Bola.com, Jakarta - Patrice Evra pernah menjadi subjek kebencian luar biasa oleh suporter Liverpool. Rivalitas MU dan Liverpool yang selalu membara, plus beberapa insiden, menjadi pemicunya.
Evra memenangkan 15 trofi selama sembilan musim di Manchester United. Tetapi, reputasinya dibangun di atas sesuatu yang lebih penting daripada kesuksesan, yakni menjadi pemain yang paling dibenci oleh suporter rival.
Baca Juga
Erick Thohir soal Kemungkinan Emil Audero Dinaturalisasi untuk Timnas Indonesia: Jika Dia Percaya Proyek Ini, Kita Bisa Bicara Lebih Lanjut
Maarten Paes Bawa Level Berbeda di Bawah Mistar Timnas Indonesia: Perlu Pesaing yang Lebih Kuat?
Mengulas Sosok Pemain yang Paling Layak Jadi Kapten Timnas Indonesia: Jay Idzes Ada Tandingan?
Advertisement
Selama beberapa tahun, Evra menanggung kebencian yang paling kuat. Itu terjadi beberapa kali dalam satu musim.
Evra mungkin sudah akrab dengan nyinyiran suporter Liverpool. Yang paling menohok adalah chant pendukung The Reds untuk Suarez. Evra bahkan digambarkan sebagai "pembohong sialan" dalam chant tersebut.
Oh ooooooh Luis Suarez, Oh ooooooh Luis Suarez..
His first name is Patrice, is Patrice, is Patrice, His second name is Evra, is Evra, is Evra, And he's a f*cking liar, a liar, a liar, Thats why we hate him we hate him we hate him..
Oh ooooooh Luis Suarez, Oh ooooooh Luis Suarez..
Perseteruan Evra dengan Suarez terjadi pada 15 Oktober 2011. Suarez diduga berkata rasis kepada Evra, yang berujung sanksi absen dalam 8 laga dan denda.
Fans Liverpool pun tak terima. Evra bahkan mengaku mendapat ancaman pembunuhan dari seorang napi yang notabene penggemar Liverpool.
Pada 2018 ketika memperkuat West Ham, Evra kembali mendapat cibiran. Dia disebut sebagai bajingan pembohong.
Pelecehan itu mungkin menyakitkan, terutama karena mengetahui akar penyebab ejekan tersebut. Tapi, menjadi penerima cemoohan yang tulus dari fans lawan, Evra mungkin bisa mengklaim semacam kepuasan.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pernyataan Tegas: Liverpool Belum Pantas Dilabeli Tim Hebat
Patrice Evra pernah mengatakan, Liverpool belum pantas dilabeli tim hebat. Menurutnya, The Reds baru pantas disebut klub hebat jika sudah memenangi gelar Premier League tiga kali beruntun.
Liverpool memenangi Liga Champions pada 2019 dan finis kedua di Premier League pada musim yang sama, dengan koleksi 97 poin.
The Reds kemudian menjuarai gelar liga pertama dalam 30 tahun pada musim 2019/2020. Tim besutan Jurgen Klopp sangat dominan, dengan mengantongi keunggulan 18 poin atas peringkat kedua, Manchester City.
Pada saat skandal Evra-Suarez 2011-12, Evra telah memenangkan empat gelar Liga Premier, tiga Piala Liga dan Liga Champions. Keberhasilan dalam skala itu memiliki pengaruh yang sama banyaknya pada haters.
Apakah kebencian fans di Merseyside hanya karena insiden Suarez? Hampir pasti tidak. Andai saja pelecehan tersebut dilaporkan oleh hakim garis, dia tidak akan menjadi subjek chant negatif bertahun-tahun kemudian.
Di sisi lain, dapat diasumsikan bahwa penggemar Manchester United tidak memiliki repertoar lagu tentang Fabio Aurelio atau Jose Enrique.
Seperti pemain yang benar-benar dibenci, Evra mendapatkan status penjahatnya dengan sukses dan sangat bagus.
Advertisement
Cara Menjadi Legenda
Dalam pertandingan keduanya di Inggris, Evra bermain selama 90 menit ketika Manchester United menang dramatis 1-0 atas Liverpool di Old Trafford. Selain clean sheet, Evra juga belajar sesuatu yang penting selama pertandingan.
Ini adalah pertandingan ketika Rio Ferdinand membobol gawang Liverpool dengan sebuah sundulan pada menit ke-90. Gary Neville berlari di sepanjang lapangan untuk merayakannya di depan para pendukung Liverpool.
“Agar adil, Liverpool telah menyanyikan lagu-lagu tentang saya sepanjang pertandingan,” kata Neville. “Jadi saya pikir 'mereka perlu mendapatkan sedikit balasan, bukan?'”
Evra enam tahun lebih muda dari Neville. Gol Ferdinand menjadi satu di antara momen paling berkesan menurut Evra. Itu adalah pelajaran untuk menjadi seorang legenda klub.
"Saya mengoleksi banyak DVD, tentang bencana Munich dan Busby Babes, tentang Bobby Charlton, George Best dan Denis Law, tentang Cantona. Seluruh cerita klub," kata Evra.
“Anda bertemu orang-orang ini di sekitar klub dan saya ingin tahu siapa mereka. Apa yang telah mereka lakukan untuk klub karena rasa hormat."
Evra melakukan pekerjaan rumahnya dan para penggemar menyadari betapa dia telah memberikan segalanya untuk klub. Tapi, terkadang legenda juga dikenang melalui hal-hal negatif.
Episode Kedua dengan Suarez
Pada 11 Februari 2012, Manchester United menjamu Liverpool di Liga Inggris. Itu adalah start pertama Suarez setelah menjalani larangan delapan pertandingan.
Suarez menolak untuk menjabat tangan Evra sebelum pertandingan. Sesuatu yang lain terjadi hari itu. Hari itu adalah sekitar enam tahun setelah Gary Neville berlari sepanjang lapangan untuk merayakannya di depan pendukung Liverpool dan sekitar satu tahun setelah Neville pensiun dari sepak bola.
Saat peluit akhir dibunyikan, United menang 2-1 berkat dua gol Wayne Rooney. Evra memulai konfrontasi.
Sang bek berlari sambil melompat, menunjukkan kegembiraan di wajahnya, mengacungkan kedua tangan ke udara, fans menyambutnya dengan teriakan dalam lompatan dan gerakan.
Saat para pemain berjalan ke terowongan Old Trafford, Evra memprovokasi Suarez. Ofisial sampai ikut turun tangan karena Evra tampak sengaja berselebrasi di depan Suarez. Martin Skrtel berusaha mendoronga Evra agar menjauh. Untungnya, Suarez tak terpancing dan perkelahian pun tidak terjadi.
Sumber: Planet Football
Advertisement