Sukses


Berpacu Menuju Singgasana Premier League: Saat Liverpool Butuh Bantuan Manchester United

MANCHESTER United dan Liverpool memiliki sejarah panjang dalam persaingan koleksi gelar juara Liga Inggris dan Premier League. Bisa dibilang, Liverpool adalah raja saat orde lama, sementara Manchester United berstatus penguasa kala label baru dijalankan sejak 1992.

Sejak perubahan terjadi, komposisi persaingan Liverpool dan Manchester United berubah drastis. Manchester United, yang dulu berstatus pesakitan, menjelma menjadi raksasa penguasa. Praktis, mereka seolah berjalan sendiri, terutam saat era manajer Sir Alex Ferguson.

Kala itu, hanya segelintir tim yang sanggup menyela, mulai dari Blackburn Rovers sampai Arsenal. Tim-tim tersebut seolah menjadi ganjalan sejenak bagi pesta pora pendukung Manchester United.

Sementara itu, pada sisi lain, masih sama-sama dari kota pelabuhan, Liverpool FC bak raksasa yang hanya bisa mengenang kebesaran masa lalu. Pergantian pelatih dan pemain silih berganti, namun hanya sekadar menambatkan status raksasa tanpa gelar.

Walhasil, saban musim, Liverpudlian selalu dihadapkan pada sekadar harapan, tapi berujung hampa pada pekan terakhir musim berjalan. Yup, harapan terhadap pengulangan kala berjaya, tak kunjung datang.

Kondisi tersebut membuat fans Liverpool selalu iri dengan performa Manchester United. Terkadang, kemenangan pada satu pertandingan, baik di pentas Premier League, Piala FA ataupun Piala Liga Inggris, menjadi pengobat rindu terhadap kejayaan masa lalu.

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Faktor Koalisi

Namun, perpecahan masa lalu tersebut bisa jadi menjadi penentu. Ya, penentu ke jalan 'islah', meskipun sifatnya hanya sementara. Pada Premier League 2018-2019, Liverpool menunjukkan taji lagi, sama seperti 2-3 tahun ke belakang. Mereka masuk ke jajaran nomine kuat pengangkat trofi jawara Premiership.

Label 'nyaris' dan 'sekadar penantang' sudah setiap menemani Liverpudlian, pun saat Jurgen Klopp datang. Namun, dua cap tersebut bisa jadi bakal terkikis pada akhir musim ini. Setidaknya, pesaing kuat dan kandidat terkuat menjadi sang jawara, tetap berada di kubu Anfield Gank.

Mimpi Liverpudlian yang ingin melihat arak-arakan di pusat kota Liverpool terjadi lagi menjadi sangat tinggi musim ini. Maklum, penampilan menawan mereka sejak musim panas tahun lalu membuahkan hal positif, yakni peringkat pertama klasemen sementara Premiership, setidaknya sampai pekan lalu.

Selisih dua angka menjadi modal Liverpool bersaing dengan sang jawara bertahan, Manchester City. Namun, Liverpool tak bisa sendiri pada sisa laga musim ini. Maklum, banyak rintangan yang ada di depan mereka, mulai dari calon lawan, jadwal padat sampai euforia berlebih yang sudah masuk ke dalam diri Mohamed Salah dkk.

Jika tak bisa terkontrol, bisa jadi Liverpool akan mengalami masa-masa seperti dahulu: senang di depan, kandidat kuat, namun berakhir tak bahagia. Kondisi itu pula yang kini berusaha sekuat tenaga tak terulang lagi di masa tahun ketiga Jurgen Klopp di Anfield.

Tak mudah memang mendobrak Manchester City. Namun, Liverpool masih bisa berkongsi dengan sang rival abadi mereka; Manchester United. Kali ini, mau tidak mau, The Reds memang menjadikan Manchester United sebagai satu di antara faktor penting usaha mereka menghentikan puasa gelar.

 

3 dari 4 halaman

Jalan Menuju Kebersamaan

Rumus 'berdamai dengan musuh besar' bisa menjadi solusi. Maklum, sang calon koalisi juga bakal berhadap dengan musuh besar. Yup, Liverpool berharap Manchester United tak rela jika Manchester City merengkuh jawara lagi musim ini.

Seperti sudah lazim, rival sekota biasanya menjadi musuh utama. Pada belahan bumi manapun, rekan sekota dianggap musuh terbesar. Idiom tradisional-pun mencuat, yakni boleh kalah dari siapapun asal bukan dari tim sekota. Lazio dan AS Roma, Juventus dan Torino, Real Madrid dan Atletico Madrid, Barcelona dan Espanyol, bahkan sampai Liverpool dan Everton.

Liverpool berharap, gambaran tersebut ada dalam pikiran seluruh penghuni Old Trafford. Artinya, Manchester United tak rela jika Manchester City juara, dan memilih ke pihak Liverpool.

Sebenarnya, skenario tersebut menjadi hal aneh mengingat persaingan selamanya Liverpool dan Manchester United. Namun, demi kepentingan sesaat, koalisi tersebut bisa saja terjadi. Artinya, Manchester United bakal membantu Liverpool dengan cara menghambat laju perolehan angka Manchester City.

Setidaknya, Liverpool bisa mengirim pesan ke kubu Manchester United; kalahkan Liverpool pada 24 April, sisanya menjadi tugas kami!. Jargon tersebut merujuk pada jadwal pertandingan di sisa musim ini.

Derbi Manchester memang disebut bakal menjadi satu di antara penentu nasib Liverpool musim ini. Jika Manchester United kalah, peluang Manchester City semakin besar, sekaligus membuat para Liverpudlian bakal bermuka masam kembali.

Namun, jika menang, kans Liverpool terbuka lebar jika menilik jadwal laga. Saat ini, Liverpool berada di puncak klasemen sementara dengan keunggulan dua poin. Namun, Manchester City masih menyisakan satu laga lagi. Jadi, andai armada Pep Guardiola bisa memaksimalkan satu pertandingan tersebut, mereka akan berada di posisi pertama dengan selisih satu angka dari Liverpool.

 

4 dari 4 halaman

Mudah di Atas Kertas

Kondisi itu pula yang membuat Liverpool berharap 'bantuan' Manchester United. Momen pertarungan tersebut bakal terjadi Rabu (24/4/2019), dan kebetulan venue-nya adalah Old Trafford.

Artinya, Manchester United juga butuh tiga angka agar bisa menjaga kans menjadi wakil Inggris di pentas Liga Champions musim depan. Maklum, Setan Merah wajib meraih hasil sempurna, termasuk menaklukkan The Citizens, jika ingin memenangi persaingan dengan Tottenham Hotspur, Chelsea dan Arsenal.

Sebenarnya, tak hanya Manchester United yang bakal menjadi lawan berat Manchester City pada sisa musim ini. Empat hari sebelum laga kontra rival sekota, Manchester Biru bersua Tottenham Hotspur.

Setelah itu, tiga laga terakhir memang terlalu mudah, setidaknya di atas kertas. Sergio Aguero dkk bakal bertemu Burnley, menjamu Leicester City dan berjumpa Brighton pada partai pamungkas.

Sedangkan Liverpool dianggap memiliki kualitas laga sisa yang mumpuni. Mohamed Salah dkk'hanya' bersua Cardiff City, Huddersfield, Newcastle United dan Wolverhampton Wanderers.

Artinya, asa terbesar Liverpool memang terletak pada penampilan Manchester United kala bersua Manchester City. Jadi, rivalitas sejati bakal terkoopotasi dengan koalisi sesaat?. Kita tunggu saja.

Sumber: BBC, Sky Sports

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer