Jakarta - Ole Gunnar Solskjaer menjadi cahaya matahari bagi Manchester United Manchester United. Saat terangnya akan redup, Solskjaer membawa kembali sinar matahari ke kubu MU, sehingga harapan terus menyala.
Inilah yang terjadi saat Solskjaer dan MU membukukan empat kemenangan beruntun. Empat kemenangan beruntun ini memulihkan kepercayaan diri MU yang sempat terkoyak usai kalah 1-3 dari Liverpool pada pekan ke-17 lalu.
Advertisement
Sejak awal, Solskjaer dipercaya bisa memberi aura positif untuk Manchester United. Meski hanya melatih klub semenjana, Molde di Norwegia sana, Solskjaer punya dasar yang baik untuk melatih Setan Merah.
Ya, pengalaman 11 tahun menjadi penyebabnya. Solskjaer merupakan pemain yang disayang fans dan juga pelatih MU yang legendaris, Sir Alex Ferguson. Dia tahu betul apa dan bagaimana rasanya menjadi seorang pemain Man Utd yang punya jutaan fans di seluruh dunia.
Keraguan bukannya tidak ada. Tak lain jejak Solskjaer di Cardiff City yang membuatnya diragukan bisa menangani Man Utd meski tahu betul 'isi dalam' klub ini.
Solskjaer tiba di Man Utd di saat yang tepat. Dia mencoba untuk membenahi mental pemain yang terpuruk saat Man Utd masih dilatih Jose Mourinho.
Manajaer asal Portugal itu lebih banyak berseteru dengan pemain. Dia tak menghiraukan pengaruh mental pemain kepada permainan Man utd secara kesuluruhan. Ini menyebabkan Man utd sempat terpuruk ddan terancam tak lolos ke Liga Champions musim depan.
Saat mengalahkan Newcastle pada Kamis (3/1/2019) dini hari tadi, Solskjaer seakan mengingatkan fans kepada sosok Ferguson. Dia sangat tepat saat memilih pergantian pemain. Dua pemain penggantinya Romelu Lukaku dan Alexis Sanchez jadi penentu kemenangan Manchester United.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Berbagi Pengalaman
Salah satu strategi Solskjaer dalam mengangkat mental pemainnya, yaitu dengan berbagi pengalaman. Markas Newcastle, St James Park, bukan tempat ideal buat dia.
Semasa jadi pemain, dia merasakan bagaimana besarnya tekanan di sini. Dia juga hanya mencetak satu gol saja ke gawang Newcastle selama masih jadi pemain Man Utd.
"Salah satu hal yang dibahas di ruang ganti yaitu manajemen pertandingan. Salah satu strateginya yaitu membuat penonton di sini diam dan saya pikir kami melakukannya pada 10 atau 12 menit awal," ujar Solskjaer.
Keberuntungan saat ini juga masih menaungi Solskjaer. Soalnya dia masih belum berjumpa dengan tim kuat.
Kehebatan Solskjaer akan diuji saat Man Utd menghadapi Tottenham Hotspur pada 13 Januari nanti. Meski begitu, kemampuannya untuk mengangkat posisi tim, sehingga berada di posisi 6 klasemen Liga Inggris tetap pantas dipuji.
"Tentu, kami masih melawan tim papan bawah, tapi laga-laga ini harus dimenangkan," ujar Solskjaer.
Advertisement
Ingin Bertahan
Banyak yang menduga Solskjaer akan meninggalkan Man Utd saat musim berhenti. Namun, fakta berkata lain.
Mantan pemain yang pernah dijuluki Pembunuh Berwajah Bayi ini ternyata ingin bertahan di Man Utd. Dia berharap bisa mempertahankan posisinya meski musim berakhir.
"Tentu saja saya tidak mau pergi," katanya seperti dikutip BBC.
Solskjaer hanya memberi jawaban yang singkat soal masa depannya di MU. Belakangan ini banyak rumor yang menyebut dia bakal tetap diganti meski nantinya memenuhi target.
Beberapa pelatih top seperti Mauricio Pochettino, Zinedine Zidane dan Antonio Conte digadang-gadang akan ditunjuk menjadi manajer permanen di Man Utd.
"Saya hanya memikirkan soal laga berikutnya, karena kalau Anda bisa menang empat laga beruntun, itu artinya Anda bisa juga di empat laga berikutnya. Itu jadi tantangan, itu standar kami," katanya.