Bola.com, Jakarta - Di pentas sepak bola, termasuk Premier League, pemain berjuluk bad boy selalu saja ada. Banyak orang menyukai mereka, namun tak sedikit pula yang membenci.
Pada musim-musim sebelumnya, sejumlah pemain berkategori bad boy mewarnai kasta sepak bola tertinggi Inggris. Beberapa orang di antaranya malah berstatus melegenda hingga kini.
Baca Juga
Kejutan, Kode Keras Erick Thohir Tegaskan Rela Mundur dari Ketum PSSI, jika...
Panas Usai Dihajar Jepang, Ini 5 Hot News Timnas Indonesia yang Bikin Perasaan Fans Campur Aduk : Curhat Kevin Diks sampai Ancaman Evaluasi
Bikin Geger, Pengakuan Shin Tae-yong dan Sindiran Keras Malaysia Setelah Timnas Indonesia Disikat Jepang, Ini 5 Hot News Tim Garuda
Advertisement
Di bawah ini, seperti dilansir Bleacherreport, 11 pemain bad boys Liga Inggris yang masuk Starting XI kembali menyapa.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kiper: Vinnie Jones
Si bengal ini sejatinya bermain sebagai gelandang. Tapi, pada 21 Oktober 1995, dia mendadak jadi kiper. Saat itu, tim yang dibelanya, Wimbledon, bentrok kontra Newcastle United. Kiper Wimbledon diganjar kartu merah lantaran pelanggaran keras. Jones kemudian mengajukan diri sebagai kiper pengganti.
Pada masa jayanya, Jones tipikal pemain keras. Di tim mana pun dia bermain, kebengalannya tak pernah luntur. Selain Wimbledon, Jones juga pernah memperkuat QPR, Leeds United, Sheffield United, dan Chelsea.
Di luar lapangan, Jones juga kerap berulah yang membuatnya kerap berurusan dengan pihak berwajib. Meski begitu, Jones meraup cuan yang tak sedikit lantaran beberapa pruduser atau sutradara film mengajaknya tampil di layar lebar dengan peran antagonis.
Advertisement
Bek Kanan: Gary Neville
Neville adalah legenda Manchester United yang bermain sebagai bek kanan. Bagi pembenci Setan Merah, Neville merupakan pemain yang tak disukai karena permainannya yang dianggap kasar. Terlebih saat bertanding melawan Liverpool.
Tapi, meski begitu, Neville merupakan satu di antara pemain kesayangan engkong Sir Alex Ferguson. Fans juga masih sangat menghormatinya hingga kini.
Bek Kiri: Ashley Cole
Di Premier League, tak banyak bek kiri yang melegenda. Bisa dihitung jari. Satu di antara yang layak diapresiasi, siapa lagi kalau bukan Cole.
Sebagai tukang jagal, Cole tak kenal kompromi. Dia lebih memilih diganjar kartu dari pada membiarkan pemain lawan bebas berkeliaran di wilayah kekuasaannya. Tebasan dan tekelnya sangat ditakuti, bikin penyerang lawan ciut duluan.
Advertisement
Bek Tengah: John Terry
Jarang bicara, jarang pula dia tersenyum. Tatapannya sangar, penuh keangkeran. Terry memang tipikal pemain bertahan yang menakutkan. Tak kenal takut, siap bertarung dengan striker terhebat sekali pun.
Legenda Chelsea ini terkenal dengan tebasan dan tekel keras yang membuat pemain lawan terbang-terbang dan tak sedikit yang masuk ruang medis. Sadis! Namun, di luar lapangan, Terry tak sekejam di lapangan. Dia justru cenderung adem serta sosok suami DKI alias di bawah ketiak isteri.
Bek Tengah: Gary Caldwell
Skill no, keras yes. Sepertinya, itulah moto Gary Caldwell tatkala masih wara wiri di Premier League. Caldwell, yang kini berusia 40 tahun, lebih dikenang sebagai mantan pilar Wigan Athletic (2010-2015).
Dia pernah dipercaya sebagai kapten di sana. Striker lawan kudu ekstra waspada. Meleng sekejap, kaki bisa patah atau minimal memar-memar. Soalnya, Caldwell terkenal dengan tekelan horornya. Kartu merah dan kartu kuning merupakan menu wajibnya setiap kali laga. Keras!
Advertisement
Gelandang Bertahan: El-Hadji Diouf
Dari kartu ke kartu, itulah Diouf. Entah sudah berapa kartu kuning dan merah yang sudah dikoleksinya kala membela Liverpool, Blackburn, Bolton, dan Sunderland.
Soal kemampuan, Diouf biasa-biasa saja. Masih jauh dari kata memuaskan. Tapi kalau soal pelanggaran, Diouf jagonya. Itulah kenapa image bad boy tak pernah lepas darinya.
Gelandang Bertahan: Joey Barton
Di mana ada Barton, di situ ada masalah. Bakatnya memang besar, namun talenta membuat masalah. Meski begitu, Barton toh laris manis. Dia pernah memperkuat Manchester City, Newcastle United, QPR, Burnley, dan Rangers.
Sikap kontroversinya di lapangan bukan sesuatu yang asing lagi. Di luar lapangan, Barton juga dikenal sebagai "abang jago". Karena ulahnya, dia kerap berurusan dengan polisi, bahkan sampai masuk penjara.
Advertisement
Gelandang Serang: Roy Keane
Keane, nama yang tak asing lagi bagi lawan-lawan Manchester United. Selain kapten, motor serangan, Keane juga ditakuti karena kebrutalannya saat duel memperebutkan bola.
Demi mendapatkan bola, Keane tak segan-segan melakukan tekel horor. Ketika ditegur, Keane bukannya minta maaf malah terkadang ngajak duel. Dalam otobiografinya, Keane mengakui kalau tekelnya memang sengaja untuk melukai lawan.
Sayap Kiri: Lee Bowyer
Kalau pemain lain berlomba-lomba mengumpulkan trofi, Bowyer memilih memgumpulkan kartu kuning. Mau tahu berapa koleksi kartu kuningnya selama bermain di Premier League?
Bukan 10, 20, 30, atau 50., melainkan 100 kartu kuning. Ngeri! Tak hanya pemain lawan, teman sendiri juga dia hajar. Itu terjadi saat Bowyer masih berkostum Newcastle United. Bowyer terlibat adu jotos dengan rekan setim, Kieron Dyer, saat Newcastle bertanding melawan Aston Villa.
Advertisement
Striker: Eric Cantona
Cantona, tak diragukan lagi merupakan pemain hebat di eranya. Dia legenda kebanggaan Manchester United dengan kharisma yang luar biasa. Namanya harum hingga kini, kendati banyak bintang datang dan pergi dari Old Trafford.
Sebagai manusia biasa, Cantona juga tak luput dari emosi. Pada 1995, saat Setan Merah bentrok kontra Crystal Palace, Cantona menyerang seorang suporter lawan via tendangan kungfu. Buntutnya, King Eric dihukum tak bisa tampil selama enam bulan.
Striker: Duncan Ferguson
Tingginya hampit dua meter. Tak banyak bicara plus temperamental. Ferguson yang pernah memperkuat sejumlah klub seperti Everton dan Newcastle United tipikal striker "sumbu pendek" alias cepat emosi.
Sama sekali tak ada lembut-lembutnya. Kalau bisa berantam, buat apa berdamai. Kira-kira itulah prinsipnya. Di balik semua keangkerannya, Ferguson sejatinya tombak yang bisa diandalkan. Khususnya duel-duel bola udara.
Sumber: Bleacherreport
Advertisement