Bola.com, London - Bintang Chelsea, Kai Havertz telah menjelaskan cerita di balik jersey nomor 29 miliknya.
Berbicara kepada The Athletic, pemain berusia 22 tahun itu memuji saudaranya sebagai inspirasi di balik mengenakan nomor 29. Nomor itu dia pakai sepanjang kariernya.
Baca Juga
Advertisement
"Waktu kecil, saya sering main FIFA atau Pro Evolution Soccer bersama kakak saya," katanya. "Kami selalu membuat diri kami sendiri dalam permainan," katanya.
"Saya punya nomor 10, sepatu bot emas dan hal-hal seperti itu. Kakak saya selalu memakai nomor 29 di bajunya."
Pemain Jerman itu melakukan debutnya untuk Bayer Leverkusen pada usia 17 tahun dan menjadi pemain papan atas dan pencetak gol termuda. Rekor tersebut baru saja dipecahkan. Selama di Bundesliga, ia mencetak 46 gol untuk klubnya.
“Ketika saya masuk ke tim profesional dan Leverkusen bertanya kepada saya nomor apa yang saya inginkan, saya bertanya kepada mereka nomor mana yang kosong,” lanjutnya. "Ketika mereka mengatakan 29, saya mengatakan saya akan mengambilnya karena saudara saya."
"Kadang-kadang beruntung bagi saya, kadang-kadang tidak, tapi saya suka nomor itu sekarang dan saya pikir semua orang mengenal saya untuk itu," kata Kai Havertz.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Gol Tunggal Liga Champions
Sosok Kai Havertz menjadi pahlawan Chelsea menjadi juara Liga Champions 2020-2021.
Satu gol yang ia lesakkan pada menit ke-42 sudah cukup bagi Chelsea untuk mengalahkan Manchester City. The Blues pun berpesta mengangkat trofi Si Kuping Besar untuk kali kedua, setelah tahun 2012.
Tak hanya membawa Chelsea menjuarai Liga Champions musim ini, gol Havertz tersebut membuat sang pemain mengukir rekor di kompetisi antarklub elite Benua Biru. Havertz menjadi pemain Jerman pertama yang mencetak gol pada final Liga Champions setelah terakhir kali Ilkay Guendogan melakukannya pada 2013.
Kai Havertz (21 tahun 352 hari) juga merupakan pemain termuda Jerman yang mencetak gol pada partai final Liga Champions setelah Lars Ricken (20 tahun 322 hari) dalam laga Borussia Dortmund Vs Juventus pada 1997.
Gol semata wayang Havertz pada final Liga Champions kontra Manchester City pun menjadi pembuktian penyerang serbabisa asal Bayern Leverkusen tersebut. Ia sempat dicap rekrutan gagal The Blues.
Havertz dibajak Chelsea dari Bayer Leverkusen pada bursa transfer musim panas dengan mahar transfer 80 juta euro (Rp1,3 triliun). Ia melesat menjadi pemain termahal Chelsea.
Sumber: The Athletic via Sports Mole
Advertisement