Bola.com, Jakarta - Penggemar sepak bola di dunia sudah pasti mengenal Fantasy Premier League, sebuah permainan interaktif yang memungkinkan setiap peserta mengumpulkan sebuah tim imajiner dari pesepak bola yang ada dalam kehidupan nyata dan mencetak poin berdasarkan statistik aktual para pemain di lapangan hijau. Sudah bertahun-tahun jutaan penggemar sepak bola terlibat dalam gim ini.
Permainan ini pertama kali diciptakan oleh Bernie Donnelly di Inggris pada 14 Agustus 1971, dan yang luar biasa tahun ini gim tersebut sudah berusia 50 tahun. Sepak bola fantasi yang dihadirkan oleh gim ini telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir sebagai sebuah aktivitas rekreasi sederhana karena kehadiran internet.
Baca Juga
Advertisement
Awak Redaksi Bola.com sebagai individu-individu yang begitu erat dengan pemberitaan olahraga, terutama sepak bola, permainan yang disuguhkan oleh Fantasy Premier League jelas memberikan hiburan tersendiri. Kami juga memiliki liga sendiri karena fitur private league yang ada dalam gim tersebut.
Satu hal yang menarik dari gim ini untuk menjadi sebuah artikel adalah bagaimana sebuah permainan yang melibatkan para pemain yang sedang tampil di Premier League musim ini bisa membuat para penggemar sepak bola berubah karena tak peduli sebenci apapun kami terhadap pemain tertentu, kalau bisa nyayur poin ya pasti dipasang - setidaknya itu yang terjadi di lingkup liga kami sendiri.
Berawal dari sebuah gagasan untuk berekreasi di tengah pandemi COVID-19 dan aktivitas Work from Home (WFH) yang dilakukan pasukan redaksi, Fantasy Premier League menjadi pilihan yang cukup menarik mengingat kami semua pasti menyukai sepak bola dan selalu mengikuti perkembangannya.
Seiring berjalannya waktu, terlibat dalam gim ini sungguh luar biasa sensasinya. Fantasy Premier League adalah candu. Memeriksa perolehan poin sesaat setelah bangun tidur di pagi hari bisa jadi kegiatan rutin, bahkan ada yang sampai kepikiran saat hendak salat.
"Kampret nih FPL. Jadi kayak candu. Malam-malam mau salat ngecek poin dulu kalo weekend," gumam seorang jurnalis senior yang biasa menjadi komentator pertandingan sepak bola nasional di layar kaca.
Atau ada juga yang lagi cuti masih saja kena pengaruh FPL. "Setan nih FPL, ganggu cuti. Dikit-dikit lihat live score kalau pagi. Asem!"
Tapi, Fantasy Premier League juga obat bagi penggawa Bola.com. Betapa tidak, setiap pekan Premier League berlangsung atau sudah berakhir, saling cela di Whatsapp Group menjadi aktivitas yang sudah menjadi kebiasaan. Biasanya, Senin siang 'peperangan' antarpemilik tim berlangsung.
Hal ini sebenarnya lumrah terjadi. Ketika penulis tengah mencari data mengenai Fantasy Premier League, situs Wikipedia menuliskan sebuah deskripsi yang unik dari Fantasy Football.
"Klub yang berpartisipasi biasanya memiliki lebih dari satu tim sepak bola dan mengadopsi sepak bola fantasi klub untuk meningkatkan komunikasi dan olok-olok antartim," tulis Wikipedia.
Ya, olok-olok adalah kata kunci yang juga terjadi dalam liga yang dibuat oleh tim redaksi kami. Tapi, itu bukan sesuatu yang negatif, melainkan menjadi hiburan yang menyenangkan di tengah aktivitas WFH. Secara tidak langsung, selain jadi sarana hiburan, Fantasy Premier League juga penghubung antarkolega yang sifatnya komunikatif dan intens.
