Bola.com, Jakarta - Manchester United adalah salah satu tim besar di Inggris. Tim yang bermarkas di Stadion Old Trafford tersebut sudah meraih banyak gelar baik di ajang domestik maupun kontinental.
Manchester United pernah mengalami masa kejayaan pada era 90-an hingga 2010-an awal. Dibawah asuhan Sir Alex Ferguson, Manchester United menjadi salah satu tim yang paling ditakuti baik di Inggris maupun Eropa.
Advertisement
Kini masa kejayaan Manchester United telah berakhir seiring dengan pensiunnya pelatih asal Skotlandia tersebut. Sudah empat manajer yang melatih Manchester United sejak Sir Alex pensiun.
Namun, keempat suksesor tersebut belum bisa menyamai torehan yang dipersembahkan Sir Alex.
Jose Mourinho adalah manajer tersukses setelah kepergian Fergie dari Manchester United. Satu trofi Community Shield, Piala Liga, dan Liga Europa dipersembahkan pelatih asal Portugal tersebut semasa melatih Tim Setan Merah.
Namun, petinggi Manchester United memecat Mourinho musim lalu lantaran tidak mampu meraih hasil positif selama separuh musim.
Ole Gunnar Solskjaer yang menjadi pengganti Mourinho mampu memberikan angin segar pada masa awal kepelatihannya. Namun, setelah menekan kontrak sebagai manajer permanen, Solskjaer membawa Manchester United ke arah kehancuran.
Saat ini, Manchester United menduduki posisi ke-12 dengan raihan sembilan poin dari delapan laga di Premier League. Kini, The Red Devils terpaut dua poin dari jurang degradasi dan 15 poin dari pemuncak klasemen sementara, Liverpool.
Cukup kompleks permasalahan yang dialami hingga membawa Manchester United terancam terdegradasi dari Premier League musim ini. Lantas apa yang perlu dilakukan manajemen untuk membawa Manchester United bangkit dari keterpurukan dan menuju kejayaan kembali?
Berikut empat hal yang membuat Manchester United kembali bangkit yang disadur dari Sportskeeda:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Percaya pada proses
Setelah Sir Alex pensiun, sudah ada empat manajer permanen yang melatih Manchester United. Namun, keempat manajer tersebut belum ada yang mampu menyamai prestasi Fergie di Manchester United.
Manchester United dikenal sebagai klub yang selalu mendapatkan trofi di setiap musimnya. Sejak era Premier League, Sir Alex tidak pernah absen memberikan gelar demi gelar setiap tahun.
Namun, kini Manchester United sulit untuk mendapatkan gelar di setiap musimnya. Tidak hanya sulit mendapatkan gelar, tim Setan Merah bahkan sulit untuk menembus zona Liga Champions.
Manchester United memilih jalan instan untuk mengembalikan kejayaan di masa lampau. Oleh karena itu, Manchester United mendatangkan sejumlah pemain ternama dengan harga yang cukup tinggi seperti Angel di Maria, Fred, Marouane Fellaini, Memphis Depay, dan Nemanja Matic. Namun, dana yang dikeluarkan Manchester United tidak sejalan dengan hasilnya.
The Red Devils perlu melakukan pembelian pemain sesuai kebutuhan. Manchester United sudah melakukannya musim ini dengan mendatangkan dua bek, Harry Maguire dan Aaron Wan-Bissaka. Setan Merah harus bersabar menunggu hasil dari sebuah proses yang sedang berjalan.
Advertisement
Investasi kepada pemain muda
Manchester United identik dengan tim yang menghasilkan beberapa pemain muda. Sir Matt Busby telah mewariskan hal ini hingga sekarang.
Salah satu produk akademi tersukses Manchester United adalah Class of ’92. Pada era tersebut bermunculan banyak pemain top seperti David Beckham, Ryan Giggs, Paul Scholes, Nicky Butt, dan Neville bersaudara (Phil dan Gary).
Saat ini, Manchester United sedang kembali membangun tim dari beberapa pemain muda. Dalam meneruskan pembinaan pemain muda, Manchester United mempromosikan Mason Greenwood, Angel Gomes, dan Tahith Chong musim ini. Jika Manchester United ingin membangun kejayaan kembali, maka meraka harus berinvestasi kepada pemain muda di akademi.
Datangkan direktur teknik
Salah satu alasan Manchester United terpuruk di musim ini adalah keliru mengambil keputusan pada bursa transfer musim panas ini. Melepas striker utama seperti Romelu Lukaku dan tanpa mencari penyerang pengganti merupakan kesalahan terbesar Setan Merah di awal musim.
Sejak pensiunnya Sir Alex, Manchester United nampak kehilangan arah saat bursa transfer bergulir. Ed Woodward sebagai salah satu petinggi Manchester United tidak cukup paham dalam hal sepak bola dan kerap melakukan pembelian pemain ternama agar dapat mendatangkan untung secara bisnis tanpa melihat dampaknya bagi tim.
Oleh karena itu, Manchester United sangat membutuhkan sosok direktur teknik. Dengan adanya direktur teknik, Manchester United dapat membeli pemain seusai kebutuhan tanpa mementingkan aspek bisnis.
Advertisement
Mengubah Gaya Bermain
Saat awal Solskjaer menjabat, Manchester United kerap menggunakan formasi 4-3-3. Gaya permainan ini menekankan pada pertahanan yang menumpuk dan kecepatan dalam melakukan serangan balik.
Serangkaian hasil positif yang diraih Solskjaer dengan menggunakan formasi tersebut menghantarkannya sebagai manajer tetap Manchester United.
Mulai musim panas ini, manajer asal Norwegia tersebut beralih menggunakan formasi 4-2-3-1. Namun, bukannya memperbaiki performa, skema tersebut membuat Manchester United berada dalam titik terburuk sepanjang sejarah Premier League.
Solskjaer memiliki tim yang cocok dalam menerapkan serangan balik, tetapi membuat alur penyerangan Manchester United terlihat berat sebelah.
Sekarang, Penyerangan Setan Merah lebih berfokus pada sisi kiri. Hal ini terlalu mudah ditebak oleh manajer tim lawan. Tidak ada kreativitas makin memperburuk cara permainan Manchester United.
Jika ingin bertahan sebagai manajer Manchester United, Solskjaer harus merubah gaya bermain seperti layaknya tim besar. Melakukan penguasaan bola, kreatif dalam membangun penyerangan, dan efektif dalam melakukan serangan dapat diterapkan Solskjaer dengan pemain yang tepat.
Solskjaer harus banyak belajar dari Pep Guardiola yang mengandalkan penguasaan bola dan Jurgen Klopp yang terkenal karena gaya permainannya yang menekan. Sudah saatnya bagi The Red Devils merubah cara bermain jika tidak ingin mengakhiri musim di zona merah. (Tegar Juel)
Sumber: Sportskeeda