Bola.com, Jakarta - Manchester United memiliki awalan yang sangat baik di bawah asuhan Ralf Rangnick. Manajer asal Jerman itu membawa The Red Devils menang 1-0 atas Crystal Palace dan Norwich City dalam dua laga pertamanya di Premier League.
Selain itu Ralf Rangnick melihat Manchester United bermain imbang 1-1 dengan Young Boys di matchday terakhir Liga Champions. Menariknya, manajer asal Jerman itu berani memainkan enam pemain berusia belasan tahun dalam laga tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Setidaknya dalam tiga laga pertamanya bersama The Red Devils, Ralf Rangnick belum melihat timnya tersentuh kekalahan. Sebuah awalan yang baik bagi Manchester United era baru.
Mantan manajer RB Leipzig ini memang memiliki filosofi permainannya sendiri dan itu tengah diimplementasikan di skuad Manchester United. Sejumlah perubahan coba dilakukan dan diterapkan dalam tiga pertandingan The Red Devils.
Perubahan apa saja yang telah dibawa Ralf Rangnick di Manchester United hingga sejauh ini?
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Peran Baru untuk Scott McTominay dan Fred
Ralf Rangnick menggunakan garis pertahanan yang cukup tinggi di Manchester United dan itu yang benar-benar membantu The Red Devils dalam tiga laga terakhirnya.
Lini pertahanan Manchester United biasa ditempatkan di area mereka sendiri dan pada akhirnya memaksa gelandang bertahan menutup terlalu banyak ruang.
Namun, dengan pemain-pemain seperti Harry Maguire dan Victor Lindelof mempertahankan garis pertahanan yang tinggi, Fred dan McTominay lebih terlibat di dalam dan sepertiga akhir lapangan.
Saat McTominay memperlihatkan performa yang mengesankan, Fred mencobaa untuk jadi roda penggerak yang sangat penting di dalam tim.
Kemampuan gelandang asal Brasil itu untuk mengalahkan pemain lawan terbukti sangat berguna bagi Manchester United. Ia berhasil mencetak gol kemenangan The Red Devils melawan Crystal Palace. Dia juga sangat terlibat dalam membangun serangan ketika menghadapi Norwich City.
Kegigihan Fred banyak dibicarakan, gaya permainan yang ditampilkan Manchester United di bawah asuhan Ole Gunnar Solskjaer tidak membantu memunculkan kekuatan lain dari Fred. Ralf Rangnick tampak tahu bagaimana menggunakan poros poros lini tengah ganda yang sama.
Advertisement
Fullback Manchester United Bermain Lebih ke Depan
Meski ini merupakan bagian dari rencana awal Ole Gunnar Solskjaer, di mana ada lebih banyak variabel yang terlibat. Ketika ditangani Jose Mourinho, skuad Manchester United menjadi tidak berfungsi dan tidak seimbang.
Untuk mendapatkan soliditas di lini pertahanan, Solskjaer akhirnya harus mengandalkan kemampuan tekel Aaron Wan-Bissaka sebagai bantuan untuk bek tengah. Wan-Bissaka tidak terlalu bagus dalam menyerang, tapi ia bisa melakukan pergantian di belakang.
Bermain di bawah asuhan Ralf Rangnick, fullback Manchester United bermain lebih ke depan di lapangan. Tentu saja, ini adalah terapan dari produk Manchester United yang bertahan dengan garis yang tinggi bersama.
Namun, di dalam sistem 4-2-2-2 yang diterapkan Rangnick, fullback menjadi orang-orang yang dimainkan melebar. Dampaknya, Diogo Dalot dan Alex Telles, yang mampu melakukan umpan silang fantastis, menjadi starter Manchester United. Mereka juga telah melakukan tugas dengan sangat baik.
Menekan dengan Agresif
Ini merupakan perubahan yang paling jelas di Manchester United. Rangnick merupakan pelopor sistem permainan gegenpressing, di mana pemain mencoba menekan dan merebut bola segera setelah kehilangan possession.
Ini adalah sistem yang juga sukses diimplementasikan oleh Jurgen Klopp di Liverpool.
Manchester United memenangkan ball possession di sepertiga terakhir lapangan sebanyak 12 kali ketika menghadapi Crystal Palace, di mana itu merupakan pertandingan pertama setelah Rangnick datang.
Itu merupakan yang paling sering mereka lakukan dalam sebuah pertandingan sejak Sir Alex Ferguson pensiun.
Manchester United juga sebelumnya sangat miskin dalam membuat tekel. Jumlah tekel terbanyak dibuat Manchester United dalam sebuah pertandingan melawan Crystal Palace, yaitu 24 tekel.
Tertinggi kedua hadir ketika menghadapi Norwich City, yaitu 21 tekel. Itu dua pertandingan di bawah asuhan Rangnick.
Advertisement
Pertahanan yang Solid
Manchester United berhasil mencatatkan clean sheet dalam dua laga Premier League yang dimainkan di bawah asuhan Ralf Rangnick.
Meski Crystal Palace dan Norwich City bukan lawan yang bisa menguji Manchester United, tapi ada perkembangan konkret dalam lini pertahanan The Red Devils.
Satu-satunya kebobolan yang dialami Manchester United di bawah asuhan Ralf Rangnick adalah ketika backpass buruk Donny van de Beek di Liga Champions. Terpenting untuk dicatat adalah Manchester United juga tidak memberikan banyak peluang mudah untuk lawan.
Dalam beberapa bulan terakhir di bawah asuhan Ole Gunnar Solskjaer, pertahanan Manchester United tampak rapuh setiap kali lawan menyerang. Hal itu perlahan mulai berubah berkat organisasi tim yang dibuat oleh Rangnick.
Tidak Mau Diplomatis, To The Point adalah Jalannya
Ralf Rangnick mengambil pendekatan tanpa basa-basi terhadap media. Sebelumnya, Ole Gunnar Solskjaer adalah manajer tim yang sangat menyenangkan dalam memilih kata-kata dengan hati-hati di depan media. Rangnick sedikit to the point.
Jika Solskjaer berhati-hati untuk tidak mengatakan apa pun yang bahkan mungkin membuat para pemainnya salah paham, ada kesan dia mungkin terlalu ramah. Seorang pelatih perlu dikagumi dan diintimidasi dengan keseimbangan yang sama untuk menjalankan otoritasnya terhadap pemain.
Rangnick tampak menjadi pendukung filosofi itu. Agen Paul Pogba, Mino Raiola, melakukan trik yang biasa dilakukannya, secara terbuka meremehkan Manchester United dan mengundang perhatian terhadap situasi kontrak kliennya yang belum terselesaikan.
Baru-baru ini agen dari Anthony Martial, Philippe Lamboley, juga mengungkapkan kliennya ingin meninggalkan klub. Ralf Rangnick pun menanggapi komentar sang agen.
"Pemain harus ingin bermain dan bertahan di sebuah klub besar seperti Manchester United. Jika seorang pemain tak ingin bermain untuk klub seperti Manchester United untuk jangka menengah atau panjang, saya tak berpikir masuk akal untuk meyakinkannya mengubah pikiran," ujar Rangnick.
"Saya tidak berpikir siapa pun di klub ini harus mencoba meyakinkan seorang pemain untuk bertahan," lanjutnya.
Sumber: Sportskeeda
Advertisement