Sukses


Misteri Kutukan Striker Chelsea dan Resep Mujarab Kerry Dixon untuk Memutusnya

Bola.com, Jakarta - Usai kekalahan memalukan Chelsea dari tangan Manchester City beberapa waktu lalu, Timo Werner tercatat menjalani 12 pertandingan tanpa satu gol pun. Kutukan striker di Chelsea yang dipercaya kali pertama menimpa Chris Sutton pun berlanjut.

Buat Timo Werner, torehan itu merupakan yang terburuk. Bayangkan saja, musim lalu ia bisa mencetak 34 gol dari 45 laga untuk RB Leipzig. Sebelumnya, 19 gol dari 37 penampilan, dan sebelumnya 21 gol dari 45 pertandingan.

Pada awal musim, Frank Lampard menempatkan Timo Werner sebagai penyerang sayap di Chelsea karena di tengah sudah ada Tammy Abraham atau Olivier Giroud. Itu bisa jadi alasan ketika striker asal Jerman itu mandul gol.

Akan tetapi, ketika dikalahkan Manchester City 1-3, Timo Werner menempati posisi striker sentral dengan sokongan Christian Pulisic dan Hakim Ziyech. Hasilnya? Ampas juga.

Mengenai posisi terbaik Timo Werner memang masih jadi perdebatan. Jika dibandingkan, di Bundesliga, ia mencatatkan 117 gol dan 54 assist dari 215 penampilan saat bermain sebagai penyerang tengah, ditambah dengan 11 gol dan tujuh assist dari 57 penampilan kala berperan sebagai penyerang sayap kiri.

Timo Werner juga pernah bermain sebagai penyerang sayap kanan, di mana dari 18 penampilan, ia mengolkesi empat gol. Jadi aman jika mengatakan bahwa posisi apapun cukup nyaman buatnya, meski posisi aslinya adalah penyerang tengah.

Tekanan ada di pundak Timo Werner karena catatan golnya bersama RB Leipzig. Jadi wajar kalau kubu Chelsea berharap banyak padanya. Menurut penulis, tekanan makin berat karena ia ditugasi memutus kutukan striker, sama seperti ketika Kerry Dixon dulu pernah melakukannya.

 

Video

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Striker Modern?

Revolusi taktik dalam sepak bola telah berkembang sedemikian rupa, sehingga ada sejumlah modifikasi peran (role) di dalamnya. Makna 'striker' pun bisa beragam, sebab ada banyak peran belakangan ini, seperti Roberto Firmino, penyerang tengah yang dipercaya menjalani peran sebagai defensive striker.

Umumnya, striker ada dua jenis, yakni target man dan second striker. Klub bisa saja memainkan dua striker bertipe target man. Contohnya adalah Andriy Shevchenko dan Filippo Inzaghi yang pernah dimainkan berbarengan di AC Milan.

Di Chelsea, ada nama Kerry Dixon yang bisa jadi contoh nyata seperti apa arti dari striker tradisional. Ia juga tercatat sebagai top scorer ketiga  dengan 193 gol setelah Bobby Tambling (202 gol) dan Frank Lampard (211 gol).

Dixon kemudian mengomentari peran Timo Werner di Chelsea saat ini. "Saya tidak berpikir dia adalah penyerang tengah dan itu tampak aneh dengan jumlah gol yang dia cetak (di RB Leipzig)."

"Dia tampaknya sedikit sibuk karena berada di mana-mana, daripada berada di tempat yang penting. Dia salah satu pemain yang ingin terlibat dalam segala hal; termasuk build up serangan."

"Mungkin itulah sepak bola modern, tapi melawan City dia dimaksudkan untuk menjadi striker utama di antara dua pemain yang bermain melebar (Pulisic dan Ziyech). Seseorang harus mengambil tanggung jawab untuk bermain di tengah, dan siapapun yang akan bertanggung jawab untuk mencetak gol, itu adalah tanggung jawab yang besar," katanya lagi.

 

3 dari 5 halaman

Kutukan Striker Chelsea

Kerry Dixon merupakan satu di antara sedikit striker Chelsea yang mampu terhindar dari 'Curse of the Chelsea striker', setidaknya kepercayaan itulah yang dianggap ada oleh para suporter The Blues.

Pada akhir 1950-an, 1960-an, dan awal 1970-an Chelsea diberkati dengan serangkaian striker seperti Jimmy Greaves, Bobby Tambling, dan mungkin pemain Chelsea nomor 9 yang paling terkenal, Peter Osgood.

Chelsea kemudian harus menunggu lebih dari 10 tahun karena pemain nomor 9 berikutnya gagal meneruskannya. Kerry Dixon sempat bergabung dengan klub dan kutukan itu seraya menghilang.

Tapi ketika Kerry Dixon pergi, kutukan itu datang lagi.

Satu contoh, Robert Fleck tiba dengan reputasi besar dari Norwich seharga 2,1 juta pounds pada Agustus 1992, angka yang besar pada saat itu.

Dia mencetak gol Chelsea pertamanya dalam pertandingan kelima melawan Aston Villa. Gol keduanya adalah penalti dalam pertandingan ke-12 di Piala Liga melawan Walsall.

