Bola.com, Jakarta - Premier League 2020-2021 akan dikenang sebagai musim yang unik. Klub-klub kuda hitam memporak-porandakan persaingan elite. Banyak tim elite dan pemain top tampil tidak stabil.
Juara bertahan Liverpool terlihat gagap dalam mempertahankan gelar. Manchester City yang mendominasi gelar lima musim terakhir menjalani awal yang sulit.
Advertisement
Kapten Arsenal Pierre-Emerick Aubameyang, pencetak gol yang produktif, mendadak kehilangan ketajamannya musim ini. Hal yang sama juga berlaku untuk wonderkid Manchester United Mason Greenwood dan Raheem Sterling dari Manchester City, yang rapornya bisa dibilang jauh dari kata memuaskan hingga pengujung paruh pertama kompetisi.
Namun, beberapa pemain berhasil melampaui ekspektasi. Mereka terlihat menikmati persaingan papan atas Liga Inggris musim ini, beberapa di antaranya melakukannya di lingkungan baru. Siapa saja mereka?
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
James Ward-Prowse
Setelah menjalani musim 2019-2020 yang agak mengecewakan, di mana ia mengoleksi delapan kontribusi gol, James Ward-Prowse menyamai raihan tersebut hanya dalam 17 pertandingan Liga Inggris musim ini.
Pemain berusia 26 tahun itu tampil mengesankan dengan kehebatan dalam mengesekusi bola mati. Ia mencetak dua gol dalam kemenangan 4-3 yang mendebarkan di Southampton atas Aston Villa. Secara khusus James mendapatkan pujian dari manajernya Ralph Hasenhuttl:
"Bukan kebetulan ia adalah kapten kami. James panutan kami untuk apa yang kami perjuangkan, ia petarung yang luar biasa untuk tim. Ketika dia mendapat kesempatan di area sekitar kotak penalti, ia luar biasa. Saya senang James bisa mencetak dua gol, tetapi juga karena dia memberikan assist untuk gol pertama dan yang dianulir oleh VAR. Pada tendangan bebas, dia luar biasa, dan terus terlihat menjadi makin bagus."
Ward-Prowse amat mobil. Ia menempuh jarak terjauh (396 km) oleh pemain mana pun di Premier League tahun lalu, dengan rata-rata 11,6 km yang mengesankan per pertandingan.
Advertisement
Matty Cash
Matty Cash membangun reputasinya bersama Nottingham Forest di pentas Championship sebelum pindah ke Aston Villa pada musim panas ini. Bisa dibilang, pemain berusia 23 tahun itu telah berkembang pesat dalam musim debutnya di Liga Inggris.
Cash terlihat amat mengesankan dengan kemampuannya bertahan di sayap kanan dan bertransisi menjadi penyerang sayap kanan untuk menopang ofensivitas timnya.
Meskipun ia belum mencetak gol dalam musim debutnya di Premier League, Cash telah membentuk kemitraan bek sayap yang tangguh dengan Matt Targett, membantu Aston Villa ke papan atas.
Manajer vila Dean Smith memuji Cash yang serbaguna:
"Saya pernah bertemu dengannya ketika ia bermain melebar sebagai gelandang sayap kanan. Ia pemain yang sangat antusias, pemain tim yang nyata. Begitu pindah posisi ke bek kanan untuk Forest musim lalu, Matt terlihat makin luar biasa. Secara taktis dia mampu beradaptasi dengan sangat baik dengan sangat cepat. Itu menunjukkan kepada saya bahwa dia memiliki keuletan dan keinginan untuk berubah dan belajar. Matt berubah dari gelandang sayap menjadi bek sayap untuk mengembangkan keterampilan bertahannya dengan cukup baik. "
Pierre-Emile Hojbjerg
Pierre-Emile Hojbjerg telah menjadi inspirasi sejak kedatangannya di Tottenham Hotspur musim panas ini.
Jangkar asal Denmark itu tidak butuh banyak waktu untuk nyetel di klub barunya. Kinerjanya amat sensasional saat Spurs menggasak Manchester City 2-0.
Di Tottenham Hotspur Hojbjerg difungsikan sebagai gelandang bertahan dengan tugas utama mengganggu permainan lawan. Ia memenangkan penguasaan bola lebih banyak daripada pemain lain di Liga Inggris musim lalu.
Jose Mourinho, seorang manajer pragmatis yang tidak keberatan timnya memenangi pertandingan sekalipun bermain jelek, tahu benar Spurs butuh pemain model Pierre-Emile Hojbjerg.
Hojbjerg menjadi baja yang sangat dibutuhkan ke lini tengah Spurs. Meskipun dia tidak mencetak terlalu banyak gol atau menghasilkan assist, ia menjadi pemain yang sangat diperlukan di bawah Mourinho.
Kemampuannya untuk melakukan pekerjaan kotor bisa menjadi sangat penting dalam memenangkan gelar Premier League pertama Spurs musim ini.
Advertisement
Wesley Fofana
Tiba dari klub Prancis St. Etienne musim ini, Wesley Fofana tampil mengesankan di lingkungan barunya di Leicester City.
Kedatangan pemain Prancis berusia 20 tahun itu secara besar-besaran meningkatkan pertahanan Leicester yang gagap dan menghilangkan tekanan dari Caglar Soyuncu.
Fofana menjadi salah satu rekrutan bermutu tinggi meski usianya masih muda.
Manajer Leicester City Brendan Rodgers menggambarkan pemain itu sebagai 'kolosal' dengan pengaruh amat besar buat Leicester.
"Sejak awal saya tahu ia adalah pemain top untuk seseorang yang sangat muda, dan ketika kami berbicara dengan orang-orang di luar sana dan melihat semua klipnya, Anda bisa melihat Wesley memiliki antisipasi ciamik sebagai seorang bek, kecepatan, agresi, transisi bertahan ke menyerang yang ajib, jadi semua atribut yang saya sukai."
Curtis Jones
Curtis Jones tampil mengesankan di musim perdananya di pentas Premier League 2019-2020. Ia mencetak gol di enam penampilan untuk memainkan peran kecil dalam upaya Liverpool memenangkan gelar Liga Inggris pertama mereka dalam tiga dekade.
Musim ini, gelandang berusia 19 tahun telah diuntungkan dari peningkatan waktu permainan. Ia telah membuat 11 penampilan di Premier League dan empat di Liga Champions. Kinerjanya mengesankan penggemar dan kritikus.
Melawan Ajax, Jones mencetak gol kemenangan untuk memastikan tempat Liverpool di babak 16 besar Liga Champions. Dalam prosesnya, ia menjadi pencetak gol termuda ketiga untuk klub di kompetisi tersebut.
Jones mungkin belum membuka akun golnya musim ini, tetapi jika bisa terus mempertontonkan aksi seperti saat ini ia bisa menjadi pemain kunci untuk klub di tahun-tahun mendatang.
Sumber: Sportskeeda
Advertisement