Sukses


Scott Parker: Gelandang yang Tak Beruntung, tapi Sukses Bawa Fulham Promosi ke Premier League

Bola.com, Jakarta - Fulham kembali promosi ke Premier League per musim 2020/2021. Si jenius Scott Parker menjadi faktor utama di balik keberhasilan tersebut. Ini menjadi momen pembuktian buatĀ sosok yang dulunya digadang-gadang bakalĀ geladang andalan Timnas Inggris, namun kariernya tak seberuntung mantan rekan setimnya di Chelsea, Frank Lampard.

Saat masih aktif bermain, Scott Parker merupakan satu di antara gelandang yang disebut-sebut akan menjadi langganan The Three Lions, menggantikan peran Paul Scholes atau Paul Gascoigne. Sayang, kariernya di level klub, termasuk saat berseragam Fulham, mentok di situ-situ saja.

Scott Parker adalah dirinya sendiri, dengan gaya bermainnya yang elegan serta perawakannya yang berwibawa. Tak seperti pemain lainnya pada generasinya dan berikutnya, tidak ada orang yang berani membandingkannya dengan Steven Gerrard atau Frank Lampard misalnya.

Memulai karier sepak bola sejak 1997 hingga pensiun pada 2017, Scott Parker muda diharapkan bisa menjadi tulang punggung Timnas Inggris di masa mendatang jauh sebelum muncul nama Jordan Henderson. Klub-klub yang pernah ia bela juga tak sembarangan.

Selain pernah membela Fulham, Scott Parker juga dipercaya mengenakan seragam Newcastle United, Tottenham Hotspur, West Ham United, hingga Chelsea. Seragam tempur Timnas Inggris pun pernah 'ngepas' di badannya, walau tak sering.

Dilansir dari Transfermarkt, Scott Parker tercatat membela Timnas Inggris sebanyak 18 kali. Ia juga merupakan pemain kepercayaan Roy Hodgson ketika Tim Tiga Singa berlaga di Piala Eropa 2012.

Pada 2003/2004, Chelsea membeli Scott Parker dari Charlton Athletic, klub masa kecilnya, dengan mahar mencapai 13 juta pounds. Transfer itu membuat publik Premier League mendadak heboh dan sontak mencapnya sebagai calon jenderal lini tengah Timnas Inggris.

Klaim tersebut makin ketara tatkala pada 2004, Scott Parker mendapatkan penghargaan PFA's Young Player of the Year. Sayangnya, ia berada satu klub dengan Frank Lampard. Sinarnya pun kalah terang mengingat usia keduanya tak terlampau jauh.

Alih-alih menjadi pilar penting di lini tengah, Scott Parker seakan tak seberuntung Frank Lampard yang membuatnya jarang mendapatkan kesempatan bermain secara reguler. Ia lantas memilih pindah ke Newcastle United semusim berikutnya.

Ā 

Video

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Kalah Bersaing dengan Frank Lampard

Keputusan tepat. Bakat Scott Parker terlihat selama membela Newcastle United dan bahkan dua musim menjalankan peran sebagai kapten. Entah lebih betah tinggal di London atau bagaimana, ia kemudian pindah lagi ke West Ham United, klub London Barat.

Bersama West Ham, Scott Parker memang gagal menghindarkan timnya dari degradasi. Namun, itu tak membuat klub papan atas Premier League kepincut dengan servisnya. Pada 2011/2012, Tottenham Hotspur, lagi-lagi tim London, membelinya dengan harga relatif murah, hanya 5,5 juta pounds saja.

Aman mengatakan bahwa Tottenham Hotspur merupakan klub yang 'menyelamatkan' kariernya. Ya, bersama rival Arsenal ini, Scott Parker mencapai puncak performanya. Ia terus dilirik Timnas Inggris dan berhasil menjadi pemain terbaik versi suporter pada 2011/2012.

Ketidakberuntungan kembali mengampiri Scott Parker akibat cedera yang ia peroleh musim berikutnya. Kariernya perlahan tenggelam di tengah sinar Frank Lampard hingga memutuskan untuk pensiun pada 2017.

