuk itu, tampaknya MU harus bergerak cepat memecat sang manajer untuk lirik nama lain.
Untuk perkuat anggapan itu, ada lima alasan lain yang menyebut mengapa MU harus pecat The Special One. Berikut daftarnya dikutip Sportskeeda:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1. Old Trafford Jadi Tempat Membosankan di Liga
Faktanya, ada begitu banyak hasil imbang yang membosankan di Old Trafford musim lalu. Faktanya, 11 dari 15 hasil imbang Liga Inggris yang diraih tim musim lalu, dicetak pada laga kandang.
Filosofi Mourinho untuk parkir bus setelah mencetak gol tak cocok dengan pemain kelas dunia United. Louis Van Gaal, baru-baru ini, mengecam Mourinho karena gayanya yang membosankan dan banyak pakar sepak bola serta penggemar tidak senang dengan permainan MU.
Advertisement
2. Terancam Kehilangan Fans Mudanya
Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa MU masih merupakan klub paling berharga di dunia? Jawabannya sederhana, United menawarkan salah satu basis penggemar terbesar di dunia.
MU di bawah Sir Alex Ferguson sangat mengilhami anak muda. Di bawah Jose Mourinho, kebalikannya sekarang terjadi. Ditakutkan, penggemar muda di Manchester akan membelot ke Manchester City yang tengah perkasa.
Pasukan Pep Guardiola secara komprehensif mengalahkan tim besutan Mourinho di dalam dan di luar lapangan. Guardiola dan Mourinho mengambil alih klub Manchester saingannya pada saat bersamaan tahun lalu.
3. Ketakutan Bintang Muda Gabung di Tim Mourinho
Ketika pemain muda diberi kesempatan untuk memilih Mourinho atau Guardiola, dia pasti akan tunjuk Guardiola. Raheem Sterling dan Leroy Sane telah menjadi superstar di Manchester City sebagai buktinya. Sedang, bintang muda United, seperti Luke Shaw, Anthony Martial & Marcus Rashford berjuang di bawah Mourinho sementara Timothy Fosu-Mensah dan Andreas Pereira dipinjamkan.
Gaya Jose menghalangi para pemain muda untuk menunjukkan bakatnya. Apalagi, Mourinho acap serang pemainnya di media tiap kali bermain buruk. Beberapa yang pernah diserang The Special One di media seperti Henrikh Mkhitaryan, Mike Smalling, dan Luke Shaw sulit bangkit lagi.
Advertisement
4. Catatan Buruk Melawan Tim Papan Atas
Manchester United hanya memiliki satu kemenangan dalam Liga Inggris melawan pesaing tim papan atas sejak Mourinho mengambil alih tahun lalu. Hal ini tentu mencoreng waktunya di sana.
Dalam delapan laga kontra Manchester City, Chelsea, Arsenal, Tottenham atau Liverpool, MU hanya menang satu kali dan hanya mendapat enam dari 24 poin kemungkinan. Kemenangan United hanya datang melawan Arsenal dan dalam pertandingan itu juga, United memiliki penguasaan bola 33%.
5 Bola Panjang Tak Efektif
Kapan pun Manchester United tertinggal, Mourinho akan memasukkan Fellaini sebagai supersub. Ketika bermain, pemain sayap akan mengirimkan bola untuk Marouane Fellaini dan Romelu Lukaku untuk menuju ke arah gawang, atau akan ada bola panjang dari Paul Pogba menuju Lukaku.
Ini mungkin membawa hasil namun tidak dapat diandalkan. Mourinho harus ingat sepak bola adalah permainan dan bukan ujian.
Taktik bola panjang Mourinho telah membuat kesal sesama manajer seperti Jurgen Klopp dan Mark Hughes. Taktik ini bisa bekerja melawan tim Championship, tapi tidak melawan tim standar Liga Inggris dan Liga Champions.
Eka Setiawan
Advertisement