Bola.com, Jakarta - Manchester United (MU) bakal jadi klub yang paling sering diberitakan pada bursa transfer musim panas mendatang. Selain wacana eksodus pemain, rumor seputar siapa penerus Ralf Rangnick juga jadi pembicaraan utama, dengan Erik ten Hag berada di garda terdepan.
Pakar transfer Eropa, Fabrizio Romano memberikan update terbaru seputar kandidat manajer baru MU. Ia menyebut bahwa manajemen Setan Merah kini semakin tertarik mempekerjakan pelatih Ajax Amsterdam, Erik ten Hag.
Baca Juga
Advertisement
Menariknya, Rangnick sebelumnya menuturkan bahwa baik dirinya maupun manajemen MU belum bicara dengan manajer manapun, termasuk di antaranya Erik ten Hag dan Mauricio Pochettino. Ucapannya bikin semua orang penasaran.
"Saya tidak mengenalnya sebagai pribadi, tetapi saya telah melihat bagaimana Ajax berkembang sejak ia berada di sana," puji Rangnick kepada Sky Sports.
"Kami belum berbicara tentang manajer baru sejauh ini dan oleh karena itu kami belum berbicara tentang Erik ten Hag," ungkap Rangnick.
Nah, sebelum ketahuan siapa yang bakal jadi manajer MU musim depan, berikut ini Bola.com merangkum 5 fakta menarik Erik ten Hag, sosok yang ternyata pernah belajar berdansa dan menjadi pelatih Joey Suk, pemain keturunan Indonesia kala masih di Go Ahead Eagles.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bek Tengah
Erik ten Hag lahir di Haaksbergen, Belanda, pada 2 Februari 1970. Ia adalah mantan pemain di liga sepak bola profesional Belanda. FC Twente, De Graafschap, RKC Waalwijk, dan FC Utrecht adalah klub-klub yang pernah dibelanya, di mana ia berperan sebagai bek tengah.
Dia menghabiskan tiga musim di Twente, di mana dia memenangkan Piala KNVB pada 2000/2001. Dia saat ini adalah manajer Ajax, klub yang telah memenangkan dua gelar Eredivisie dan mencapai semifinal Liga Champions pada 2019.
Â
Advertisement
Pensiun Dini
Kariernya sebagai pemain memang tak begitu spesial. Pada musim 1990/1991, Ten Hag memenangkan Eerste Divisie (kasta kedua Liga Belanda) bersama De Graafschap, sepuluh tahun sebelum Twente memenangkan ajang Piala Belanda.
Setelah akhir musim Eredivisie 2001/2002, ia pensiun dari bermain aktif pada usia 32 tahun saat bermain untuk Twente. Ia kemudian melatih Go Ahead Eagles, tim yang pernah dibela oleh Diego Michiels.
Â
Melatih Joey Suk, Gelandang Keturunan Indonesia
Pada 2012/2013, Erik ten Hag sukses meloloskan Go Ahead Eagles ke Eredivisie atau kasta teratas di Liga Belanda.
Saat itu Go Ahead Eagles dihuni oleh beberapa nama tenar, seperti Jan Kromkamp yang sempat membela Liverpool, PSV Eindhoven, dan Villarreal.
Ten Hag juga diberkahi dengan talenta macam Quincy Promes yang kala itu berstatus wonderkid. Menariknya, Promes juga sempat membela Ajax sebelum dijual ke Spartak Moskva pada musim 2020/2021.
Kemudian ada sosok Joey Suk, gelandang potensial yang pada musim 2012/2013 berusia 22 tahun. Meski tidak melulu menjadi starter kala Ten Hag meloloskan Go Ahead Eagles ke Eredivisie, pemain yang memiliki darah Indonesia dari ibunya itu stabil mengisi pos lini tengah pada musim-musim berikutnya.
Â
Advertisement
Sekolah Dansa
Masa kecil Erik Ten Hag cukup menarik. Ia dikenal sebagai anak yang energik. Dia biasa mengumpulkan kartu sepak bola dari supermarket Leusink, belajar menari sebagai remaja di sekolah dansa Dwars, dan bermain sepak bola dengan teman-temannya setiap hari di halaman sekolah.
Di ruang bawah tanah, dia bermain biliar. Ibunya berasal dari Lemselo, sedangkan ayahnya adalah seorang agen real estate.
Ten Hag memulai karier sepak bolanya dengan tim amatir Haaksbergen SV Bon Boys. Dalam kemenangan 5-0 atas FC Groningen pada 13 Desember 1989, ia melakukan debut profesionalnya sebagai pengganti Robin Schmidt pada menit ke-66.
Ten Hag memainkan 14 pertandingan di musim pertamanya sebelum bergabung dengan De Graafschap di Divisi Pertama untuk musim 1990/1991. Dia muncul di hampir semua pertandingan timnya, dan mereka dipromosikan ke Eredivisie.
Â
Penghargaan Rinus Michels
Ten Hag ditawari pelatih kepala FC Utrecht, yang tidak bisa dia tolak. Sang pelatih memiliki skuat yang berkualitas di Utrecht. Pemain seperti Sebastien Haller, Bart Ramselaar, dan Nacer Barazite adalah anggota kunci tim berjulukan Domstadelingen tersebut.
Sang pelatih juga membuat kesan yang signifikan pada Utrecht. Utrecht finis keenam di Eredivisie di musim pertamanya sebagai pelatih, peringkat terakhir yang kuat untuk tim. Mereka juga mencapai final Piala KNVB tetapi kalah dari Feyenoord 2-1.
Dia dianugerahi Rinus Michels Award, yang diberikan kepada manajer terbaik di Eredivisie pada akhir musim. FC Utrecht membuat play-off Eredivisie pada 2016/2017, memberi klub kesempatan untuk bermain sepak bola Eropa pada musim berikutnya, tetapi sayang, mereka gagal lolos karena kandas pada babak playoff.
Advertisement