Bola.com, Jakarta - Dalam dunia sepak bola kerap terjadi pemain pindah dari klub sepak bola karena alasan yang di luar kendali mereka. Situasi ini jelas tak menyenangkan.
Terkadang, kedatangan pelatih baru memicu perubahan gaya bermain klub yang dapat membuat pemain yang dinilai gagal beradaptasi dengan sistem baru diminta angkat kaki.
Baca Juga
Erick Thohir Blak-blakan ke Media Italia: Timnas Indonesia Raksasa Tertidur, Bakal Luar Biasa jika Lolos ke Piala Dunia 2026
Bertahan di Man City, Guardiola: Mungkin 4 Kekalahan Itu Alasan Mengapa Saya Tak Bisa Pergi
Erick Thohir soal Kemungkinan Emil Audero Dinaturalisasi untuk Timnas Indonesia: Jika Dia Percaya Proyek Ini, Kita Bisa Bicara Lebih Lanjut
Advertisement
Seorang pemain mungkin hengkang dari klubnya karena kekurangan jam terbang bertanding. Kadang-kadang, para pemain pindah karena butuh tantangan baru setelah melihat klubnya kurang ambisius. Mereka butuh tantangan baru.
Pesepak bola juga pindah klub karena tawaran gaji atau klub yang memilikinya diiming-imingi mahar transfer yang menguntungkan.
Kepindahan-kepindahan model itu banyak terjadi, dan sudah menjadi pemandangan umum.
Ada situasi lain, menyangkut kepindahan, yang bersifat pribadi membuat pemain terluka.
Ketika seorang pemain tiba-tiba dipindahkan dari posisi pilihannya untuk mengakomodasi pemain lain. Dia kemudian mungkin dinilai 'tidak adil' atas penampilannya di posisi 'baru' dan kehilangan kepercayaan dari pelatih.
Beberapa pemain masih meninggalkan klub dengan sikap ramah dengan situasi-situasi di aras, tetapi ada banyak contoh ketika pemain menjelek-jelekkan mantan bos atau klub mereka, karena perasaan dendam.Â
Situs Sportskeeda merangkum lima pemain yang terlibat konflik dengan mantan klubnya. Mereka mengumbar aib kisah lama yang menghebohkan jagat sepak bola.
Â
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Alexis Sanchez
Sanchez, yang mencetak hampir satu gol setiap dua pertandingan selama 166 penampilannya di semua kompetisi untuk Arsenal, secara tiba-tiba pindah ke Manchester United.
Di klub barunya ia kehilangan kesaktian. Ia hanya menyumbang tiga gol dalam 32 pertandingan Liga Inggris setelah sebelumnya mengoleksi 24 gol untuk Arsenal di musim sebelumnya.
Setelah tinggal satu setengah tahun yang tidak menyenangkan di Manchester United, di mana ia hanya mencetak lima kali dalam 45 pertandingan, sang penyerang dengan gaji tertinggi di United dipinjamkan ke Inter Milan pada 2019.
Penampilan Sanchez nyaris tidak membaik di lingkungan barunya saat dia hanya mencetak empat gol dalam 32 pertandingan untuk runner-up Serie A tersebut. Namun demikian, Inter memutuskan untuk membuat kesepakatan dan membeli Sanchez dengan kontrak tiga tahun hanya beberapa pekan lalu.
Kontroversi dibuat penyerang asal Chile itu saat membuka kenyataan dari awal sudah tidak nyaman bermain di Manchester United.
"Saya ingin memberi tahu Anda tentang masa saya di United, tentang banyak hal yang telah dikatakan yang membuat saya terlihat buruk. Sebelum pergi ke sana, saya memiliki kesepakatan dengan Manchester City, tetapi itu tidak berhasil, dan saya mendapat kesempatan bergabung dengan Manchester United. Itu adalah sesuatu yang menyenangkan bagi saya yang mengaggumi klub sejak kecil.