Ā 

3 dari 5 halaman

Baru Melatih, Langsung Terdegradasi

Musim lalu, tepatnya Februari 2019, Scott Parker yang kala itu masih menjadi asisten manajer, diangkat sebagai caretaker Fulham. Tugasnya sangat berat, yakni mengangkat tim London Barat itu naik dari zona degradasi.

Kala itu, Fulham berada di posisi ke-19 klasemen Premier League. Andre Schurrle dkk. terpaut 10 poin dari zona degradasi dengan menyisakan 10 pertandingan jelang penutupan musim.

Nahas, kariernya sebagai manajer (atau caretaker) berakhir pahit. Fulham dipastikan terdegradasi pada pertandingan kelima Scott Parker berperan di balik nahkoda tim. Kekalahan 1-4 dari Watford adalah penyebabnya.

"Tim ini, 15 bulan lalu, adalah tim paling banyak menelan kekalahan. Apa yang kalian tidak lihat dan orang-orang tidak pahami adalah isu yang mengakar di klub ini," kata Parker.

"Fulham butuh stabilitas dan pentunjuk yang jelas, arah yang jelas," ujarnya lagi.

Menariknya, tanda-tanda kepiawaian Scott Parker meracik tim langsung terlihat pada laga-laga berikutnya. Tiga pertandingan pamungkas dilahap dengan kemenangan, termasuk catatan clean sheet.

"Saya ingat laga pamungkas di kandang akhir musim lalu. Scott Parker berjalan mengitari lapangan, menghampiri suporter Fulham yang tetap loyal meski tahu bakal turun kasta," katan mantan striker Swindon Town yang kini menjadi pundit sepak bola di BBC Radion London, Sam Parkin.

Ā 

4 dari 5 halaman

Tak Mudah dengan Skuat Ala Kadarnya

Pada Divisi Championship musim 2019/2020, meski berstatus tim yang baru terdegradasi dari Premier League, Fulham tetap dijagokan untuk kembali promosi. Beberapa pemain penting memang pergi, sebut saja Andre Schurrle, Jean-Michael Seri, Andre-Frank Zambo Anguissa, Floyd Ayite, Luciano Vietto, dan Sergio Rico, namun Scott Parker bisa mengatasi hal tersebut.

Sebagai gantinya, selain mempertahankan Aleksandar Mitrovic, Scott Parker mendatangkan dua pemain yang sudah teruji di Divisi Championship, Ivan Cavaleiro dan Anthony Knockaert. Namun, segalanya jadi tak mudah buat Fulham.

"Fulham mengalami periode di mana mereka tampil sangat inkonsisten. Itu masalah yang dihadapi Scott Parker. Satu pekan pemainnya bermain cantik, pekan berikutnya bapuk," kata Steve Brown, rekan setim Scott Parker di Charlton Athletic.

Ā 

5 dari 5 halaman

Tak Ada Batas dengan Pemain

Usia yang terbilang muda (39) membuat Scott Parker mudah mendekati pemain-pemainnya secara personal. Hal itu diakui oleh Lee Clark, mantan rekan setim Parker di Newcastle United.

"Pesta kemenangan play-off Divisi Championship sangat emosional, semua pemain berkumpul di sekitar Scott Parker. Saya rasa dia punya kedekatan kuat dengan para pemainnya," ujar Lee Clark.

Pendapat serupa juga diamini oleh Joe Bryan, bek kiri Fulham yang mencetak dua gol kemenangan atas Brentford pada play-off semifinal Divisi Championship. Pemain berusia 26 tahun tersebut mengatakan bahwa Scott Parker sosok yang dekat dengan pemain dan rajin memberikan kata-kata motivasi.

"Scott Parker, dia pelatih yang disegani karena pintar merajut kata-kata motivasionalo. Saat ia bicara, semua orang menghormatinya," kata Bryan.

"Senang rasanya bermain untuk manajer yang selalu mencontohkan pengalaman bermain kepada pemainnya," katanya lagi.

Sumber: Berbagai sumber

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer