Bola.com, London - Seorang Jose Mourinho pun tak bisa mengobati penyakit yang diderita Tottenham Hotspur selama 17 bulan masa baktinya di London Utara. Nuno Espirito Santo, baru tiga pekan Liga Inggris 2021/2022 berjalan, sudah menemukannya obatnya.
Jose Mourinho berbekal CV apik ketika datang menangani Tottenham Hotspur. Dinasti yang ia tinggalkan di Chelsea, Inter Milan, dan Real Madrid masih ketara hingga sekarang.
Baca Juga
Advertisement
Park the Bus istilahnya, meski tak enak didengar, dianggap sebagai masterpiece dari seorang Mourinho. Sayang, selama melatih Spurs, tangan dinginnya urung terlihat.
Ditunjuk sebagai manajer Tottenham pada November 2019, Mou hanya sanggup meraih tujuh cleansheet dari kemungkinan 26 laga di Liga Inggris sepanjang musim 2019/2020. Ia bahkan gagal membawa Harry Kane dkk. finis di empat besar klasemen akhir.
Banyak perombakan dilakukan Mourinho. Tapi lubang besar di pertahanan Spurs tidak mampu ia tambal.
Musim berikutnya, yakni 2020/2021, Jose Mourinho hanya mencatatkan 10 cleansheet dari 32 pertandingan Liga Inggris sebelum dipecat pada April. Pada akhirnya, Spurs finis di tangga ketujuh, gagal lolos ke Liga Europa.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Obat Mujarab
Nuno Espirito Santo diutus sebagai penerus Mourinho. Tongkat diberikan langsung oleh Ryan Mason, caretaker yang menangani Spurs pada enam pertandingan pemungkas Liga Inggris musim lalu.
Mantan manajer Wolverhampton itu tak banyak melakukan jual beli pemain. Ia memanfaatkan pemain yang ada, yang sebenarnya cukup mewah, dengan mengubah komposisi pemain.
Eric Dier dan Davinson Sanchez yang musim lalu jadi pemain inti di bawah Mourinho, masih jadi kunci buat Santo. Bedanya, keduanya diduetkan di posisi bek tengah.
Saat Santo menurunkan keduanya di lini pertahanan menghadapi Manchester City pada laga pembuka, banyak pendukung Spurs yang kaget. Tapi di luar dugaan, Dier dan Sanchez justru bermain gemilang dan diklaim sebagai biang kemenangan tipis timnya dengan skor 1-0.
Duet itu diterapkannya lagi pada dua laga berikutnya. Hasilnya, dua kemenangan plus cleansheet. Spurs memang minim gol (tiga gol dari tiga laga), tapi Santo sedang membangun timnya, dimulai dari pertahanan solid.
"Ini awal segalanya. Penting sekali apa itu bentuk permainan, organisasi permainan, kesolidan, dan kekompakan karena sungguh tim ini dihuni pemain-pemain luar biasa," kata Santo kepada Football London.
"Konsisten adalah fokus kami saat ini, dan kami akan terus melanjutkan konsistensi ini."
Â
Advertisement
Lini Tengah Juga Rapat
Naik ke tengah, perubahan signifikan juga terlihat. Dulu, Mourinho tidak menjadikan Dele Alli sebagai pemain inti. Ia lebih menyukai Moussa Sissoko dan Harry Winks, dibantu oleh Eric Dier di posisi gelandang. Dua pemain ini bagus, tapi menyisakan PR banyak di pertahanan.
Alih-alih, Santo merombak komposisi tim. Dier ditarik ke belakang, Oliver Skipp dan Pierre-Emile Hojbjerg jadi tumpuan di lini tengah. Urusan kreativitas di belakang striker diserahkan kepada si anak hilang, Dele Alli.
Nama Skipp mungkin masih asing sebab musim lalu ia dipinjamkan ke Norwich City. Mata elang Santo melihat bahwa pemain Timnas Inggris U-21 ini sanggup membantu menambal kebocoran.
Spurs bakal kedatangan bek Argentina, Cristian Romero. Ia belum dimainkan karena terkendala karantina dan mendekati jeda internasional, Santo sengaja membiarkan Romero untuk kembali ke London mulai pekan keempat.
Son Heung-min dkk. bakal bersua Crystal Palace, Chelsea, Arsenal dan Aston Villa usai jeda internasional. Pertahanan Spurs masih akan diuji ketajaman Wilfried Zaha, Romelu Lukaku, Pierre-Emerick Aubameyang, sampai Danny Ings.
Jika lolos dari ujian, Santo bisa mengalihkan fokus ke area lain. Lini serang mungkin, mengingat Spurs masih malu-malu mencetak gol?
Mampukah Tottenham Bersaing Merebut Gelar Liga Inggris?
Advertisement