Satu lagi, penamaan nama-nama tim yang sesuka hati membuat liga yang ada di Fantasy Premier League itu makin menarik. Gang Senggol, Lalat Tepar, Rumpita FC, Cahaya Tulehu, Tangerang Woles, Kanebo FC, Ragoon Boy FC, hingga Mendoan Stars memperlihatkan bagaimana karakter dari masing-masing peserta liga. Apa arti sebuah nama? Yang penting punya tim buat seru-seruan.
Entah apa yang dipikirkan oleh mereka ketika memilih nama tersebut sebagai nama tim?
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Rela Tim Kesayangan Kebobolan oleh Pemain yang Dipilih
Satu hal yang paling menarik adalah sebagai orang-orang yang bergerak di dunia pemberitaan olahraga, memiliki tim kesayangan yang menjadi favorit atau idola adalah hal yang lumrah. Manchester United, Chelsea, Liverpool, Newcastle United, hingga West Ham United punya penggemar di dalam tim redaksi kami.
Kalau yang biasa terjadi sebelumnya adalah penggemar West Ham United bisa kena sasaran ejekan lantaran kalah dari Newcastle United atau Manchester United, atau bahkan sebaliknya.
Namun, yang terjadi kini setelah adanya liga di Fantasy Premier League adalah sikap 'rela' tim kesayangan itu kebobolan demi pemain yang dipilih mencetak gol, mencetak assist, dan meraih pundi-pundi poin yang bisa mengangkat posisi di klasemen liga.
Sebagai gambaran, seorang jurnalis senior di tempat kami rela Newcastle United, yang merupakan tim kesayangannya, dibobol oleh pemain Arsenal, Bakayo Saka, saat kedua tim bertemu di pekan ke-19 Premier League. Arsenal menang 3-0 atas Newcastle United dalam pertandingan itu.
Ini respons fans Newcastle United tersebut:
"Buat kepentingan lebih besar. Membahagiakan fansnya, Newcastle bersedia ngalah malam tadi."
Sungguh luar biasa dan ajaib memang pengaruh FPL yang satu ini. Penulis pun mengakui hal yang senada juga pernah terlontar oleh mulut ini sebagai respons dari ledekan rekan kerja.
Berawal dari pernyataan rekan kerja yang melihat penulis memiliki Olivier Giroud di dalam timnya, kemudian mengatakan, "Enggak peduli tim favorit. Kalau harus kebobolan sama pemain pilihan di FPL sih bodo amat. Kalau gawang MU dibobol 4 kali sama Giroud juga si Endo tetap bodo amat."
Ketika itu, Manchester United akan menghadapi Leeds United, di mana penulis memiliki Patrick Bamford dalam timnya. Penulis menjawab, "Ini saya besok. Berharap Bamford mencetak gol ke gawang MU."
Seorang teman pun menimpali, "Bamford Hattrick juga enggak apa ya mas, yang penting MU menang 4-3, hahahaha."
Satu yang tidak pernah bisa penulis lupakan sebagai penggemar Manchester United, adalah komentar ajaib dari seorang editor yang katanya tidak pernah mau mendukung The Red Devils menang.
"FPL memang kamfret. Gue biasa anti-Manchester United, mendadak berharap Fernandes cetak gol yang banyak. Racun... racun," ucapnya saat Manchester United menghadapi Leeds United dan menang telak 6-2, di mana Bruno Fernandes mencetak dua gol dan satu assist dalam laga tersebut hingga membuat pemain asal Portugal itu mengemas 17 poin di FPL.
Fantasy Premier League ini susah susah gampang. Dibilang gampang, tapi susah. Dibilang susah, ya susah. Peserta NgoBol League di FPL, yang kebetulan perempuan dan pernah dominan di puncak klasemen, pernah bersabda:
"Hahahaa jangan tanya wejangan sama gue, jujur gaes, gue pake feeling aja main FPL. Mungkin insting wanita lebih kuat ya kwkwkwk."
Â
Kawan kami tak pernah dihitung bakal meramaikan persaingan atas kompetisi. Mungkin karena faktor wanita. Tapi, yang bersangkutan membuktikan anggapan kalau kecakapan meracik strategi di FPL bukan ditentukan faktor gender, tapi kecerdikan, ketelitian, dan mencermati potensi pemain tiap pekannya.
