Bola.com, Jakarta - Dalam sebuah peperangan, apa yang paling dibutuhkan? Perisai kuat atau pedang tajam?
Keduanya sama-sama vital. Tanpa perisai yang kuat, pedang yang tajam takkan ada gunanya, terutama dalam peperangan panjang.
Advertisement
Baca Juga
Tak kalah penting adalah prajurit-prajurit tangguh yang bisa diandalkan untuk meraih kemenangan. Namun di balik itu semua, diperlukan juga seorang jenderal hebat yang sanggup memimpin pasukannya untuk meraih kemenangan demi kemenangan.
Seperti itulah gambaran sekilas tentang Manchester City, yang selangkah lagi bakal menggapai takhta liga tertinggi Inggris.
Pada Premier League 2017/18 pekan ke-32, Manchester City melawat ke Goodison Park untuk menghadapi Everton. Ditunggu laga besar kontra Liverpool di perempat final Liga Champions, pasukan Josep Guardiola tancap gas dari menit awal dan langsung memimpin 3-0 di babak pertama lewat gol-gol Leroy Sane, Gabriel Jesus, dan Raheem Sterling.
City praktis sudah mengamankan kemenangan hanya dalam satu babak. Setelah jeda, tempo permainan City sedikit menurun dan gawang mereka dibobol Yannick Bolasie. Namun, itu sudah cukup membuat Manchester City membawa pulang tiga angka.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pertahanan Terkuat dan Serangan Tertajam
Di tempat lain, Manchester United - rival sekota sekaligus pesaing terdekat mereka - meraih kemenangan 2-0 atas Swansea City. Skenario manis membayang.
Dengan selisih 16 poin dan sama-sama menyisakan tujuh pertandingan, City tinggal selangkah lagi mengunci gelar juara. City bisa melakukannya saat menjamu United dalam Manchester derby di Etihad Stadium pada 7 April 2018.
Menang, City akan dinobatkan sebagai kampiun di rumah sendiri, dan di hadapan rival sekota mereka.
Dalam 31 pertandingan yang sudah mereka mainkan, Manchester City telah mengemas 27 kemenangan dan baru sekali menelan kekalahan (3-4 vs Liverpool di Anfield). Sejauh ini, City telah mencetak 88 gol, lebih banyak dibandingkan tim-tim lainnya. City juga baru kebobolan 21 gol, paling sedikit dibandingkan rival-rivalnya.
Dengan pertahanan terkuat dan serangan tertajam itu, City melibas hampir siapa saja yang ada di hadapan mereka. Posisi puncak pun mereka kuasai bahkan sejak pekan ke-5.
Bagaimana City bisa sampai begitu dominan?
Tak sedikit yang menilai kekuatan finansial menjadi faktor utama di balik kehebatan sepak terjang City. 221,5 juta poundsterling digelontorkan untuk memboyong bek AS Monaco Benjamin Mendy, bek Tottenham Kyle Walker, bek Real Madrid Danilo, kiper Benfica Ederson, dan gelandang Monaco Bernardo Silva ke Etihad Stadium di musim panas.
Angka itu merupakan yang tertinggi di bursa transfer musim panas 2017, bahkan mengalahkan PSG (214,2 juta poundsterling), AC Milan (178,4 juta poundsterling), Chelsea (155,4 juta poundsterling) maupun Manchester United (145,8 juta poundsterling). Musim dingin, City pun masih menambah kedalaman skuat mereka dengan merekrut bek Aymeric Laporte dari Athletic Bilbao senilai 57 juta poundsterling.
City sudah belanja besar-besaran. Namun, salah besar jika menganggap kesuksesan City ini semata-mata hanya karena uang. Lihat saja Chelsea atau Manchester United.
"Beberapa klub menghabiskan 300 juta poundsterling atau 400 juta poundsterling untuk dua pemain. Kami menggunakannya untuk enam pemain. Jika ingin bersaing di level tertinggi, Anda perlu belanja. Kami menerima semua kritikan, tapi yang paling penting rekrutan-rekrutan baru itu cocok dengan klub ini dan tampil dengan baik," kata Guardiola setelah mendatangkan Laporte pada Januari 2018.
Advertisement
Kehebatan Guardiola
Manchester City memiliki skuat berisikan pemain-pemain top dunia. Namun menyatukan mereka semua hingga membentuk tim yang tangguh bukanlah pekerjaan mudah.
Di sinilah kehebatan Josep Guardiola.
Guardiola sudah membuktikan mampu menangani klub besar bertabur bintang. Sebagai pelatih Barcelona, Guardiola meraih tiga gelar La Liga. Sebagai pelatih Bayern Munchen, Guardiola juga tiga kali menjuarai Bundesliga.
Kali ini, Guardiola bakal menaklukkan Premier League.
Guardiola ditunjuk menjadi manajer Manchester City pada awal musim 2016-2017, sebagai pengganti Manuel Pellegrini. Musim pertamanya di Inggris bisa dibilang sebagai kegagalan.
Di Premier League, City finis peringkat ketiga. Di Piala FA, City dihentikan Arsenal di semifinal. Di Piala Liga, City dikandaskan Manchester United di putaran keempat. Di Liga Champions, City tersingkir oleh AS Monaco di babak 16 besar. Guardiola finis tanpa trofi, sesuatu yang tak pernah dialaminya selama melatih Barcelona maupun Bayern Munchen.
