Sukses


5 Pemain yang Pernah Cicipi Pahitnya Degradasi Lalu Bangkit Rengkuh Gelar Premier League

Bola.com, Jakarta - Mengangkat trofi Premier League menjadi sesuatu yang diidam-idamkan setiap pemain yang berkarier di Inggris. Namun, tak semua pemain bisa merasakan pengalaman berharga tersebut. 

Pengalaman istimewa itu baru saja dirasakan para pemain Liverpool yang telah memastikan menjuarai Premier League 2019-2020. The Reds memastikan gelar juara liga setelah Manchester City takluk dari Chelsea pada Jumat (26/6/2020) dini hari WIB. 

Namun, di saat Liverpool berpesta, ada beberapa klub yang sedang berjuang keras menghindari jurang degradasi. Perjuangan lolos dari jeratan degradasi selalu menjadi pertarungan sengit setiap musim. Tak jarang, ada tim yang turun kasta dengan margin poin yang sangat tipis. 

Tak sembarang pemain yang bisa mencicipi manisnya gelar juara. Tapi, ada juga pemain yang pernah merasakan pengalaman manis dan pahit sekaligus. 

Ada beberapa pemain yang berhasil merayakan gelar Premier League, tapi juga pernah mencicipi pahitnya turun kasta. Siapa saja mereka? 

Berikut ini lima pemain yang pernah merasakan pahitnya degradasi, tapi kemudian bangkit dan mengecep manisnya gelar Premier League, seperti dilansir dari Sportkeeda, Senin (29/6/2020).  

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 6 halaman

1. Andy Robertson

Perjalanan karier Andy Robertson di kancah sepak bola benar-benar inspiratif. Dia pernah bermain di kasta bawah sepak bola Skotlandia, kemudian bangkit hingga merasakan trofi Piala Dunia Antarklub, Liga Champions, dan Premier League bersama Liverpool. 

Namun, sebelum meraih banyak gelar bergengsi bersama Liverpool, Roberson pernah merasakan patah hati karena terdegradasi dari Premier League tiga tahun sebelum mengangkat trofi liga bersama The Reds! 

Robertson memulai pindah dari Skotlandia untuk berkarier di Inggris pada 2014. Dia hijrah dari Dundee United ke Hull City, dan dengan cepat menembus starting XI. Dia berperan penting mengantar Hull City promosi ke Premier League pada 2016. Sayangnya mereka hanya bertahan semusim di Premier League dan kembali terdegradasi. 

Meski demikian, performa energiknya dan umpan silang menawan sang bek kiri membuat Liverpool terpikat pada akhir musim 2016-2017. Ia kini menjadi andalan di lini belakang The Reds dan juga dipercaya menjadi kapten Timnas Skotlandia.  

 

3 dari 6 halaman

2. Michael Carrick

Michael Carrick menikmati berbagai kesuksesan di sepanjang kariernya. Sebagian besar kesuksesannya diraih saat berkostum Manchester United, dengan meraih setiap gelar di level domestik, hingga level Eropa, dan Piala Dunia Antarklub. 

Namun, meskipun merasakan lima gelar Premier League, Liga Champions, Liga Europa, Piala FA, Piala Liga, Community Shield, dan Piala Dunia Antarklub, Carrick pernah merasakan pahitnya terdegradasi. 

Momen pahit itu dirasakan Carrick saat memperkuat West Ham United. Ia merupakan produk binaan The Hammers, seperti Frank Lampard, Rio Ferdinand, dan Joe Cole. Pada musim 2000-2001, Carrick menembus tim utama. Sayangnya, The Hammers secara mengejutkan terdegradasi pada musim 2002-2003. 

Ketika sebagian besar pemain meninggalkan klub, Carrick tetap setiap memperkuat West Ham di Divisi I, bahkan dinobatkan sebagai pemain terbaik pada tahun itu. 

Namun, pada musim itu West Ham kalah pada playoff final sehingga gagal kembali ke Premier League. Carrick kemudian pindah ke Tottenham Hotspur selama dua musim, sebelum dipinang oleh Manchester United.  

4 dari 6 halaman

3. Georginio Wijnaldum

Georginio Wijnaldum terus menjadi andalan di Liverpool sejak kedatangannya pada 2016. Sebagai produk akademi Feyenoord, Wijnaldum menikmati kesuksesan di Eredivisie di PSV sebelum hijrah ke Inggris untuk gabung ke Newcastle United pada 2015.   

Musim debutnya di Inggris sangat sukses di level personal. Bahkan, sang gelandang menyudahi musim itu sebagai top scorer Newcastle. Namun pencapaian personalnya tak dibarengi kesuksesan tim. The Magpies terdegradasi ke Championship.   

Kinerja apiknya tertangkap radar Liverpool. Dia diboyong ke Anfield pada Juli 2016. Sejak itu, sang gelandang menjadi aset berharga The Reds serta berperan krusial mengantar tim tersebut meraih berbagai gelar bergengsi, termasuk juara Premier League 2019-2020. 

 

5 dari 6 halaman

4. Marcos Alonso

Ketika Marcos Alonso tiba di Stamford Bridge pada musim panas 2016, tak banyak orang yang menyadari ini klub ketiganya di Premier League. Faktanya, dia pernah memperkuat Bolton Wanderers dan Sunderland, tapi terlupakan. Marcos Alonso menjadi bagian skuad Chelsea yang menjuara Premier League pada musim 2016-2017. 

Pahitnya pengalaman degradasi dirasakan Alonso saat memperkuat Bolton pada musim 2011-2012. Dia gabung Bolton pada Juli 2010 dari Real Madrid. Perlahan tapi pasti ia menjadi tulang punggung Bolton. Sayangnya penampilan apiknya tak mampu menyelamatkan Bolton dari degradasi pada musim berikutnya.  

Alonso tetap bertahan ketika Bolton tampil di Championship pada musim 2012-2013 dan tampil mengesankan. Fiorentina kepincut dan memboyongnya ke Serie A. Di sana, ia tampil dalam 70 laga dan kemudian dipinjamkan ke Sunderland. Chelsea memboyongnya ke London pada 2016. 

Kepahitan bermain di Championship benar-benar menjadi masa lalu bagi Marcos Alonso. Bersama The Blues ia memenangi Premier League, Piala FA, dan Liga Europa. 

 

 

6 dari 6 halaman

5. James Milner

James Milner menikmati karier yang panjang dan bergelimang gelar di Premier League. Dia belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti meski telah berusia 34 tahun. 

Milner pernah menjadi salah satu pemain termuda di Premier League ketika menjalani debut untuk Leeds United saat usia 16 tahun pada 2002. 

Setelah itu, Milner pernah bermain untuk Newcastle United, Aston Villa, Manchester City, dan di Liverpool hingga sekarang. Dia pernah merasakan dua titel Premier League, gelar Piala FA dan Piala Liga di Manchester City. Setelah pindah ke Liverpool, Milner juga menambahkan trofi titel Champions, Piala Dunia Antarklub dan juga gelar Premier League ke lemari trofinya. 

Sebelum mencapai kesuksesan bersama City dan Liverpool, dia pernah merasakan pahitnya turun kasta bersama klub idola masa kecilnya, Leeds United. 

Momen pahit itu terjadi pada musim 2003-2004. Saat itu Milner sebenarnya enggan meninggalkan Leeds. Namun, klub harus menjual bintang-bintangnya untuk menyeimbangkan kondisi finansial. Milner akhirnya dijual ke Newcastle United dengan durasi kontrak lima tahun. 

Sumber: Sportkeeda

 

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer