Bola.com, Jakarta Dengan bergabungnya striker belia yang ditabali status wonderkid, Fabio Silva (18 tahun), dari Porto ke Wolverhampton Wanderers pada 5 September silam, maka genap sudah sembilan pemain Portugal akan membela Wolves di Liga Inggris pada musim 2020/21. Pelatih Nuno Espirito rupanya masih terikat romantisme masa lalu yang membuatnya percaya bahwa goyang latino masih lebih reliable saat ia dituntut optimal menghela sebuah klub medioker di rimba berat sepak bola Inggris dan Eropa.
Saat ini Wolves diperkuat para pemain berbendera Portugal seperti kiper Rui Patricio, bek Ruben Vinagre, gelandang Pedro Neto, Ruben Neves, Daniel Podence, Joao Moutinho, Diogo Jota, hingga striker Fabio Silva. Ini baru delapan pemain, lalu satu lagi siapa?
Baca Juga
Advertisement
Seorang lagi adalah bek veteran, Roderick (29 tahun), yang masih diparkir di tim B sambil menunggu perkembangan di bursa transfer musim panas tahun ini yang akan ditutup pada 5 Oktober mendatang. Roderick terakhir sempat dipinjamkan ke klub gurem di Liga Portugal, Famalicao, dan belakangan Nuno belum memastikan apakah pemain berdarah Brasil itu akan masuk bangku cacangan tim utama atau segera dipensiunkan.
Ya, Wolves harus benar-benar berhitung agar mereka kian kompetitif saat mengarungi 2020/21 mengingat dengan status medioker ternyata mereka musim lalu pun sanggup menghuni posisi ke-7 di pentas Premier League. Klub berumur 143 tahun ini disebut The Guardian belakangan memiliki warna baru yang semakin kosmopolitan layaknya Chelsea di awal 90-an dengan sexy football-nya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pengaruh Metoda Mourinho
Tak pelak garis opini di atas langsung mengorbitkan Nuno sebagai dalang di balik kesuksesan klub, yang memang kian bergaya kontinental yang sarat penguasaan bola ketimbang sekadar bermain cepat atau menyerang balik semata. Awalnya tidak ada yang menyangka pelatih berusia 46 tahun tersebut bakal bertahan lebih dari dua musim di Inggris sejak ia didatangkan dari Porto pada 2017.
Berstatus sebagai mantan kiper timnas B Portugal dan sempat malang melintang hingga menukangi Valencia (2014-2015) modalnya membentuk karakter tim adalah dengan kharisma setara Jose Mourinho saat dirinya memberi instruksi di ruang ganti. Ia sangat analitis, detil, dan aplikatif dalam mengarahkan satu-persatu pemainnya untuk setiap laga.
Beberapa asisten manager ditugasinya untuk membuat selembar catatan berisi tugas dan tanggung jawab setiap pemain dalam 90 menit, terutama setiap kali menghadapi sesama klub penghuni papan tengah. Semua ini dipelajari saat ia dilatih Mourinho di FC Porto pada 2002-2004. Metoda eksak ini menurutnya lebih cepat meresap bila dijejalkan kepada kepala pemain yang berlatar pendidikan dasar sepak bola yang sama, yaitu latar akademik sepak bola Portugis.
Advertisement
Mengusung Dua Wajah
Hal yang menarik adalah filosofi permainan Wolverhampton yang benar-benar berbeda dengan cara Jose Mourinho mengadaptasi lingkungan Liga Inggris bersama Chelsea. Pada 2004, Chelsea di bawah kendali Mourinho bermain sangat pragmatis dan seringkali membukukan kemenangan 1-0 saja, sedangkan di 2017 debut Nuno di kasta kedua Liga Inggris, Championship Division, bersama Wolves justru ditandai torehan 13 gol dalam empat laga pertama.
Perubahan kredo bermain Nuno terjadi saat musim berikutnya Wolves naik ke Premier League, ia pun sadar dengan skuad murah miliknya di kancah elite Inggris ia harus bermain lebih bertahan dan seimbang. Adaptasi yang kemudian terbukti berhasil inilah yang membuat Nuno mendapatkan gelar doktor kehormatan dari University of Wolverhampton pada medio tahun lalu.
Musim 2020/21 ini selain bertarung di kompetisi domestik, skuat Nuno juga harus melalui ujian Liga Europa kembali setelah tahun ini mereka terjegal di perempat final kompetisi level kedua Eropa tersebut. Untuk berhasil di Inggris dan Eropa, tim yang dikapteni Conor Coady itu disebut Nuno harus memiliki dua wajah, agresif dan defensif, secara bersamaan.
"Kedalaman tim belum cukup untuk disebut seimbang saat ini, kami harus kembali membeli pemain di posisi gelandang bertahan dan sayap. Kelenturan tim untuk bermain bertahan di Liga Premier dan lebih berkarakter menyerang di Liga Europa sangat ditentukan langkah-langkah yang kami lakukan di bursa transfer musim panas ini," kata pelatih yang mirip aktor Hollywood, Laurence Fisburne (The Matrix), tersebut kepada Avante.
Dari sembilan pemain Portugal yang kini berbaju Wolverhampton di Liga Inggris, hanya kiper Rui Patricio yang benar-benar harus statis di kotak penalti. Selebihnya, bahkan pemain veteran sekelas Roderick pun, dinilai sanggup memainkan peran ganda sebagai pemain defensif maupun sebagai penyerang. Kualitas seperti ini yang membuat Nuno Espirito lebih mudah percaya pada pemain asal Portugal ketimbang asal negara lain.