Gol ketiganya terjadi dalam pertandingan ke-18 melawan Everton dan kemudian, yah, hanya itu saja golnya sampai akhir musim berikutnya melawan Manchester City. Fleck melewatkan 28 pertandingan tanpa sebiji gol pun.

Tidak mengherankan dia dipinjamkan ke Bolton Wanderers dan Bristol City sebelum kembali ke Norwich City seharga 650 ribu pounds 'saja'.

Fleck masih tak tertandingi oleh Chris Sutton, striker yang sebelum bergabung dengan Chelsea mencetak 47 gol dari 130 penampilan buat Blackburn Rovers. Bersama Alan Shearer pada 1994, duet keduanya yang dikenal dengan SAS Partnership, klub berjulukan The Rovers itu memenangi Premier League.

Di Chelsea, Sutton lebih terlihat seperti bek tengah daripada striker. Ia hanya mencetak tiga gol dalam 52 pertandingan dalam satu musim. Mengerikan.

Memasuki era sepak bola modern, ada Fernando Torres yang butuh 14 pertandingan untuk mencetak gol perdananya buat Chelsea. Lalu disambung dengan 25 laga tanpa gol. Ia tertolong berkat golnya pada semifinal Liga Champions pada 2012 menghadapi Barcelona plus golnya pada final Liga Europa 2013.

Alvaro Morata juga nyaris bernasib serupa. Penulis secara pribadi menilai penyerang asal Spanyol itu tidak jelek jelek amat. Kenyataannya, ia mampu mencetak 12 gol pada 25 penampilan pertamanya bersama Chelsea, meski bapuk pada sisa kariernya di sana.

Masih ada lagi? Sebut saja. Alexandre Pato dan Mateja Kezman juga layak masuk daftar 'kutukan' ini.

 

4 dari 5 halaman

Striker-Striker yang Terbebas dari Kutukan

Selain Kerry Dixon, Mark Hughes (39 gol dalam 137 pertandingan) dan Gianluca Vialli (40 gol dalam 107 pertandingan) merupakan dua pemain yang dicap mujarab mengobati kutukan tersebut.

Selain itu, ada nama Didier Drogba, Jimmy Floyd Hasselbaink, dan Nicolas Anelka. Anda bisa memasukkan Tore Andre Flo, Damien Duff dan Eidur Gudjohnsen juga kalau menurut Anda mereka pantas disebut striker sentral.

Apakah Werner mewarisi 'Kutukan Striker Chelsea'? Saya harap tidak, dan sejujurnya, saya rasa tidak. Lagi pula, dia mencetak delapan gol dalam 24 pertandingan dengan enam assist dan pernah mencetak delapan gol dalam 12 pertandingan pertamanya. Robert Fleck, Chris Sutton dan Fernando Torres jelas bukan tandingannya.

Ya, telah terjadi beberapa kesalahan besar sejak delapan gol terakhirnya musim ini. Pada kekalahan 1-4 dari Sheffield United pada 7 November, Werner seperti kena sial karena peluangnya menerpa tiang gawang lima kali, lebih banyak dari pemain lain di Premier League.

Ada perasaan bahwa segala sesuatunya tidak berjalan sesuai buatnya saat ini. Dia memiliki reputasi sebagai striker 'streaky' di Bundesliga. Tapi yang terpenting, seperti yang dikatakan Lampard, dia mendapatkan banyak peluang mencetak gol dan menempatkan dirinya pada posisi yang tepat untuk melakukannya.

 

5 dari 5 halaman

Resep Kerry Dixon

"Dia akan mencetak gol. Sesuatu harus dilakukan, entah Timo Werner yang harus beradaptasi, atau rekan satu timnya yang harus beradaptasi dengannya dan menyadari bahwa dia memang mencetak gol dan dia akan mencetak gol. Ini harus menjadi upaya kelompok dan itu bisa diselesaikan di ruang ganti."

Kerry Dixon bukannya tak pernah mandul. Ia sempat melewatkan tujuh pertandingan tanpa gol. Kemudian, seperti sarannya di atas, ia mencoba mengobrol dari hati ke hati di sebuah pub dengan David Speedie, rekannya saat itu.

Mungkin itulah yang harus dilakukan Chelsea, cari tahu cara untuk mendapatkan yang terbaik dari Werner dalam gaya permainan tim dan pemain lain. Kemitraan, komunikasi, dan kerjasama tim harus dilakukan.

Timo Werner dan pemain manapun tentu tidak bisa bekerja sendirian, sama seperti Lionel Messi yang butuh aliran bola dari Xavi atau Iniesta misalnya, lalu Mohamed Salah yang mendapatkan banyak ruang karena Roberto Firmino yang membukakannya.

Frank Lampard tentu saja perlu memikirkan apakah akan memainkan Werner melebar atau di tengah. Namun Kerry Dixon memiliki petuah.

"Jika Anda seorang striker, Anda tidak boleh bersembunyi, Anda terus berusaha untuk mendapatkan gol dan itulah yang dilakukan Werner, dia berupaya mencari celah, dia tidak diam saja, dan seharusnya pemain lain membantunya," kata Kerry.

"Anda tahu jumlah gol yang dia cetak (di RB Leipzig), dia tahu apa yang dia lakukan, tetapi Anda tidak mencetak gol sebanyak itu dengan instan."

Sumber: Berbagai sumber

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer