Bola.com, Jakarta - Erik ten Hag dibebani harapan besar ketika memutuskan menjadi manajer Manchester United (MU). Maklum, pelatih asal Belanda ini dianggap sebagai tactical genius di Ajax, di mana ia meraih sukses besar di Eredivisie atau Liga Belanda.
Erik ten Hag pernah mengukir banyak cerita indah bersama Ajax Amsterdam. Pria berusia 52 tahun tersebut pernah bertugas sebagai pelatih Ajax pada periode Januari 2018 hingga Mei 2022 yang lalu.
Baca Juga
Advertisement
Ten Hag memutuskan berpisah dengan Ajax begitu musim 2021/2022 usai dan menerima tawaran melatih MU dan mencoba tantangan baru di Premier League.
Namun yang Erik ten Hag temukan setelah memulai kariernya di Liga Inggris adalah nestapa. Ia, setidaknya hingga pekan kedua, gagal memenuhi ekspektasi dari para fans MU.
Apa yang semestinya ia lakukan di MU mumpung Liga Inggris 2022/2023 baru berusia dua pekan? Berikut ini Bola.com mengulasnya:
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Sabar? Apa Tidak Lebih Baik Pragmatis Saja?
Para pemain anyar MU musim ini, sejauh ini, memang yang dibutuhkan atau diinginkan oleh Erik ten Hag. Ketika segala sesuatunya tidak berjalan baik, ada kalanya ia bersikap pragmatis.
"Jangan melihat ke belakang, lihatlah ke depan," kata Ten Hag dinukil dari Independent. "Saya bisa melihat potensi dengan banyak pemain di skuat ini dan saya yakin kami bisa mengembangkan mereka. Pertama, kembangkan tim dan kemudian individu akan berkembang. Sekarang Anda harus melihat ke depan karena masa lalu tidak dapat Anda ubah; tapi Anda bisa mengubah masa depan."
Ten Hag telah membuktikan dirinya sebagai seseorang yang ingin bermain sepak bola menyerang yang menarik, tetapi dia juga harus jadi seorang pragmatis.
“Anda ingin menang dan Anda ingin menang dengan cara tertentu; sangat proaktif, berani, suka berpetualang dan saya pikir itu adalah budaya MU dan kami ingin membawanya masuk."
"Tetapi jika Anda tidak bisa menang dengan cara yang baik, dengan cara yang menghibur, Anda tetap harus menang. Itulah mentalitas, sikap yang kami bawa."
Â
Advertisement
Ten Hag Juga Harus Cepat Adaptasi
Erik ten Hag sudah diangkat sebagai manajer sejak April, yang artinya, ia semestinya tahu apa yang harus dilakukan ketika memegang penuh kendali tim. Maka tidak ada alasan 'masalah adaptasi' lagi.
Dua kekalahan menghadapi Brighton dan Brentford, yang secara 'tradisi' sangat bisa dikalahkan oleh MU, menunjukkan banyak hal. Satu di antaranya adalah ketidaksiapan.
Erik ten Hag hanya fokus pada apa yang ingin ia bangun dengan segala taktik dan rencananya. Saat ditekuk Brighton, Ten Hag mengaku kaget dengan skema permainan lawan. Padahal ini persoalan dasar buat manajer.
Ini menunjukkan bahwa Ten Hag tidak melakukan riset dengan tepat, kurang antisipatif terhadap perubahan taktik lawan, dan tidak memiliki rencana cadangan.
Tim-tim di Liga Inggris cenderung memiliki gaya bermain masing-masing. Erik ten Hag, sayangnya, seakan tidak siap menghadapi 'warna' calon lawan-lawannya.
Â
Ajax dan MU adalah Dua Tim Berbeda
Seperti sudah diulas di atas, semua rekrutan anyar MU musim panas ini adalah murni pilihannya. Bahkan Erik ten Hag masih berupaya mengejar tanda tangan Frenkie de Jong.
Erik ten Hag pernah mengatakan bahwa ia masih butuh pemain baru. Maksudnya sangat jelas; ia ingin membangun ulang MU seperti kemauannya.
Membeli pemain, belakangan ini, tidak semudah dulu kala, ketika nama besar dan dukungan dana melimpah seperti MU mampu merayu siapapun. Kadangkala, pemain muda dari akademi klub jadi opsi terbaik.
Di Ajax, dengan modal akademi yang mumpuni, Erik ten Hag leluasa mencomot pemain-pemain muda yang tinggal dipoles saja. Masalahnya, di MU ada enggak? Setan Merah sudah lama tidak memunculkan pemain dari sektor akademi klub, mungkin itulah perbedaannya.
Merekrut pemain-pemain yang Erik ten Hag yakini bisa membantunya menciptakan perubahan jadi opsi yang tersisa. Tapi, ia perlu ingat, rekrutan anyar perlu adaptasi, dan membentrokkan warna lama MU dengan pemain baru butuh proses yang tak sebentar.
Advertisement