Korban sukses mbak presenter satu ini rekan reporter yang musim lalu jadi jawara ajang FPL lain yang juga digelar di lingkungan kantor kami yang melibatkan awak redaksi media lain satu grup dengan Bola.com.
"Bro, cuma begini doang kemampuan ente. Mana yang namanya juara bertahan, kalah sama cewek. Besok-besok jangan bikin lagi ulasan tulisan soal FPL ya. Sesat," celoteh salah satu peserta liga kami yang sedang naik daun ada di papan atas bareng yang penulis ceritakan di atas.
Kawan kami lainnya yang kebetulan sempat membuat artikel tips bermain FPL beberapa pekan sebelumnya mendadak mesem-mesem. Bisa ditebak, timnya yang kebetulan sedang ada di papan tengah menjorok ke bawah klasemen sementara bakal jadi bahan celaan pasukan redaksi lainnya yang sedang di atas angin.
Biasanya kalau ada di situasi begini, korban silat lidah mendadak menghilang dari grup WA, dengan alasan klasik: sibuk kerja. Dan biasanya baru muncul lagi saat timnya mendulang poin banyak di pekan-pekan selanjutnya.
Advertisement
Jagoan Penggali Poin di FPL, dari yang Mahal hingga Terjangkau
Setelah lebih dari setengah musim liga FPL ala-ala Bola.com berjalan, setiap tim selalu memiliki pemain andalannya masing-masing. Satu yang menarik, selalu ada minimal satu atau beberapa pemain mahal yang dimiliki setiap tim.
Deretan pemain paling mahal di FPL saat ini adalah Mohamed Salah (12,5 juta poundsterling), Sadio Mane (11,9), Kevin de Bruyne (11,9), Raheem Sterling (11,4), Pierre-Emerick Aubameyang (11,3), Bruno Fernandes (11,3), Harry Kane (11,1), Sergio Aguero (10,3), dan Jamie Vardy (10,1).
Dari deretan nama itu, nama seperti Mohamed Salah, Sadio Mane, Kevin De Bruyne, Bruno Fernandes, Harry Kane, dan Jamie Vardy adalah nama-nama yang menjadi pilihan dari para peserta liga. Dari daftar tersebut, Kane merupakan pemain dengan jumlah poin terbanyak hingga sejauh ini.
Sebagai andalan lain dengan harga yang relatif terjangkau juga banyak, Sebut saja Dominic Calvert-Lewin di Everton, Son Heung-min di Tottenham Hotspur, Jack Grealish di Aston Villa, dan Patrick Bamford di Leeds United.
Harga kedua pemain tersebut tidak setinggi pemain-pemain di atas, tapi dampak yang mereka berikan sejauh ini sangat signifikan bagi tim. Bahkan Bamford punya poin yang lebih banyak ketimbang Kevin De Bruyne yang punya harga lebih mahal.
Artinya, pemain-pemain seperti Son Heung-min dan Bamford jelas menjadi investasi yang bagus untuk tetap berada di dalam tim karena dengan harga yang tak terlalu mahal, mereka mampu memperlihatkan kontribusi yang sangat besar.
Well, musim ini masih panjang, persaingan papan atas Premier League yang kini tengah ramai diperebutkan oleh Manchester United, Manchester City, dan Liverpool tentu menarik untuk terus diamati.
Begitu pun dengan persaingan yang ada di liga Fantasy Premier League, racun yang bisa mengubah fanatisme seorang penggemar demi mendulang poin. Sekadar saran, sebaiknya pembaca mencoba permainan ini bersama sahabat, karena percayalah gim satu ini jadi obat mujarab menceriakan hari-hari Anda.
Enggak percaya? Silahkan buktikan sendiri. Tapi kalau nanti kecanduan dan muncul hal-hal 'ajaib' kaitan dengan fanatisme ke tim kesayangan tanggung sendiri ya. Tapi percayalah sepadan kok dengan dengan keceriaan yang dirasakan di masa pandemi corona.