Bola.com, Jakarta - Manchester United (MU) tengah berbenah. Finis musim lalu di posisi tak mengenakkan, di luar zona Liga Champions, menjadi tamparan luar biasa.
Bagaimana tidak, MU memiliki sejarah sebagai tim raksasa di kawasan Inggris Raya dan Eropa. Sayang, setelah Sir Alex Ferguson pergi, tak ada lagi prestasi mentereng yang membuat fans MU berbahagia.
Baca Juga
Kejutan, Kode Keras Erick Thohir Tegaskan Rela Mundur dari Ketum PSSI, jika...
Panas Usai Dihajar Jepang, Ini 5 Hot News Timnas Indonesia yang Bikin Perasaan Fans Campur Aduk : Curhat Kevin Diks sampai Ancaman Evaluasi
Bikin Geger, Pengakuan Shin Tae-yong dan Sindiran Keras Malaysia Setelah Timnas Indonesia Disikat Jepang, Ini 5 Hot News Tim Garuda
Advertisement
Melempem pada musim lalu, MU kudu bangkit dari tidurnya yang panjang. The Red Devils terakhir kali memenangkan Liga Inggris pada musim 2012/13.
Â
Mereka Siapa?
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Asa Baru
Lantas, siapa orang yang paling bertanggung jawab kini? Erik ten Hag, tentu saja. Di bawah telunjuknya, MU diharapkan bisa kembali bersaing memenangkan gelar. Tak hanya di kompetisi domestik, tapi juga di zona Eropa.
Ten Hag gerak cepat. Eks juru racik Ajax tak butuh waktu lama untuk memboyong wajah-wajah anyar ke Old Trafford. Tyrell Malacia adalah satu di antaranya.
Â
Advertisement
Sosok Spesial
Bagi Ten Hag, Malacia adalah pemain spesial. Pelatih 52 tahun itu mahfum betul siapa Malacia. Malacia diboyong dari klub Belanda, Feyenoord.
Dikontrak hingga Juni 2026 dengan nilai 13 juta pound atau setara Rp 233 miliar, Ten Hag hakulyakin bek 22 tahun itu tak mengecewakannya. "Dia adalah seorang bek sayap yang modern. Dia cocok dengan pemain yang kami inginkan," puji Ten Hag, dilansir situs resmi klub.
Â
Bahaya Lemah
"Saya pikir dia akan benar-benar berkontribusi bagi tim," imbuh Ten Hag, tanpa keraguan secuil pun. Ten Hag sah-sah saja berharap, tapi juga tak bisa menjamin 100 persen ihwal masa depan Malacia serta pemain baru United lainnya.
Maklum, fakta mencatat, tak sedikit pilar yang tadinya bisa bersinar serta memberikan kontribusi besar malah tak bisa berbuat banyak. Nama-nama berpotensi justru melempem seperti kerupuk terkena air panas.
Sederet pemain yang digadang-gadang bakal cemerlang justru meradang. Ironisnya, karier mereka justru redup di Theatre of Dreams. Ibarat kata pepatah, mau untung malah buntung.
Â
Advertisement
Kasihan Mereka
Masih ingat Massimo Taibi? Kiper yang kini berusia 52 tahun itu tak lama di United, dari 1999 hingga 2000. Dia memilih pulang ke Italia dan melanjutkan kariernya di Negeri Spaghetti, menyusul asanya yang patah di MU. Keputusan meninggalkan klub sebelumnya, Venezia, tak disertai keberuntungan.
Selain Taibi, nasib serupa juga menggilas pemain lain seperti Paddy McNair (2014–2016), Wilfried Zaha (2013–2015), Federico Macheda (2008–2014), dan Adnan Januzaj (2013–2017).
McNair yang merupakan alumnus Akademi MU terdepak setelah Jose Mourinho jadi bos di ruang ganti, menggantikan Louis Van Gaal (2014–2016). Mourinho benar-benar mendatangkan kiamat bagi pemain bertahan berpaspor Irlandia Utara sampai akhirnya memutuskan hengkang ke Sunderland.
Â
Nasib Zaha
Nasib berbeda justru dirasakan Zaha masa Van Gaal berkuasa. Sebelum pensiun, Ferguson menitipkan Zaha kepada suksesornya David Moyes. Zaha merupakan rekrutan terakhir Ferguson tak lama setelah pelatih legendaris itu purna bhakti.
Kedatangan Moyes toh tak membawa berkah bagi Zaha. Ia terbuang ke klub asalnya, Crystal Palace, dan Cardiff City, sebagai pemain pinjaman. Akhir, ia dipermanenkan Crystal Palace pada 2015.
Â
Advertisement
Tak Sesuai
Moyes cabut, Van Gall datang. Kembali, Zaha kecewa. Van Gaal tak membutuhkannya. Belakangan, Zaha curhat kalau Van Gaal sengaja membunuh kariernya. "Dia memberikan saya dua opsi. Pertama sebagai bek sayap dan kedua sebagai striker," sungut Zaha, dilansir On The Judy Podcast, beberapa waktu lalu.
Saat itu, di lini depan, Van Gaal sudah mempercayakan daya gedor MU kepada Robin van Persie. "Bek bukanlah posisi saya. Saya tak pernah bermain di posisi itu. Saya merasa dia sengaja mematikan karier saya," kata Zaha.
Â
Macheda jadi Beda
Tak kala miris, siapa lagi kalau bukan Federico Macheda. Tombak kelahiran 22 Agustus 1991 berpaspor Italia itu punya DNA MU yang kental. Ia alumnus Akademi MU, Macheda disebut-sebut sebagai aset mahal Setan Merah pada masa depan.
Nyatanya, Macheda justru harus angkat koper dari satu klub ke klub lain sebagai pemain pinjaman. Dia pernah ke Sampdoria, QPR, VfB Stuttgart, Doncaster Rovers, dan Birmingham City.
Â
Advertisement
Sial Januzaj
Sperti halnya Macheda, Adnan Januzaj juga pernah merasakan kerasnya tempaan candradimuka Akademi MU. Pada 2013 dia naik pangkat ke tim senior.
Ketatnya persaingan di lini tengah membuat Januzaj tak punya banyak menit bermain di starting XI. Mengingat usianya yang masih muda, MU meminjamkannya ke Borussia Dortmund dan Sunderland.
Musim berganti, lagi-lagi nasib baik tak berpihak kepada Januzaj. Sampi akhirnya MU melegonya ke Real Sociedad pada 2017. Keputusan yang tepat, karena bersama La Real, Januzaj memainkan 167 pertandingan dan mengoleksi 23 gol hingga berakhirnya musim 2021/22.