Bola.com, Jakarta - Graham Potter sedang menikmati babak baru sebagai manajer Chelsea. Ia ditunjuk menjadi nahkoda The Blues menggantikan Thomas Tuchel.
Graham Potter sudah menandai debutnya melatih Chelsea dalam pertandingan resmi di ajang Liga Champions 2022/2023. Sayangnya, Chelsea hanya mampu bermain imbang 1-1 kontra RB Salzburg tengah pekan kemarin.
Baca Juga
Jadwal Lengkap Liga Inggris pada Akhir Pekan Ini: Man City Bertemu Tottenham, Liverpool Berpeluang Menjauh
Resmi, Pep Guardiola Perpanjang Kontrak di Manchester City hingga 2027
Gary Neville Ngamuk-Ngamuk ke Casemiro dan Rashford : MU Peringkat 13, Mainmu Jelek, Pelatih Baru Datang, Kalian Malah Liburan ke AS?
Advertisement
Banyak yang memuji kinerja Graham Potter selama jadi juru taktik di Brighton. Di tengah banyak harapan sang manajer bisa melakukan yang sama di Chelsea, Rafael Benitez memperingatkan bahwa tekanan yang dihadapi bakal berbeda.
Benitez pernah merasakan jadi pelatih di sejumlah klub besar, Chelsea salah satunya, dari tahun 2012 hingga 2013. Sedangkan Potter baru pertama ini menjajal kursi kepelatihan di klub besar.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tekanan Berbeda
Benitez menjelaskan bahwa tekanan dan tuntutan yang dihadapi sebagai manajer di klub besar, khususnya di Chelsea akan lebih besar daripada di Brighton. Potter tidak bisa menganggap Chelsea adalah Brighton karena keduanya jelas-jelas berbeda.
Potter disarankan untuk tidak berleha-leha. Satu kekalahan masih bisa ditoleransi di Brighton, tetapi tidak di Chelsea. Oleh sebab itu, Benitez menganjurkan agar Potter memikirkan cara untuk segera menang bersama Chelsea.
Advertisement
Bukan Tim Sembarangan
Menurut Benitez, Brighton merupakan salah satu tim yang berada di zona nyaman. Finis di papan tengah, entah itu lebih tinggi atau lebih rendah dari musim lalu rasanya akan sama saja.
“Saya ambil contoh Getafe. Ada terlalu banyak tim seperti Getafe di zona nyaman,” ujarnya kepada Sky Sports.
“Apa bedanya jika mereka finis di peringkat 10 atau 11? Tidak ada. Begitu pula tidak akan ada bedanya antara finis di peringkat 8 atau 15,” ujarnya.
Sepak Bola untuk Menang
Begitu tiba di Chelsea, Benitez memperingatkan bahwa sepak bola yang dipuji adalah sepak bola yang menang. Tanpa kemenangan, sebagus apapun prosesnya seperti yang dilakukannya di Brighton tetap tidak akan berguna.
“Selama di Brighton, dia bisa saja memainkan gaya main yang dia inginkan. Jika kalah tidak masalah karena masih ada pertandingan berikutnya,” ujarnya.
“Tapi dia harus menang di sini. Sekarang Anda tidak bisa memainkan sepakbola yang bagus selama enam bulan dan tidak memenangkan apa pun,” tuturnya.
Advertisement
Bersaing di Papan Atas
Sementara itu, Chelsea wajib bersaing di papan atas. Standarnya menurut Benitez adalah berada di empat besar, bahkan menjadi kandidat juara.
“Dia harus berada di empat besar, dia harus menantang untuk trofi. Ini adalah beban lain. Para penggemar akan menuntut,” ucap dia.
"Anda harus menang, Anda harus bersaing dengan Manchester City, Liverpool, Manchester United, Arsenal, dan Tottenham,” beber Benitez memungkasi
Sumber: Sky Sports
Disadur dari: Bola.net (Abdi Rafi Akmal, published 21/9/2022)