Bola.com, Jakarta - Era Premier League baru dimulai pada 1992. Kasta teratas sepak bola Inggris menunjukkan perubahan signifikan sejak berganti nama menjadi Premier League.
Perlahan tapi pasti pamor Premier League terus meroket. Pada masa itu, pamor Premier League masih berada di bawah Serie A yang mencapai masa keemasannya.
Baca Juga
Advertisement
Namun, sedikit demi sedikit Premier League berbenah. Pemain-pemain bintang semakin banyak berdatangan karena Premier League punya magnet yang sulit ditolak. Saat ini, Premier League dinilai sebagai liga terbaik di dunia dan paling glamor.
Pada era 1990-an, Manchester United mendominasi level teratas sepak bola Inggris. Klub berjuluk Setan Merah tersebut menikmati masa kejayaan di bawah besutan Sir Alex Ferguson.
Tak heran, daftar pemain bintang yang hebat pada periode itu banyak yang berasal dari Manchester United. Saat itu, hampir semua pemain di skuat utama Manchester United layak dipertimbangkan sebagai talenta istimewa.
Berikut ini daftar pemain hebat dan femomenal yang menghiasi pentas Premier League pada era 1990-an, seperti dilansir Four Four Two dan MSN.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
David Beckham (Manchester United)
David Beckham bisa dibilang adalah salah satu ikon Premier League di era 1990-an. Dia bukan hanya dikenal sebagai bintang di lapangan hijau. Suami Victoria Beckham ini juga dikenal sebagai anutan mode bagi anak-anak muda, termasuk gaya rambutnya.
Di lapangan hijau, Beckham termasuk ke dalam skuat Manchester United yang sedang menikmati masa kejayaannya. Beckham ikut membantu Setan Merah meraih treble winner yang spektakuler pada 1999.
Fans sepak bola juga akan selalu mengingat golnya dari tengah lapangan pada awal musim 1996-1997. Mendekati akhir musim 1999-2000 dia tercatat mencetak 88 assist dalam 175 pertandingan di Premier League.
Advertisement
Patrick Vieira (Arsenal)
Patrick Vieira bisa disebut sebagai salah satu gelandang terbaik dalam sejarah Premier League. Namun, perannya baru benar-benar terasa pada era 2000-an.
Pada era 1990-an, pemain Prancis itu masih muda. Dia berusia 23 tahun ketika era 1990-an berakhir. Pada 1998, Vieira juga membantu Prancis merengkuh gelar Piala Dunia.
Vieira kerap disebut sebagai pesepak bola komplet. Selain memiliki teknik di atas rata-rata, kapten Arsenal itu juga kuat secara fisik.
Tony Adams (Arsenal)
Tony Adams adalah legenda Arsenal. Dia menjadi bek tengah andalan The Gunners selama 22 tahun, selama 14 tahun di antaranya berperan sebagai kapten tim.
Dia masih menjadi satu-satunya kapten dalam sejarah Premier League yang bisa memenangi tiga titel dalam tiga dekade berbeda. Saking identiknya dengan The Gunners, dia dijuluki sebagai "Mr Arsenal".
Advertisement
Eric Cantona (Manchester United)
Hanya dalam 4,5 tahun di Manchester United, Cantona berhasil mengasah sepak bola Inggris era 1990-an menjadi berbeda. Tak ada pemain yang hampir menyamai karakternya.
Saat pria Prancis itu tiba di Old Trafford pada 1992, MU berada di peringkat delapan, bahkan mencetak gol lebih sedikit dibanding dua tim yang menghuni zona degradasi.
Namun, berkat pengaruhnya dan gaya pemimpinnya yang kuat, Manchester United berhasil mengklaim gelar liga pertama sejak 1967.
Eric Cantona juga ahli dalam mencetak gol. Pada 1995-1996, saat Newcastle United terus menekan MU, dia berhasil mencetak gol dalam enam laga beruntun.
Dia juga mencetak satu-satunya gol Setan Merah pada final Piala FA tahun itu melawan Liverpool. MU berhasil meraih gelar ganda. Cantona pensiun di Old Trafford saat berusia 30 tahun.
Alan Shearer (Newcastle United
Alan Shearer dinilai sebagai salah satu striker terbaik Liga Inggris sepanjang masa. Shearer tercatat menyumbangkan 206 gol dalam 405 laga sepanjang kariernya di Newcastle United.
Bahkan, sebelum memperkuat Newcastle United, dia lebih dulu memenangi gelar Pemain Terbaik Premier League 1994-1995 setelah mencatatkan 34 gol dan membawa Blackburn Rovers menjadi kampiun.
Advertisement
Ryan Giggs (Manchester United)
Ryan Giggs merupakan salah satu pemain sayap terbaik pada eranya. Pada era 1990-an Giggs adalah sosok fenomenal.
Dia bukan hanya diberkahi dengan kecepatan prima, Giggs juga pemberi umpan silang mematikan, berbahaya dalam urusan mencetak gol, dan juga kerap memberi assist. Giggs juga mahir dalam mengambil tendangan bebas.
Pada masa itu, Manchester United memiliki dua pemain sayap hebat. Giggs di kiri dan Beckham di kanan. Saat usianya sudah di atas 30 tahun, Giggs bertransformasi menjadi gelandang tengah. Perubahan itu ternyata berhasil memperpanjang karier pemain asal Wales itu.
David Ginola (Newcastle United, Tottenham Hotspur)
Pada musim 1998-1999, Manchester United meraih treble winner, yaitu gelar Premier League, Piala FA, dan Liga Champions. Setan Merah juga hanya kalah lima kali dalam semusim, mencetak lebih dari dari 100 gol. Tapi siapakah yang memenangi penghargaan individu Premier League musim itu? Ternyata pemain Tottenham Hotspur asal Prancis, David Ginola.