Saya akhirnya menandatangani tanpa memiliki banyak informasi tentang apa yang terjadi dengan kepindahan tersebut. Selama beberapa hari pertama saya bersama rekan satu tim baru saya, terkadang ada hal-hal tertentu yang tidak Anda sadari sampai Anda tiba. Setelah pelatihan pertama, saya menyadari banyak hal. Ketika saya sampai di rumah, saya bertanya kepada keluarga dan agen saya: 'Bisakah kontrak saya dibatalkan dan dapatkah saya kembali ke Arsenal?' "
Sanchez melanjutkan dengan kata-kata kasarnya dengan mengatakan bahwa para pemain Manchester United tidak kompak. Ia juga mengeluhkan kurangnya waktu bermain:
"Kami tidak bersatu sebagai sebuah tim. Sebagai pemain, Anda membutuhkan tim untuk bersatu, menjadi sebuah keluarga, dan kami tidak. Dan Anda bisa melihatnya di lapangan, tetapi karena mereka harus menyalahkan seseorang, mereka akan melakukannya. selalu menyalahkan saya. Kadang-kadang, saya bahkan tidak mau bermain atau saya akan bermain selama 20 atau 30 menit, tetapi itu akan selalu menjadi kesalahan saya.
Saya tidak mengerti bagaimana saya berubah dari menjadi salah satu pemain terbaik di Liga Inggris lima bulan lalu menjadi spesialis penghuni bangku cadangan. Itu sangat menyakitkan."
Advertisement
Neymar
Dunia berada di bawah kaki Neymar selama empat musim bersama Barcelona saat ia mencetak 105 gol dalam 186 penampilan untuk klub di semua kompetisi. Dalam rentang waktu itu klub memenangkan beberapa penghargaan domestik dan kontinental termasuk treble pada 2014-15.
Bersama Lionel Messi dan Luis Suarez, Neymar membentuk salah satu trio penyerang paling menakutkan di dunia sepak bola, yang dijuluki MSN.
Namun, selama waktunya di klub, Neymar sebagian besar berada di bawah bayang-bayang rekan setimnya Lionel Messi dan menyadari bahwa dia tidak akan bisa memenangkan penghargaan individu seperti Ballon d'Or jika dia tetap bertahan di Camp Nou.
Paris St. Germain, didukung oleh pemilik kaya raya asal Timur Tengah, memercikkan uang tunai dan Neymar menjadi pemain termahal di dunia setelah klub Prancis membayar 222 juta euro untuk jasanya.
Kepindahan Neymar memicu kemarahan di antara para penggemar Barcelona, ​​tetapi sang pemain mengalihkan kesalahan ke dewan klub.
"Saya tidak punya sesuatu untuk dikatakan kepada dewan Barcelona. Bagi saya ... Sebenarnya saya ingin mengatakan sesuatu, bahwa saya kecewa dengan mereka."
Saya menghabiskan empat tahun di sana dan sangat bahagia. Saya mulai bahagia, menghabiskan empat tahun bahagia dan pergi bahagia. Tapi tidak dengan mereka. Bagi saya, mereka seharusnya tidak bertanggung jawab atas Barca. Barca pantas mendapatkan yang lebih baik, dan semua orang tahu ini," ujar Neymar.
Namun, ternyata, pemain itu hampir tidak bersinar di ibu kota Paris setelah semua pusat perhatian padanya. Karena cedera, Neymar hanya membuat 85 penampilan selama tiga musim. Tetapi dalam situasi sulit ia mencetak 70 gol.
Pemain Brasil itu membuat marah para pendukung klubnya ketika meminta pindah kembali ke Barcelona tahun lalu. Agaknya Neymar ini tipikal pemain yang doyan cari gara-gara.
Zlatan Ibrahimovich
Zlatan Ibrahimovich tiba di Barcelona pada musim panas 2009 setelah klub Catalan tersebut melakukan kesepakatan pertukaran yang melibatkan pemenang treble, Samuel Eto'o ke Inter Milan.
Ibrahimovich telah mencetak setidaknya 15 gol dalam tiga musim terakhirnya bersama Nerazzurri. Ngenesnya karier sepak bolanya amat pendek di Spanyol. Striker Swedia itu mencetak 16 gol liga yang dapat dikreditkan dan empat lagi di Liga Champions meskipun bermain sebagai pemain kedua di bawah bayang-bayang Lionel Messi.
Mimpi Ibrahimovich bermain di Barcelona dalam waktu yang lama kandas ia dipaksa Pep Guardiola bermain di sayap kanan agar Lionel Messi bisa menjadi penyerang tengah.
Karena sering mbalelo dalam urusan posisi main, Ibra kemudian dijual ke AC Milan pada musim berikutnya. Zlatan yang dikenal sebagai pemain dengan kepribadian kuat tak senang dengan situasi ini. Ia tak merasa gagal di Barcelona. Seusai pindah Ibra menkritik mantan klubnya.
Zlatan Ibrahimovich merasa para pemain superstar di Barcelona bertingkah seperti anak sekolah.
