Sukses


Gabriel Jesus: Kalian Pelaku Rasialisme Nggak Ada Otak!

Bola.com, Jakarta - Penyerang Manchester City, Gabriel Jesus, ikut menyuarakan pendapatnya mengenai kasus kematian George Floyd. Selain menyebut pelaku rasialisme dengan anggapan tidak memiliki otak, ia juga menilai protes besar-besaran tak perlu dengan kekerasan.

Gerakan BlackLivesMatter nyaring didengungkan oleh demonstran yang mengutuk kekerasan polisi Amerika Serikat kepada Goerge Floyd. Gabriel Jesus pun sedih melihat adanya kesan rasialisme terkait kasus tersebut.

Aksi protes ini dilakukan dalam berbagai bentuk, mulai dari unjuk rasa hingga penjarahan. Tindakan represif yang dilakukan aparat justru membuat gelombang protes semakin kencang.

Gabriel Jesus merasa aksi protes yang kini meluas di berbagai penjuru dunia itu merupakan hal yang wajar mengingat rasialisme bukanlah persoalan baru. Namun, striker Manchester City itu juga tidak sependapat dengan kekerasan.

"Saya tak sependapat dengan protes lewat kekerasan. Saya mendukung protes secara damai untuk mengatakan 'tidak untuk rasialisme' dan kapan pun kita berkata 'BlackL ives Matter', kita harus membacanya dengan tepat dan memahami arti di baliknya," ujar Jesus seperti dikutip Goal International.

"Kami tak mengatakan bahwa nyawa orang lain tak penting, tapi kami mengatakan bahwa nyawa orang berkulit hitam yang merasakan rasisme itu penting," tambahnya.

"Kami tak bisa meggeneralisasinya. Tak semua orang itu rasis, mayoritas tidak, tapi banyak orang yang rasa dan sepertinya mereka tak mempunyai otak," ujar Gabriel Jesus lagi.

 

Video

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 2 halaman

Pengalaman Gabriel Jesus

Lebih lanjut, Jesus juga mengungkapkan bahwa dirinya pernah menjadi korban pelecehan berbau rasisme ketika masih bermain untuk klub Brasl, Palmeiras.

"Saya beberapa kali mengalaminya. Saya mampu mengatasinya. Saya berkulit hitam dan berasal dari sebuah favela [kawasan kumuh di Brasil]. Saya bisa belajar dari pengalaman tersebut, tapi semuanya bereaksi dan merasa berbeda dan saya memiliki cara tersendiri," tutur Jesus.

"Saat ini media sosial begitu penting, tapi masalahnya adalah terkadang kita tak menghormati pendapat atau pandangan satu sama lain dan itu bisa menyebabkan masalah atau kebencian yang lebih besar lagi," lanjutnya.

"Saya tahu sulit untu berbicara tentang kedamaian, tapi jika kita menjalani hidup kita dengan berdasarkan kedamaian, maka itu akan jauh lebih baik," tandasnya.

Sumber asli: Goal International

Disadur dari: Bola.net (Ari Prayoga, published 6/6/2020)

Video Populer

Foto Populer