Kegagalan itu bukan tanpa sebab. Salah satu alasannya adalah Guardiola terpaksa bermain dengan skuat warisan Pellegrini. Dengan pemain-pemain yang kebanyakan bukan pilihannya sendiri, Guardiola kesulitan menemukan formasi dan komposisi yang pas.
Selain itu, Guardiola juga butuh waktu untuk menanamkan filosofi sepak bolanya.
"Musim lalu, saya bermain dengan delapan atau sembilan di Premier League yang didatangkan oleh Manuel Pellegrini," kata Guardiola kepada The Mirror beberapa waktu lalu.
"Mereka pemain-pemain yang bagus, tapi tim itu butuh peremajaan. Itu tim yang sukses, tapi usianya terus bertambah. Itu merupakan salah satu tim tertua di Premier League."
"Sekarang, Txiki (Begiristain, direktur olahraga City) berusaha melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan untuk memperkuat tim. Jadi, kami melakukan peremajaan dengan Gabriel Jesus, Ilkay Gundogan dan Leroy Sane, dan kami akan terus melakukannya."
Formasi Pilihan Sendiri
Dengan pemain-pemain yang sesuai pilihannya sendiri, Guardiola menyulap City jadi tim yang tangguh. Dengan formasi utama 4-3-3, tim racikan Guardiola nyaris tak teradang.
Liverpool, yang pertahanannya mencemaskan, dipermak 5-0 di Etihad. Chelsea, yang musim ini kerap diganggu isu internal seputar manajer Antonio Conte, dikalahkan 1-0 kandang dan tandang. Arsenal, yang punya masalah nyaris sama dengan Chelsea, dipukul 3-1 dan 3-0. Tottenham sudah dilibas 4-1. Manchester derby pertama di Old Trafford pun dimenangi City 2-1.
Pemain-pemain City tampil gemilang, baik muka baru maupun muka lama. Sergio Aguero sudah mencetak 21 gol, bersaing dengan Harry Kane (Tottenham) dan sensasi baru Mohamed Salah (Liverpool) dalam perburuan gelar pemain tertajam Premier League 2017-2018. Sementara itu, Kevin De Bruyne (15 assist), David Silva dan Leroy Sane (masing-masing 11 assist) memimpin daftar assist di liga.
Ederson langsung diplot sebagai kiper utama dan tidak mengecewakan. Sejauh ini, kiper berusia 24 tahun Brasil itu baru kebobolan 21 gol dan sudah mencatatkan 15 clean sheet dalam 30 penampilannya di Premier League.
Bernardo Silva juga bisa diandalkan meski lebih sering turun dari bangku cadangan. Empat gol dan empat assist telah dia sumbangkan di liga.
Singkatnya, berkat Guardiola, tak sia-sia manajemen City mengeluarkan uang banyak untuk membangun skuat.
Guardiola pun sudah mempersembahkan trofi pertama untuk City dari Piala Liga usai menumbangkan Arsenal 3-0 lewat gol-gol Aguero, Vincent Kompany dan David Silva di final.
City memang sudah kandas di FA Cup, yang membuat mimpi quadruple mereka melayang. Namun City hanya tinggal selangkah menuju gelar ganda di liga.
Liga adalah kompetisi yang panjang, tapi City mampu mempertahankan konsistensi mereka di setiap lini. Itu berkat kedalaman skuat yang mumpuni.
Mantan kapten City, Toni Brook, bahkan mengatakan setelah The Citizens mengalahkan Everton akhir pekan lalu. "City punya skuad dan manajer terbaik di Eropa. Kedalaman skuat mereka lebih berkualitas dibandingkan milik Barcelona atau Real Madrid."
"Mereka bisa menang di mana saja."
Advertisement
Membangun Serangan Bermodal Pertahanan Kuat
Dengan pertahanan yang solid, City bisa lebih mudah membangun serangan.
Berkat keberadaan pemain-pemain kreatif seperti David Silva dan Kevin De Bruyne di lini tengah, City rata-rata menciptakan 13,4 peluang gol per laga di Premier League musim ini. Para penyerangnya sama sekali tak mengecewakan. Rata-rata 17,5 shots per game dibukukan City.
Dua statistik itu semuanya tertinggi di liga.
Dengan sepak bola seperti itulah pasukan Guardiola jadi sangat dominan. Gelar Premier League pun berada di depan mata.
Andai gagal mengalahkan United di Etihad, City masih punya banyak kesempatan untuk juara. City masih punya lima laga tersisa setelah itu, yakni melawan Tottenham, Swansea, West Ham, Huddersfield dan Southampton.
Di atas kertas, City dinilai mampu meraup poin-poin yang mereka butuhkan untuk mengunci gelar.
City berada di sini setelah melalui perjuangan panjang. Hampir semua pertempuran mampu mereka menangkan. Selangkah demi selangkah, City terus mendekat ke takhta liga.
Berbekal perisai terkuat serta pedang tertajam, dan dipimpin seorang jenderal yang hebat, City adalah calon terkuat untuk menjadi penguasa.
Saat hari itu tiba, sepertinya tidak bakal ada yang meragukan kepantasan mereka. Semua bakal tunduk di bawah kaki mereka.