"Saya sudah mendapat kesan bahwa Barcelona seperti kembali ke Ajax, itu seperti kembali ke sekolah. Tak satu pun dari mereka yang bertingkah seperti superstar, dan itu aneh.
Messi, Xavi, [Andres] Iniesta, semuanya, mereka seperti anak sekolah. Pesepak bola terbaik di dunia berdiri di sana dengan kepala tertunduk, dan saya tidak memahaminya. Itu konyol," katanya.
Terungkap bahwa pemain Swedia itu tidak berbicara dengan Guardiola selama setengah musim.
"Di televisi dia selalu berperan sebagai pria tangguh tetapi ketika ada pertemuan tatap muka yang nyata, dia bersembunyi. Sebagai pelatih, dia adalah fenomena, tetapi sebagai pria…Ia menjijikkan," tutur Zlatan Ibrahimovic.
Advertisement
Pepe
Pepe mengukir namanya di klub raksasa Spanyol Real Madrid selama 10 tahun penuh kesuksesan.
Bek tengah Portugal memenangkan tiga gelar Liga Champions dan La Liga saat ia membentuk kemitraan pertahanan tengah yang tangguh dengan Sergio Ramos.
Namun, keadaan berubah menjadi buruk ketika klub menolak memberinya perpanjangan kontrak dua tahun dan menawarkannya hanya satu tahun, sesuatu yang tidak disukai pemain yang menghabiskan satu dekade di klub.
"Madrid tidak menawarkan saya dua tahun. Mereka baru saja menawari saya satu tahun, jadi jelas saya tidak akan melanjutkannya dengan Real Madrid. Ada cara untuk berbicara dan bernegosiasi tetapi klub tidak bertindak dengan benar. Itu membuatku kesal."
Pepe akhirnya bergabung dengan Besiktas dengan status bebas transfer pada akhir musim 2016-17 setelah memenangkan gelar Liga Champions ketiganya. Sang bek berhasil membuat gusar mantan klubnya dengan mengatakan bahwa fans Besiktas lebih bergairah daripada yang ada di Real Madrid.
"Penggemar Besiktas luar biasa. Pada saat bermain untuk Real Madrid, kami harus memotivasi diri kami sendiri karena para pendukung tidak begitu bersemangat. Di sini, di Besiktas, setiap pemain menuju ke lapangan dengan motivasi penuh untuk tampil baik dengan bantuan dukungan yang luar biasa."
Mario Balotelli
Mario Balotelli tiba untuk kedua kalinya di Premier League ketika ia bergabung dengan Liverpool pada musim panas 2015 setelah dua musim di AC Milan.
Balotelli dikenal karena kecepatannya, kekuatan fisik, dan ketajamannya untuk mencetak gol. Liverpool kepincut untuk mendapatkan jasanya meskipun penyerang memiliki sikat nyeleneh di luar lapangan.
Seperti yang diprediksi oleh banyak pakar dan penggemar, striker Italia itu gagal menemukan bentuk permaniann terbaiknya bersama klub Anfield karena sikap ketidakprofesionalannya.
Dia hanya mencetak empat gol dalam 28 pertandingan dan gagal mempertahankan posisi awal di tim sebelum dipinjamkan kembali ke AC Milan.
"Itu adalah kesalahan terburuk dalam hidup saya. Terlepas dari para penggemar, yang fantastis dengan saya, saya harus jujur, dan para pemain, yang memiliki hubungan baik dengan saya, saya tidak menyukai klub ini," kata sang pemain.
Namun, dalam interaksi dengan Gazette dello Sport, Balotelli memilih untuk menyalahkan pelatih Liverpool, Brendon Rodgers atas taktiknya yang membuatnya gagal berkembang di Anfield.
"Saya harus menerima kesalahan saya, tetapi formasi yang dipilih oleh Rodgers tidak sesuai dengan karakteristik saya. Pada awalnya saya melewatkan beberapa peluang mudah, kemudian saya memiliki lebih sedikit peluang untuk mencetak gol, sedikit nasib buruk, cedera. Banyak hal yang berantakan."
Balotelli bahkan berusaha menggali orang-orang yang mempertanyakan profesionalismenya saat dia di Liverpool.
"Mario profesional tidak hanya mendarat di sini di Milan, bahkan di Liverpool perilaku dan gaya hidup saya normal. Selama setahun terakhir tidak pernah ada masalah dengan kehidupan pribadi saya. Saya mungkin telah memasang foto dari restoran di Instagram tetapi itu tidak. berarti saya tidak berlatih, meskipun saya tidak bermain."
Sumber: Sportskeeda
Advertisement