Spurs memenangi trofi yang tak berhasil direbut MU, yaitu Piala Liga. Saat itu, Ginola meraih gelar PFA Player of the Year dan FWA Footballer of the Year prizes.
Advertisement
Matt Le Tissier (Southampton)
Matt Le Tissier dikenal sebagai pemain yang santai dalam urusan diet. Dia menyebut menjaga tubuh adalah pilihan. "Saya tahu punya kemampuan mengubah pertandingan tanpa perlu dalam kondisi sama fit dengan pemain lain di lapangan," kata Tissier.
Pemain asal Inggris tersebut mencetak 160 gol di liga untuk Southampton. Meskipun Southampton kerap berkutat di posisi papan tengah dan bawah, fans tak bisa mengabaikan kehebatan Le Tissier. Dia punya gaya khas dan kelihatan mudah saat melewati penjagaan lawan dan punya visi permainan yang brilian.
Robbie Fowler (Liverpool)
Robbie Fowler mulai menyedot perhatian pada musim 1993-1994. Saat itu dia mencetak lima gol dalam pertandingan Liverpool melawan Fulham di Piala Liga. Hanya lima pemain yang pernah mencatatkan rekor fantastis tersebut.
Fowler dikenal memiliki penyelesaian akhir brilian dan punya kapasitas menghancurkan pertahanan musuh sendirian.
Sebagai striker tajam, Fowler mencetak setengah dari 163 pertandingan di Premier League sebelum berusia 22 tahun. Cedera membuat kemampuan Fowler menurun. Namun, pada era 1990-an kemampuan Fowler tak perlu diragukan.
Advertisement
Gianfranco Zola (Chelsea)
Menyebut Gianfranco Zola hanya pemain berbakat memang mudah. Tapi, jelas Zola bukan sekadar pemain berbakat.
Zola mengenalkan rekan-rekan setimnya rutinitas di gym sebelum latihan dan menaikan standar di skuat. Dia terpilih sebagai FWA Player of the Year pada tahun pertamanya di sepak bola Inggris.
Saat dia datang, Chelsea telah memenangi empat gelar dalam sejarah mereka. Saat dia pergi (hari yang sama dengan kedatangan Roman Abramovich), The Blues punya empat gelar.
Peter Schmeichel
Peter Schmeichel bukan hanya benteng tangguh di bawah mistar MU pada periode paling sukses klub tersebut. Tapi, dia merupakan ksatria dan juga inspirasi di Manchester United.
Schmeichel menjadi kiper utama saat Manchester United meraih treble winners pada 1999.
Komentar akurat dilontarkan Ferguson tentang Schmeichel pada 2000, ketika sang kiper dianugerahi gelar MBE.
"Itu luar biasa dan merefleksikan karier hebatnya. Dia bernilai luar biasa untuk klub ini. Rekornya menakjubkan. Selama di sini, dia tak pernah finis di bawah posisi kedua di liga, dan karier internasionalnya luar biasa," kata Ferguson.
"Dia memenangi sekitar 102 caps dan memenangi Piala Eropa bersama Denmark yang merupakan pencapaian hebat. Dia memiliki karier yang menakjubkan dan saya bangga terhadapnya," imbuh Ferguson.
Advertisement
Ian Wright (Arsenal, West Ham)
Ian Wright sesuai dengan definisi pemain yang telat berkembang. Dia hampir berusia 22 tahun ketika bertukar klub dari tim non-liga ke Crystal Palace, berusia 25 tahun ketika promosi ke divisi teratas, dan berusia 27 tahun saat mendapat caps pertama untuk Inggris. Transfernya ke Arsenal datang tujuh bulan setelah itu, pada September 1991.
Dia pernah memecahkan rekor top scorer Arsenal (hingga Thierry Henry melewatinya) dan mewakili Inggris pada kualikasi Piala Eropa 2000.
Dia juga berperan dalam keberhasilan Arsenal memenangi gelar ganda pada 1997-1999.
Roy Keane (Manchester United)
Pentingnya peran kapten tim di sepak bola tak terbantahkan. Itulah arti penting seorang Roy Keane. Menikmati bermain di bawah Brian Clough dan Sir Alex Ferguson sebelum ulang tahunnya ke-22, tak heran Roy Keane mendapat aura yang kuat di lapangan.
Dia digaet Manchester United dari Nottingham Forest dengan gratis setelah memenangi gelar Pemain Terbaik Premier League pada musim musim 1992-1993. Dia baru berusia 21 tahun saat datang ke Old Trafford. Dia mencatatkan 37 laga pada musim itu meskipun usianya masih sangat muda.
Di sela-sela hukuman dan rentetan cedera, pemain Irlandia itu menginspirasi rekan-rekannya di MU dengan kerja keras, gol-gol krusial, dan sikap keras kepala. Salah satu performa luar biasa Keane tersaji pada leg kedua semifinal Liga Champions 1999 kontra Juventus di Turin. Saat itu, Sir Alex Ferguson memberikan pujian khusus.
"Sangat terhormat dihubungan dengan pemain seperti dirinya," ujar Ferguson.
Advertisement
Dennis Bergkamp (Arsenal)
Dennis Bergkamp terkenal sebagai pemain bersinar di bawah asuhan Arsene Wenger. Ia menjadi playmaker yang pas untuk rekan-rekannya di Arsenal.
"Semuanya harus sempurna, bahkan dalam pelatihan. Semuanya seratus persin. Dia pria yang sangat lucu tetapi ketika dia bekerja tidak ada lelucon," kenang Thierry Henry.
Ia juga merupakan tokoh kunci Arsenal meraih juara Premier League dengan predikat The Invincible.
Sumber: Four Four Two, MSN